26
lebih besar, tapi tidak bisa ditentukan berapa jumlah orang yang termasuk kelompok kecil dan berapa orang yang termasuk kelompok besar.
c. Komunikasi Massa Mass Communication
Komunikasi massa adalah “penyampaian pesan komunikasi melalui atau
menggunakan media massa modern, yang meliputi surat kabar, siaran radio, dan telivisi yang ditujukan kepada umum
”
27
Komunikasi massa dapat didefinisikan juga “sebagai proses komunikasi
yang berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya masal melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti radio,
telivisi, surat kabarm dan film. ”
28
Pesan komunikasi massa berlangsung satu arah dan tanggapan baiknya lambat atau tertunda dan sangat terbatas, akan tetapi, dengan perkembangan
teknoogi komunikasi yang begitu cepat, khusunya media massa elektronik seperti radio dan telivisi, maka umpan balik dari khalayak bisa dilakukan dengan cepat
kepada penyiar, misalnya melalui program interaktif. Jadi, komuniaksi massa adalah penyebaran pesan dengan menggunakan
media yang ditujukan kepada sejumlah ornag yang tidak tampak oleh si penyampai pesan, seperti pembaca surat kabar, pendengar radio, penonton telivisi,
tidak tampak oleh sikomunikator.
C. Pengertian Akhlak
1. Definisi Akhlak
27
Ibid,h. 137
28
Hafied Changara, Penagntar Ilmu Komunikasi.Jakarta: Rajagrafindo Persada,1998.h. 37
27
Menurut dari segi bahasa, akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu “isim
masdar bentuk infinitif dari kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai dengan timbangan wazan tsulasi majid
af’ala, yufilu, aif’alan yang berarti al-sajiah perangai, at-t
habi’ah kelakuan, tabi’at, watak, dasar, al’adat kebiasaan, kelaziman, al-
maru’ah peradaban yang baik, dan al-din agama.”
29
Menurut istilah dalam pengertian akhlak, banyak para pakar yang mendifinisikan akhlak, ibnu Maskawih medifinisikan akhlak yaitu
“sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa
memrlukan pemikiran dan pertimbangan ”.
30
Sejalan dengan pendapat tersebut diatas, dalam Mujam al-Washith, Ibrahim Anis mengatakan akhlak adalah
“sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa
membutuhkan pemikiran dan pertimbangan ”.
31
Namun dari definisi akhalak tersebut diatas nampak tidak ada yang bertentangan, melainkan memiliki kemiripan antara satu dan lainnya
2. Pembinaan Akhlak.
Pembinaan akhlak merupakan gabungan dari kata yang berkaitan yaitu pembinaan dan akhlak. Menurut Zakiah Darajat dalam bukunya ilmu jiwa dan
agama menjelaskan bahwa:
29
Jamil Shaliba, al- mu’jam al-fulsafi, juz 1 Mesir: Dar al-Kitab al-Mishiri, 1978,
h.539. Lihat pula Luis Ma’luf, kamus al-Munjid, Beirut: al-Maktabah al-Katulikiyah, t.t, h.194; Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1991, hlm.19.
30
. Ibn Maskawih, Tahdzib al-Akhlak wa Tathir al-Araq. Mesir: al-Mathbaah al- Mishiriyah, 1934, cet I, h. 40.
31
Ibrahim Anis, al-Mujam al-Washith, Mesir: Dar al-Maarif, 1972, h.202
28
“Arti dari pembinaan adalah upaya pendidikan baik formal maupun nonformal yang dilakasanakan secara sadar, berencana, terancang teratur
dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menambahkan, mengembangkan suatu dasar kpribadian yang seimbang dan utuh dan
seluas pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan bakat keinginan serta prakarsa sendiri, menambah, mengembangkan dan meningkatkan kearah
tercapainya, martabat, mutu dan kemampuan manusia yang optimal dan pribadi yang mandiri.
”
32
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak pada khsuusnya dan pada pendidikan umumnya, ada tiga aliran yang sudah sama popular, Pertama
aliran Nativisme. Kedua, aliran Empirisme, dan ketiga aliran Konvergensi. “Menurut aliran Netivisme bahwa faktor yang paling berpengaruh
terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor pembawaan dari dalam yang bentuknya berupa kecendrungan, bakat, akal, dan lain-lain. Jika
seseorang sudah memiliki pembawaan atau kecendrungan kepada yang baik maka dengan sendirinya orang tersebut akan baik.
Selanjutnya, menurut aliran empirisme bahwa faktor yang paling berpengaruh terhaap pembentukan diri seseorang adalah faktor dari luar,
yaitu lingkungan sosial, termasuk pembentukan dan pendidikan yang diberikan. Jika pembinaan dan pendidikan yang diberikan anak itu baik,
maka baiklah anak itu. Demikian jika sebaliknya. Aliran ini tampak begitu percaya kepada peranan yang dilakukan oleh dunia pendidikan dan
pengajaran.
Dalam pada itu aliran konvergensi berpendapat pembentukan akhlak dipengaruhi oleh factor internal, yaiut pembawaan si anak, dan
faktor dari luar yaitu pendidikan dan pembniaan yang dibauat secara khusus, atau melalui interaksi dalam lingkungan social. Fitrah dan
kecendrungan ke arah yang baik yang ada di dalam diri manusia dibina secara intensif melalui berbagai metode
”.
33
D.
Masyarakat
1. Pengertian Masyarakat
32
Zakiah Darajat. Ilmu Jiwa dan Agama Jakarta: Bulan Bintang,1976, h, 36.
33
Abudin Nata, Akhlak tasawuf , Jakarta: Rajawali Pers: 1996 h, 165
29
Masyarakat dalam bahasa inggris sering dipakai dalam istilah yaitu “society yang berasal dari kata Latin socius, berarti “kawan”. Istilah masyarakat
sendiri berasal dari akar kata Arab syaraka yang berarti “ikut serta”,
berpartisipasi. ”
34
Sebagaimana dengan hal-hal ilmu sosial lainnya, objek sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antar manusia, dan proses yang
timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat. Memang agak sukar untuk memberikan batasan tentang masyarakat, oleh
karena istilah masyarakat terlalu banyak mencakup berbagai factor, sehingga kalaupun diberikan suatu definisi yang berusaha mencakup keseluruhannya, ada
juga yang tidak memenuhi unsur-unsurnya Beberapa orang sarjana telah mencoba untuk memberikan definisi
masyarakat society seperti misalnya: a.
Mac Iver dan Page berpendapat bahw masyarakat adalah “suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan kerja sama anatara
berbagai kelompok dan penggolongan, dan pengawasan tinglah laku serta kebebasan-kebebasan-kebebasan manusia. Masyarakat merupakan jalinan
hussbungan social. Dan masyarakat selalu berubah”
35
b. Ralph Li nton menyatakan bahwa: “Masyarakat merupakan setiap
kelompok manusia yan telah hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dna menganggap diri
34
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, h. 116
35
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantars. Jakarta: Raja Grafindo Persada,2006, h.24
30
mereka sebagai suatu kesatuan social dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas
”
36
. c.
Selo Soemardjan menyatakan bahwa: “masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan.
”
37
Dapat dirumuskan maka definisi masyarakat secara khusus adalah “kesatuan hidup manuisia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat
tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama
”.
38
2. Masyarakat dengan kehidupan beragama
Terlepas dari bentuk hubungan anatara agama dengan masyarakat, baik dalam bentuk organisasi maup
un fungsi agama, “maka dalam setiap masyarakat agama masih tetap memiliki fungsi dalam kehidupan masyarakat. Agama sebagai
anutan manusia, terlihat masih berfungsi sebagai pedoman yang dijadikan sumber untuk mengatur norma-norma kehidupan
”.
39
Agama adalah “merupakan bagian terpenting bagi kehidupan manusia,
seperti di kutip Dr. Harun Nasution dalam buku Islam ditinjau dari berbagai aspek, agama adalah ajaran yang berasal dari kitab suci.
”
40
Berbicara lebih lanjut mengenai fungsinya agama sangat berperan dalam memenuhi kebutuhan serta pemeliharaan masyarakat, artinya bahwa dalam
mengatur kehidupan sosial, agama memiliki kekuatan untuk memaksa dan
36
Ibid.
37
Ibid.
38
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, h. 118
39
Jalaludin Rahmat, Psikologi Agama.Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004, h. 253
40
Harun Nasution, Islam di Tinaju dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: Remaja Rosdakarya, 1979, h. 11
31
mengikat masyarakat untuk mau mengorbankan kepentingan-kepentingan pribadinya demi kepentingan masyarakat secara keseluruhan. Di pihak lain,
agama juga berperan dalam membantu menciptakan sistem-sistem nilai sosial yang terpadu dan utuh dengan memberikan nilai-nilai yang berfungsi
menyalurkan sikap-sikap para anggota masyarakat dan menetapkan isi kewajiban- kewajiban sosial mereka.
“Agama membentuk taqwa, berpangkal dari taqwa inilah terbentuk
kebudyaaan Islam, itulah yang disebut masyarakat Islam. Kebudayaan Islam ialah cara brfikir dan cara merasakan taqwa, yang menyatakan diri dalam
seluruh segi kehidupan sekelompok manusia yang membentuk masyarakat dalam suatau ruang dan suatu waktu. Sedangkan masyarakrat Islam adalah
kelompok manusia dimana hidup terjaring kebudyaan Iskam yang diamalkan oleh kelompok itu sebagai kebudayaanya, kelompok itu bekerjasama dan
hidup bersama berdasarkan prinsip-prinsip al-Qur`an dan Hadis dalam tiap segi kehidupan.
”
41
E. Pesantren