2.3. Penentuan Berat Molekul dengan Metode Viskositas
Salah satu karakteristik dari larutan polimer berbobot molekul tinggi dibandingkan dengan pelarut murninya adalah kenaikan viskositas larutannya oleh pertambahan
konsentrasi. Karena beratukurannya yang besar, molekul polimer dalam larutan akan menurunkan mobilitas dan mempengaruhi sifat aliran campuran yang sebanding
dengan jumlah molekul terlarut. Karena itu, pengamatan perubahan viskositas ini dapat digunakan untuk menentukan bobotberat molekul polimer terlarut.
Hubungan antara viskositas intrinsik dengan berat molekul rerata viskositas diberikan oleh persamaan empiris Mark-Houwink,
[η] = K. M
a
K dan a adalah tetapan karakteristik polimer-pelarut pada suhu tertentu Wirjosentono.,dkk. 1995.
BAB 3
Universitas Sumatera Utara
METODE PENELITIAN
3.1. Bahan yang digunakan
1. Kitosan
2. Asam Asetat glassial p.a. E. Merck
3. Asam Sitrat p.a. E. Merck
4. Asam Formiat p.a. E. Merck
5. Aquades
3.2. Alat yang digunakan
1. Alat-alat gelas yang biasa digunakan di Laboratorium Kimia
Pyrex 2.
Neraca Analisis Mettler
3. Hot Plate
Ikamag REG 4.
Magnetik Stirer 5.
Plat Kaca 6.
Spektrofotometer FT – IR Fourier Transform-Infra Red 7.
Viskosimeter Brook Field
3.3. Prosedur Penelitian
3.3.1. Pembuatan Larutan Pereaksi
Universitas Sumatera Utara
3.3.1.1 Larutan Asam Asetat 1
Sebanyak 1 mL asam asetat glassial diencerkan dengan aquades di dalam labu takar 100 mL sampai garis tanda, kemudian dihomogenkan.
3.3.1.2 Larutan Asam Sitrat 1
Sebanyak 1 g asam sitrat p.a diencerkan dengan aquades di dalam labu takar 100 mL sampai garis batas, kemudian dihomogenkan.
3.3.1.3 Larutan Asam Formiat 1
Sebanyak 1 mL asam formiat glassial diencerkan dengan aquades di dalam labu takar 100 mL sampai garis batas, kemudian dihomogenkan.
3.3.2. Perlakuan Terhadap Kitosan
3.3.2.1 Uji Kelarutan Kitosan a. Kitosan dengan Asam Asetat 1
Sebanyak 2 g kitosan dilarutkan dengan 100 mL asam asetat 1 , dihomogenkan dengan magnetik stirrer, ditentukan juga kelarutannya setelah
dibiarkan selama 1, 2, 3, 4, dan 5 hari.
b. Kitosan dengan Asam Sitrat 1
Universitas Sumatera Utara
Sebanyak 2 g kitosan dilarutkan dengan 100 mL asam sitrat 1, kemudian dihomogenkan dengan magnetik stirrer, ditentukan juga kelarutannya setelah
dibiarkan selama 1, 2, 3, 4, dan 5 hari.
c. Kitosan dengan Asam Formiat 1
Sebanyak 2 g kitosan dilarutkan dengan asam formiat 1 sebanyak 100 mL, kemudian dihomogenkan dengan magnetik stirrer, ditentukan juga
kelarutannya setelah dibiarkan selama 1, 2, 3, 4, dan 5 hari.
3.3.2.2 Penentuan Derajat Deasetilasi
Penentuan derajat deasetilasi kitosan dengan spektrum FT-IR menggunakan persamaan Domszy and Roberts yaitu:
DD = 100 – [A
1655
A
3450
x 1001,33
Dimana: A
1655
= absorbansi pada bilangan gelombang 1655 cm
-1
A
3450
= absorbansi pada bilangan gelombang 3450 cm
-1
1,33 = tetapan yang diperoleh dari perbandingan A
1655
A
3450
untuk kitosan dengan asetilasi penuh
3.3.2.3 Penentuan Berat Molekul Kitosan
Universitas Sumatera Utara
Kitosan yang sudah dilarutkan dalam asam asetat 1 dan asam formiat 1 sehingga menjadi larutan kitosan dengan konsentrasi 0,2; 0,4; 0,6; 0,8 dan 1,0
dimasukkan ke dalam beaker glass 500 mL dan diukur waktu alir dan viskositasnya dengan viskosimeter Brook-Field. Dan perhitungannya menggunakan persamaan
Sakura - Houwink. [η] = Kv.Mv
a
dimana : η = Viskositas instrinsik
Kv untuk kitosan = 8,93 x 10 dl.g
-1
M = Berat Molekul a
= 0,71
dengan menggunakan persamaan tersebut dapat ditentukan berat molekul kitosan. Ditentukan juga berat molekul kitosan setelah dibiarkan selama 1,2,3,4 dan 5 hari.
3.4. Bagan Penelitian