Diagnosis TB Paru Secara Hematogen dan Limfogen

Muhammad Zainul : Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Konversi Sputum Penderita Tb Paru Di Klinik Jemadi Medan, 2010.

2.1.3.3. Patologi TB Paru

Perubahan mendasar pada jaringan paru akibat infeksi kuman tuberkulosis berupa lesi eksudatif, fibrinomacrophagic alveolitis, polymorphonuclear alveolitis, kaseosa dan kavitas, tuberkuloma Fishman, 2002.

2.1.4. Diagnosis TB Paru

Diagnosis TB paru ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisis, pemeriksaan bakteriologi, radiologi dan pemeriksaan penunjang lainnya. Gejala klinis tuberkulosis dibagi menjadi dua golongan, yaitu gejala sistemik dan gejala lokal. Gejala sistemik berupa demam, malaise, keringat malam, anoreksia, dan berat badan menurun. Pada paru-paru akan timbul gejala lokal berupa gejala respiratori. Norman Horne membuat daftar gejala dan tanda TB paru seperti tidak ada gejala, batuk, sputum purulen, batuk darah, nyeri dada, sesak nafas, “mengi” yang terlokalisir. Akan tetapi, tanda dan gejala ini tergantung pada luas lesi. Pada pemeriksaan fisis, kelainan jasmani tergantung dari organ yang terlibat dan luas kelainan struktur paru Depkes RI, 2007. Pada awal perkembangan penyakit sangat sulit menemukan kelainan paru pada pemeriksaan fisis. Kelainan paru terutama pada daerah lobus superior terutama apeks dan segmen posterior, serta apeks lobus inferior Leitch, 2000. Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan antara lain suara nafas bronkial, amforik, suara nafas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru-paru, diafragma dan mediastinum. Diagnosis yang paling baik adalah dengan cara mengisolasi kuman. Untuk membedakan spesies mikobakterium satu dari yang lain harus dilihat sifat–sifat koloni, waktu pertumbuhan, sifat biokimia pada berbagai media dan perbedaan kepekaan terhadap OAT. Bahan pemeriksaan bakteriologi dapat berasal dari sputum, cairan pleura, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bronchoalveolar lavage, urin, jaringan biopsi. Pada pemeriksaan bakteriologi yang menggunakan sputum, cara pengambilannya terdiri dari tiga kali yaitu sewaktu pada saat kunjungan, pagi keesokan harinya, sewaktu pada saat mengantarkan dahak pagi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006. Muhammad Zainul : Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Konversi Sputum Penderita Tb Paru Di Klinik Jemadi Medan, 2010. Ada beberapa tipe interpretasi pemeriksaan mikroskopis. WHO merekomendasikan pembacaan dengan skala International Union Against Tuberculosis and Lung Disease IUATLD: a. Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang, disebut negatif. b. Ditemuka n 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman yang ditemuka n. c. Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang, disebut + 1+. d. Ditemuka n 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut ++ 2+. e. Ditemukan 10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut +++ 3+

2.1.5. Penatalaksanaan