Muhammad Zainul : Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Konversi Sputum Penderita Tb Paru Di Klinik Jemadi Medan, 2010.
5.1.2.2 Proporsi Jenis Kelamin Penderita TB Paru yang Merokok dan Tidak Merokok
Tabel 5.2 memperlihatkan bahwa pada penderita TB paru laki-laki, sebanyak 32 orang 51,61 memiliki kebiasaan merokok, sedangkan 30 orang
48,39 tidak merokok. Pada penderita TB perempuan, sebanyak 7 orang 46,66 memiliki kebiasaan merokok, sedangkan 8 orang tidak merokok
53,34.
Tabel 5.2. Proporsi jenis kelamin pada penderita TB paru yang merokok dan tidak merokok.
Jenis kelamin N
Laki-laki Perempuan
Merokok Ya
32 7
39 Tidak
30 8
38 Total
62 15
77
5.1.2.3 Proporsi Umur Penderita TB Paru yang Merokok dan Tidak Merokok
Tabel 5.3 memperlihatkan bahwa penderita TB paru yang merokok paling banyak pada umur 15-21 tahun dan 43-49 tahun masing-masing 7 orang
17,95, sedangkan umur 29-35 tahun, 36-42 tahun, dan 50-56 tahun masing- masing 6 orang 15,38, umur 22-28 tahun 5 orang 12,82. Pada penderita TB
paru yang tidak merokok, proporsi umur yang terbanyak adalah 29-35 tahun dan 36-42 tahun masing-masing 8 orang 21,05, sedangkan umur 15-21 tahun 6
orang 15,79, umur 22-28 tahun, 52-56 tahun, 57-63 tahun masing-masing 4 orang 10,53, umur 43-49 tahun 3 orang 7,89, dan umur 64-70 tahun 1
orang 2,63.
Muhammad Zainul : Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Konversi Sputum Penderita Tb Paru Di Klinik Jemadi Medan, 2010.
Tabel 5.3. Proporsi umur pada penderita TB paru yang merokok dan tidak merokok.
5.1.2.4 Proporsi Berat Badan pada Penderita TB Paru yang Merokok dan
Tidak Merokok
Tabel 5.4 memperlihatkan bahwa penderita TB paru yang merokok paling banyak memiliki berat badan 39-47 kg yaitu 19 orang 48,72. Berat badan 48-
56 kg 18 orang 46,15, 66-74 kg dan 93-101 kg masing-masing 1 orang 2,56. Pada penderita TB paru yang tidak merokok, berat badan yang terbanyak
adalah 39-47 kg dan 57-65 kg masing-masing 11 orang 28,95, 48-65 kg 8 orang 21,05, 30-38 kg 5 orang 13,16, 75-83 kg 2 orang 5,26, 66-74 kg
1 orang 2,63.
Tabel 5.4. Proporsi berat badan pada penderita TB paru yang merokok dan tidak merokok.
Berat badan yang dikelompokkan N
30-38 39-47 48-56 57-65 66-74 75-83 93-101 Merokok
Ya 19
18 1
1 39
Tidak 5
11 8
11 1
2 38
Total 5
30 26
11 2
2 1
77
5.1.2.5 Distribusi Frekuensi BTA Positif pada Pemeriksaan Sputum Penderita TB Paru Sebelum Pengobatan
Tabel 5.5 memperlihatkan bahwa pada penderita TB paru, BTA 3+ lebih banyak pada kelompok yang merokok, yaitu 19 orang, sedangkan yang tidak
merokok 14 orang. BTA 2+ lebih banyak pada kelompok yang tidak merokok, Umur yang dikelompokkan
N 15-21 22-28 29-35 36-42 43-49 50-56 57-63 64-70
Merokok Ya
7 5
6 6
7 6
2 39
Tidak 6
4 8
8 3
4 4
1 38 Total
13 9
14 14
10 10
6 1 77
Muhammad Zainul : Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Konversi Sputum Penderita Tb Paru Di Klinik Jemadi Medan, 2010.
yaitu 21 orang, sedangkan yang merokok 20 orang. BTA 1+ hanya ditemukan pada kelompok yang tidak merokok.
Tabel 5.5. Distribusi frekuensi BTA positif pada pemeriksaan sputum penderita TB paru sebelum pengobatan.
Frekuensi BTA Positif orang N
3+ 2+
1+ Merokok
19 20
- 39
Tidak Merokok 14
21 3
38 5.1.2.6 Proporsi Konversi Sputum Penderita TB Paru Setelah Satu Bulan
Pengobatan dengan OAT
Tabel 5.6 memperlihatkan bahwa setelah sebulan pengobatan dengan OAT, BTA 3+ yang mengalami konversi sputum lebih banyak pada kelompok
yang tidak merokok, yaitu 14 orang, sedangkan yang merokok 2 orang. BTA 2+ yang paling banyak mengalami konversi sputum adalah kelompok yang tidak
merokok, yaitu 20 orang, sedangkan yang merokok 2 orang. BTA 1 + tidak ada yang mengalami konversi sputum, baik pada kelompok yang tidak merokok
maupun yang merokok.
Tabel 5.6. Proporsi konversi sputum penderita TB paru setelah satu bulan pengobatan dengan OAT.
Frekuensi BTA Positif orang N
3+ 2+
1+ Merokok
2 2
- 4
Tidak Merokok 14
20 -
34
5.1.2.7 Proporsi Konversi Sputum Penderita TB Paru Bulan Pertama ke Bulan Kedua Pengobatan dengan OAT
Tabel 5.7 memperlihatkan bahwa setelah pengobatan bulan pertama ke bulan kedua, BTA 3+ yang mengalami konversi sputum hanya pada kelompok
yang merokok, yaitu 17 orang. BTA 2+ yang paling banyak mengalami konversi sputum adalah kelompok yang merokok, yaitu 13 orang, sedangkan yang tidak
Muhammad Zainul : Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Konversi Sputum Penderita Tb Paru Di Klinik Jemadi Medan, 2010.
merokok 7 orang. BTA 1 + tidak ada yang mengalami konversi sputum baik pada kelompok yang tidak merokok maupun yang merokok.
Tabel 5.7. Proporsi konversi sputum penderita TB paru bulan pertama ke bulan kedua pengobatan dengan OAT.
Frekuensi BTA Positif orang N
3+ 2+
1+ Merokok
17 13
- 30
Tidak Merokok -
7 -
7 5.1.2.8 Proporsi Konversi Sputum Penderita TB Paru Setelah Dua Bulan
Pengobatan dengan OAT
Tabel 5.8 memperlihatkan bahwa setelah sebulan pengobatan dengan OAT, BTA 3+ yang mengalami konversi sputum lebih banyak pada kelompok
yang merokok, yaitu 18 orang, sedangkan yang tidak merokok 14 orang. BTA 2+ yang paling banyak mengalami konversi sputum adalah kelompok yang tidak
merokok, yaitu 21 orang, sedangkan yang merokok 15 orang. BTA 1 + tidak ada yang mengalami konversi sputum, baik pada kelompok yang tidak merokok
maupun yang merokok.
Tabel 5.8. Proporsi konversi sputum penderita TB paru setelah dua bulan pengobatan dengan OAT.
Frekuensi BTA Positif orang N
3+ 2+
1+ Merokok
18 15
- 33
Tidak Merokok 14
21 -
35 5.1.3 Hasil Analisis Statistik
5.1.3.1 Analisis Statistik Konversi Sputum Setelah Sebulan Pengobatan dengan OAT