Sindrom stres dan mood postpartum dapat menetap sampai mencapai 2 bulan. Gejala berupa rasa malu, merasa sangat sibuk, tidak berdaya, tidak nafsu makan, masalah
tidur, mudah marah, dan iritabel. Reaksi kecemasan dapat berlangsung sampai 6 bulan atau lebih, dengan gejala rasa percaya diri rendah, tidak berharga, agitasi,
bingung, distraksi, cemas berlebih dan kurang tidur. Kejadian psikosis postpartum 1- 2 dari 1000 ibu postpartum dengan gejala halusinasi, bingung dan delusi.
Penelitian Coben 2004, yang meneliti tentang stres pasca trauma pada ibu hamil, melahirkan dan pasca melahirkan. Dari sejumlah 253 responden ibu
postpartum yang diobservasi di RS Toronto Canada dan 200 ibu postpartum di rumah yang diinterview melalui telepon, diperoleh hasil bahwa kelompok ibu yang
mengalami kesulitan persalinan berhubungan signifikan dengan tingginya kejadian stres pasca trauma.
2.3. Landasan Teori
Stres digambarkan sebagai suatu perasaan tegang secara emosional dan fisik. Salah satu dampak bencana yang memerlukan perhatian jangka panjang adalah stres
pasca trauma. Menurut Andreasen N.C and Black 2001 stres pasca trauma adalah suatu
keadaan yang melemahkan fisik dan mental secara ekstrim yang timbul setelah seseorang melihat, mendengar, atau mengalami suatu kejadian trauma yang hebat dan
kejadian yang mengancam kehidupannya. Keadaan ini ditandai dengan suasana perasaan murung, sedih, kurangnya semangat dalam melakukan kegiatan sehari-hari
Dina Yusdiana. D : Perbedaan Kejadian Stres Pasca Trauma Pada Ibu Post Partum Dengan Seksio Sesaria Emergenci, Partus Pervaginam Dengan Vakum Dan Partus Spontan Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan,
2009 USU Repository © 2008
maupun kegiatan yang menimbulkan kesenangan, kadang-kadang disertai dengan waham dan bila sudah berat dapat menimbulkan gangguan dalam fungsi peran dan
kehidupan sosial. Sedangkan menurut Kaplan Sadock 2001 gangguan pasca trauma harus mengalami suatu stres emosional yang besar akan trauma bagi hampir
setiap orang. Trauma tersebut termasuk trauma bencana alam, peperangan, pemerkosaan dan kecelakaan serius. Gangguan tersebut timbul apabila mengalami
stres emosionaltrauma psikologi yang besar yang berada di luar batas-batas pengalaman manusia yang lazim. Untuk membuat sebuah diagnosa gangguan stres
pasca trauma gejala-gejalanya harus berlangsung satu bulan setelah peristiwa itu terjadi dan harus secara jelas mempengaruhi bagian-bagian penting kehidupan seperti
keluarga dan pekerjaan. Menurut Smeltzer Bare 2004 penting bagi perawat memperhatikan pasien
yang berisiko mengalami stres pasca trauma dan memiliki pengetahuan tentang gejala stres pasca trauma tersebut. Kepekaan dan ‘caring’ perawatbidan diperlukan dalam
hubungan personal, membantu ketrampilan koping di ‘recovery’ kesembuhan dan ‘selfcare’ klien.
Dalam menguatkan penelitian ini maka dapat dijelaskan bahwa sebuah peristiwa trauma pada seseorang dapat menjadi stressor yang berdampak terhadap
perubahan fisik dan psikologis seseorang. Selain peristiwa trauma, faktor predisposisi ikut berperan dalam menimbulkan stres pasca traumatic. Ibu post partum yang
mengalami stres akan terganggu fungsi sosial, pekerjaan, kehidupan rumah tangga dan fungsi-fungsi penting lainnya, maka untuk itu perawatbidan yang penuh
Dina Yusdiana. D : Perbedaan Kejadian Stres Pasca Trauma Pada Ibu Post Partum Dengan Seksio Sesaria Emergenci, Partus Pervaginam Dengan Vakum Dan Partus Spontan Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan,
2009 USU Repository © 2008
perhatian sangat diperlukan klien stres pasca trauma pada postpartum. Secara skematis dapat dilihat sebagai berikut:
------------------------------ Peran PerawatBidan -------------------------------- Faktor Predisposisi
Biologi : Latar belakang genetik, status nutrisikesehatan Psikologi : Kecerdasan, konsep diri, dan mekanisme koping
Sosial kultural : Usia, gender, pendidikan, pendapatan, pekerjaan, latar
belakang budaya, religikepercayaan.
Peristiwa Trauma: -
Peristiwa Persalinan Spontan, Bedah, Alat
- Korban Kekerasan
- Bencana Alam
- Peperangan
- Kecelakaan
- Peristiwa Menakutkan
Stres Pasca Trauma Sumber: Stuart laraia, 2001; Kaplan sadock, 1997; Taylor Mone, 1997;
Smeltzer Bare, 2004; Adhi Wibowo, 2003; APA, 2005; Berne Levy, 1993.
Gambar 2.1. Landasan Teori Determinan Stress Pasca Trauma
2.4. Kerangka Konsep Penelitian