ACE-inhibitor Landasan Teori 1. Obat

hiperkalemia, angiodema, neutropenia, dan pankreatitis. ACE-inhibitor dapat digunakan sebagai obat tunggal maupun dikombinasikan dengan obat lain. Selain sebagai antihipertensi, ACE-inhibitor juga dapat digunakan sebagai vasodilator, terapi congestive heart failure CHF, left ventricular dysfunction, myocardial infarction, dan diabetes melitus. 5 ACE-inhibitor mengurangi produksi angiotensin II, meningkatkan kadar bradikinin, dan mengurangi aktivitas sistem saraf simpatis. Penyekat reseptor angiotensin II menyediakan blokade reseptor AT 1 secara selektif, dan efek angiotensin II pada reseptor AT 2 yang tidak tersekat dapat menambah efek hipotensif. Kedua kelas agen-agen ini adalah agen antihipertensif yang efektif yang dapat digunakan sebagai terapi tunggal atau dalam kombinasi dengan diuretik, antagonis kalsium, dan agen-agen penyekat alfa. Efek samping ACE-inhibitor dan penyekat reseptor angiotensin antara lain adalah insufisiensi ginjal fungsional karena dilatasi arteriol eferen ginjal pada ginjal dengan lesi stenotik pada arteri renalis. Kondisi-kondisi predisposisi tambahan terhadap insufisiensi ginjal yang diinduksi oleh agen-agen ini antara lain adalah dehidrasi, CHF, dan penggunaan obat-obat antiinflamasi non steroid. Batuk kering terjadi pada 15 pasien, dan angioedema terjadi pada 1 pasien yang mengkonsumsi ACE-inhibitor. Angioedema paling sering terjadi pada individu yang berasal dari Asia dan lebih lazim terjadi pada orang Afrika Amerika dibanding orang Kaukasia. Hiperkalemia yang disebabkan hipoaldosteronisme merupakan efek samping yang kadang terjadi baik pada penggunaan ACE-inhibitor maupun penyekat reseptor angiotensin. 5 Jenis ACE-inhibitor yang dapat digunakan sebagai antihipertensi antara lain Benazepril, Kaptopril, Enalapril, Fosinopril, Lisinopril, Moexipril, Perindropil, Quinapril, Ramipril, Trandolapril. Salah satu golongan ACE-inhibitor yang paling banyak digunakan sebagai antihipertensi adalah kaptopril. Kaptopril sebagai dosis tunggal mempunyai durasi selama 6-12 jam dengan onset 1 jam. Kaptopril diabsorpsi sebanyak 60-75 dan berkurang menjadi 33-40 dengan adanya makanan serta 25-30 kaptopril akan terikat protein. Waktu paruh kaptopril dipengaruhi oleh fungsi ginjal dan jantung dimana waktu paruh kaptopril pada volunteers sehat dewasa 1,9 jam; pasien CHF 2,06 jam; dan pasien anuria 20-40 jam. Kaptopril diekskresikan melalui urin 95 dalam waktu 24 jam. 5 2.1.3. Kaptopril 2.1.3.1. Sifat Fisika dan Kimia Kaptopril Gambar 2.1. Struktur Kimia Kaptopril Sumber : Goodman Gilmans The Pharmacological Basis of Therapeutics Rumus molekul : C 9 H 15 NO 3 S Nama IUPAC : 2S-1-[2S-2-methyl-3-sulfanylpropanoyl] pyrrolidine-2- carboxylic acid Nama generik : Kaptopril Nama dagang : Acepress, Capoten, Captensin, Captopril, Hexpharm, Casipril, Dexacap, Farmoten, Forten, Locap, Lotensin, Metopril, Otoryl, Praten, Scantensin, Tenofax, Tensicap. Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam metanol, dalam etanol, dan dalam kloroform. 7,8

2.1.3.2. Farmakologi

Diabsorpsi dengan baik pada pemberian oral dengan biovailabilitas 70-75. Pemberian bersama makanan akan mengurangi absorpsi sekitar 30, oleh karena itu obat ini harus diberikan 1 jam sebelum makan. 5 Sebagian besar ACE-inhibitor mengalami metabolisme dihati, kecuali lisinopril yang tidak dimetabolisme. Eliminasi umumnya melalui ginjal, kecuali fosinopril yang mengalami eliminasi di ginjal dan bilier. Kaptopril mengandung gugus SH yang dapat berinteraksi membentuk kelat dengan ion Zn dalam tempat aktif ACE, terjadi hambatan secara kompetitif ACE sehingga peredaran angiotensin II dan kadar aldosteron menurun. Akibatnya, tidak terjadi vasokonstriksi dan retensi Na, sehingga tekanan darah menurun. 10 Mekanisme yang lain dari senyawa penghambat ACE adalah menghambat pemecahan bradikinin menjadi fragmen tidak aktif, sehingga kadar bradikinin dalam darah meningkat, menyebabkan vasodilatasi dan penurunan tekanan darah. Penghambat ACE memiliki peran khusus yang penting dalam pengobatan pasien dengan nefropati diabetes karena dapat mengurangi proteinuria dan menstabilkan fungsi ginjal bahkan walaupun tidak terjadi penurunan tekanan darah. 10 Ginjal memegang peranan utama pada pengaturan tingginya tekanan darah, yang berlangsung melalui suatu sistem khusus, yakni Sistem Renin-Angiotensin, singkatnya RAS. Bila volume darah yang mengalir melalui ginjal berkurang dan tekanan darah di glomeruli ginjal menurun, misalnya karena penyempitan arteri setempat, maka ginjal dapat membentuk dan melepaskan enzim proteolitis renin. Dalam plasma, renin menghidrolisis protein angiotensinogen yang terbentuk di dalam hati menjadi angiotensin I AT I. Zat ini diubah oleh enzim Angiotensin Converting Enzyme, yang disintesa di paru-paru ACE menjadi zat aktif angiotensin II. AT II ini kuat, dan menstimulasi sekresi hormon aldosteron oleh anak-ginjal dengan sifat retensi garam dan air. Akibatnya ialah volume darah dan tekanan darah naik. 10 Faktor-faktor yang dapat meningkatkan tekanan darah antara lain: mengkonsumsi terlalu banyak garam, stress, merokok, kehamilan. Tindakan- tindakan umum untuk menurunkan tekanan darah; menguruskan badan, mengurangi garam dalam pola makan, berhenti merokok, membatasi minum kopi dan alkohol, cukup istirahat dan tidur. 11 Pengobatan dengan antihipertensi dimulai dengan dosis rendah agar tekanan darah jangan menurun terlalu drastis dengan mendadak. Kemudian, setiap 1-2 minggu dosis berangsur-angsur dinaikkan sampai tercapai efek yang diinginkan. Begitu pula penghentian terapi harus secara berangsur pula. 11

2.1.3.3. Dosis

Kaptopril mula-mula diberikan dengan dosis 25 mg 2 atau 3 kali sehari, 1-2 jam sebelum makan. Respons tekanan darah maksimal terlihat 2-4 jam setelah dosis tersebut. Pada interval 1-2 minggu, dosis dapat ditingkatkan sampai tekanan darah terkontrol. 5