1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada zaman yang moderen ini nilai agama yang sudah tertanam dalam diri masyarakat mulai tergeser dengan adanya budaya-budaya asing yang dapat
merusak tingkah laku moral bangsa, disana sini terdengar macam-macam kenakalan, perkelahian, penyalah-gunaan narkotika, kehilangan semangat untuk
belajar, ketidak patuhan terhadap orang tua dan sebgainya, tidak bisa dipungkiri lagi bahwa saat ini masyarakat makin lama sudah menurun akhlakul karimahnya.
Dalam pergaulan pada saat ini sudah tidak memandang lagi akan nilai-nilai moral, karena pergaulan bebas dalam masyarakat.
Bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang besar, apabila sumber daya manusianya mempunyai akhlak yang baik, keimanan yang mantap dan mampu
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, namun apabila tanpa akhlak yang baik dan keimanan yang kuat serta moral yang tidak bertanggung jawab, maka
suatu negara tidak akan dapat berkembang karena masyarakatnya tidak berakhlak baik dan hanya dapat merusak moral bangsa ini. Allah SWT telah menjelaskan
dalam al-Qur`an surah al- A‟raaf ayat 56.
2
Artinya: “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah Allah
memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harapan Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-
orang yang berbuat baik. ”
Dalam ayat tersebut Allah menjelaskan, bahwa Allah akan selalu mencurahkan rahmatnya kepada hamba-Nya yang mempunyai akhlak dan budi
pekerti yang baik, karena apabila seseorang tidak mempunyai akhlak yang tidak baik, maka akan dapat merusak diri sendiri dan lingkungan, bahkan dapat
merusak moral bangsa ini, karena kelakuan dan perbuatan yang buruk yang sudah tidak memandang lagi nilai dan norma-norma dalam masyarakat.
Dalam pembentukan akhlak setiap muslim, Allah SWT telah mengutus rasul-Nya untuk menyempurnakan akhlak manusia menjadi akhlak yang mulia.
Sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad;
إ
قاْخأْا مراكم امِمتأ تْثعب امَّ
Artinya: “Sesungguhnya saya Nabi Muhamma SAW diutus untuk
menyempurnakan akhlak ” HR.Imam Ahmad
1
Allah SWT telah menjelaskan juga didalam al-Qur`an surah al-Qalam ayat 4.
Artinya:
“Dan Sesungguhnya kamu Rasulullah benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
1
Imam Badrudin Abi Muhammad Mahmud bin Ahmad al- „Ayni, Umdatul Qori fi Syarhil
Shoheh Bukhory Juz-32. Lebanon: Daarul Fikri, 2005 h. 217
3
Rasulullah SAW diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak, akhlak yang buruk menjadi akhlak yang baik, karena di dalam diri Rasulullah terdapat
suri tauladan yang baik, yang pantas dan patut dicontoh oleh setiap umatnya. “Menurut analisis Imam al-Ghozali, dalam pembinaan akhlak
terintegrasi dalam pelaksananan rukun Islam, hasil analisis Imam al- Ghozali terhadap rukun Islam yang lima telah menunujukan dengan jelas
bahwa dalam rukun Islam terkandung konsep pembinaan akhlak. Rukun Islam yang pertama adalah syahadat, yaitu bersaksi bahwa tidak ada
Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad utusan Allah. Kalimat itu mengandung pernyataan bahwa selama hidupnya manusia hanya tunduk
kepada aturan dan tuntunan Allah. Selanjutnya rukun Islam yang ke dua adalah mengerjakan shalat lima waktu, shalat yang dikerjakan akan
membawa pelakunya terhindar dari perbuatan keji dan mungkar. Selanjutnya, rukun Islam yang ketiga adalah zakat, karena zakat
mengandung pendidikan akhlak yaitu agar orang dapat membersihkan hartanya dari hak orang lain. Lalu rukun Islam yang ke empat adalah
puasa, karena puasa merupakan latihan menahan diri dari keinginan melakukan perbuatan keji yang dilarang oleh agama seperti mencuri,
berjudi, berzina dan lain sebagainya. Selanjutnya rukun Islam yang kelima adalah ibadah haji, hubungan ibadah haji dalam pembinaan akhlak karena
dalam pelaksanaan ibadah haji tidak boleh berkata kotor, berbuat fasik, dan berbantah-bantahan didalam masa mengerjakan haji
”.
2
Selain dari pengamalan rukun Islam, “metode pembinaan akhlak dapat
pula di bentuk dengan hanya pelajaran, instruksi dan larangan , sebab tabi‟at jiwa
untuk menerima keutamaan itu tidak cukup dengan hanya seorang guru mengatakan kerjakan ini dan jangan kerjakan itu, menanamkan sopan santun
memerlukan pendidikan yang panjang dan harus ada pendekatan yang lestari ”.
3
Pembinaan akhlak adalah satu pembinaan budi pekerti yang dilakukan dengan konsisten dan sungguh-sungguh agar terwujudnya akhlak yang mulia,
masksudnya adalah pembinaan akhlak yang terpuji yang berdasarkan pada al- Qur`an dan hadist, akhlak merupakan implementasi dari iman dalam segala
2
Abudin Nata, Akhlak tasawuf , Jakarta: Rajawali Pers: 1996 h, 158
3
Ibid.,h, 163
4
bentuk prilaku, yang sangat penting dalam kehidupan manusia baik individu, keluarga, masyarakat dan negara.
Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau pun tidak, komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia itu sendiri dalam berinteraksi sehari-hari. Manusia
sejak dilahirkan sudah berkomunikasi dengan lingkungannya, gerak dan tangis yang pertama saat dia dilahirkan adalah suatu tanda komunikasi. Dalam
kehidupan sehari-hari manusia pasti mengadakan hubungan interaksi dengan orang lain, serta dalam keseharian sengaja atau tidak disengaja manusia pasti
melakukan komunikasi baik verbal maupun non verbal. Kehadiran seorang kiai di dalam lingkungan masyarakat sangat berperan
dalam membentuk masyarakat yang bermoral dan berakhlakul karimah, ia bukan hanya sekedar menempatkan dirinya sebagai pengajar dan pendidik santri-
santrinya, melainkan juga aktif memecahkan masalah-masalah krusial yang dihadapi masyarakat. Biasanya kiai adalah pemimpin nonformal sekaligus
pemimimpin spiritual, oleh karena itu dibutuhkan strategi komunikasi yang baik antara kiai dengan masyarakat yang berada dilingkungan pesantren agar
terciptanya keakraban sehingga kiai mampu mengetahui sejauh mana watak dan sifat warga masyarakat di lingkungan pesantrennya.
Menurut Mujamil Qomar dalam bukunya Pesantren dari transformasi metodologi menuju demokrtisasi institusi menjelaslkan bahwa:
“Kepercayaan masyarakat yang begitu tinggi terhadap kiai dan didukung potensinya memecahkan berbagai problem sosio-psikis-kultural-
5
politik-religius menyebabkan kiai menempati posisi kelompok elit dalam struktur sosial dan politik di masyarakat
”.
4
KH. Syarifudin Abdul Ghani selaku ketua yayasan Pondok Pesantren al-
Hidayah, juga aktif di organisasi sebagai Ketua Komisi Fatwa MUI Majlis ulama Indonesia tingkat DKI Jakarta,
“beliau adalah sosok kiai yang sangat disegani juga sangat memperhatikan masyarakatnya yang berada di lingkungan Pondok
Pesantren al-Hidayah. ”
5
Dalam kesibukan beliau sehari-hari sebagai ketua yayasan al-Hidayah atau di dalam organisasi lain dan di beberapa majlis taklim di wilayah DKI Jakarta dan
Tangerang, beliau masih menyempatkan waktunya untuk membina akhlak pada masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah, beliau mengajar dibeberapa
majlis taklim di daerah lingkungan masyarakat Pondok Pesantren al-Hidayah, banyak warga masyarakat yang mengikuti pengajian yang beliau pimpin, karena
pesan moral yang disampaikan beliau sebagai komunikator menggunakan bahasa yang menarik dan
tidak menyulitkan jama‟ah komunikan, sehingga pesan yang disampai
kan mudah diterima oleh jama‟ah. Selain itu, kiai Syarifuddin sebagai pemimpin spritual dalam masyarakat
berusaha memberikan contoh yang baik kepada warga masyarakatnya didalam kehidupan sehari-hari, sebagai contoh apabila ada seorang yang melanggar
peraturan agama seperti berjudi, minum-minuman keras, maka kiai harus berperan untuk melarang dan memberi nasihat-nasihat dan memperbaikinya agar warga
4
Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi, Jakarta: Erlangga,2005, h. 29
5
Wawancara pribadi dengan bapak Mat Hasyim ketua Rt 15, Jakarta 22 Maret 2011
6
masyarakat itu tidak mengulangi perbuatan tersebut serta dapat mengetahui mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang buruk.
Komunikasi dan interaksi yang terjadi anatara kiai dan masyarakat ini diharapkan dapat memberikan efek yang positif dalam pembinaan akhlak terhadap
masyarakat, lebih khusus masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah Basmol. Oleh karena itu dapat di lihat, betapa pentingnya seorang figur kiai bukan
hanya membina akhlak dan budi pekerti kepada santrinya saja, akan tetapi lebih- lebih kepada masyarkat sekitar yang berada di lingkungan Pondok Pesantren al-
Hidayah Basmol agar terwujudnya masyarakat yang madani. Sehubungan dengan konteks dakwah dan sosial inilah, KH. Ahamd
Syarifuddin Abdul Ghani sebagai kiai sekaligus ketua yayasan Pondok Pesantren al-Hidayah yang berada di jl- al-Hidayah Basmol adalah sosok kiai yang
mempunyai ciri-ciri seperti yang telah disebutkan di atas. Beliau sebagai seorang figur kiai menekankan kepada masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-
Hidayah agar mempunyai budi pekerti yang baik serta bermoral dalam berinteraksi dalam pergaulan sehari-hari.
Berkaitan dengan hal diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui dan mengungkap prihal startegi komunikasi yang dilakukan oleh kiai pondok
pesantren terhadap masyarakat lingkungan pondok pesantren dalam pembinaan
akhlak sehingga penulis tertarik untuk mengambil judul skripsi Strategi Komunikasi KH. Ahmad Syarifudin Abdul Ghani Dalam Pembinaan Akhlak
Pada Masyarakat Lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah Jakarta Barat ”
7
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah