Muhammad Zainul : Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Konversi Sputum Penderita Tb Paru Di Klinik Jemadi Medan, 2010.
terjadinya tuberkulosis paru pada dewasa muda, dan terdapat dose-response relationship dengan jumlah rokok yang dihisap per harinya.
Secara umum, perokok ternyata lebih sering mendapat TB dan kebiasaan merokok memegang peran penting sebagai faktor penyebab kematian pada TB.
Kebiasaan merokok membuat seseorang jadi lebih mudah terinfeksi tuberkulosis, dan angka kematian akibat TB akan lebih tinggi pada perokok dibandingkan
dengan bukan perokok. Di Indonesia, sejauh ini memang belum ada penelitian resmi yang
mengungkapkan hubungan antara rokok dan TB paru Aditama, 2009.
Berdasarkan data di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian “Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Konversi Sputum Penderita TB Paru di Klinik Jemadi
Medan.”
1.2. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas dapat disimpulkan satu pertanyaaan pada penelitian ini, yaitu: “Apakah ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan
konversi sputum pada penderita TB paru?”
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan merokok dengan konversi sputum pada penderita TB paru.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui proporsi konversi sputum setelah sebulan pengobatan
dengan OAT pada penderita TB paru yang merokok dan tidak merokok. 2.
Untuk mengetahui proporsi konversi sputum dari bulan pertama ke bulan kedua pengobatan dengan OAT pada penderita TB paru yang merokok dan
tidak merokok. 3.
Untuk mengetahui proporsi konversi sputum setelah dua bulan pengobatan dengan OAT pada penderita TB paru yang merokok dan tidak merokok.
pengobatan TB pada penderita TB paru yang merokok dan tidak merokok.
Muhammad Zainul : Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Konversi Sputum Penderita Tb Paru Di Klinik Jemadi Medan, 2010.
4. Untuk mengetahui adakah perbedaan yang bermakna pada konversi sputum
penderita TB paru yang merokok dan tidak merokok.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi Klinik Jemadi Medan
mengenai lama pengobatan yang dibutuhkan pada penderita TB paru yang merokok.
2. Hasil penelitian ini diharapkan memotivasi penderita TB paru-paru yang
merokok untuk berhenti merokok agar pengobatan TB-nya lebih cepat dan efektif.
3. Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti mengenai pengaruh
kebiasaan merokok terhadap konversi sputum penderita TB paru dan sebagai salah satu tugas akhir mata kuliah Community Research Program CRP pada
Kurikulum Berbasis Kompetensi KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
4. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian lebih
lanjut mengenai hubungan merokok dengan penyakit TB paru serta penjelasan teoretisnya.
Muhammad Zainul : Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Konversi Sputum Penderita Tb Paru Di Klinik Jemadi Medan, 2010.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tuberkulosis 2.1.1. Definisi
Menurut WHO, TB adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi mycobacterium tuberculosis complex Perhimpunan Dokter Paru Indonesia,
2006.
2.1.2. Klasifikasi
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien tuberkulosis memerlukan suatu “definisi kasus” yang meliputi empat hal, yaitu Depkes RI, 2007:
a. Lokasi atau organ tubuh yang sakit: paru-paru atau ekstrapulmonal;
b. Bakteriologi hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis: BTA positif atau
BTA negatif; c.
Tingkat keparahan penyakit: ringan atau berat; d.
Riwayat pengobatan TB paru-paru sebelumnya: baru atau sudah pernah diobati.
Beberapa istilah dalam definisi kasus: 1
Kasus TB paru: pasien TB paru yang telah dibuktikan secara mikroskopis atau didiagnosis oleh dokter.
2 Kasus TB paru pasti definitif: pasien dengan biakan positif untuk
Mycobacterium tuberculosis atau tidak ada fasilitas biakan, sekurang- kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu SPS hasilnya
BTA positif.
2.1.2.1. Klasifikasi Berdasarkan Organ Tubuh yang Terkena
a. Tuberkulosis paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan parenkim paru, tidak termasuk pleura dan kelenjar getah bening pada hilus.