Stres Pasca Trauma TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Stres Pasca Trauma

Menurut Smeltzer Bare 2004 Stres adalah merupakan hasil perubahan perilaku dari munculnya tantangan, ancaman keadaan yang merusak terhadap keseimbangan dinamik seseorang. Nurmiati 2005 menyatakan sumber-sumber stres psikologis dapat berupa masalah perkawinan, problem orang tua, masalah pekerjaan, lingkungan, tempat tinggal, finansial, masalah hukum dan sakit fisik seperti: kecelakaan, tindakan bedah emergensi, kehamilan akibat perkosaan. Sedangkan stres pasca trauma menurut Kaplan Sadock 1997 dan Smelzer Bare 2004 adalah suatu kondisi yang membangkitkan kecemasan, kemarahan, agresi, depresi dan curiga terhadap sesuatu yang mengancam diri termasuk fungsi hidup. Namun menurut American Psychhiatric Association APA 2005 gangguan stres pasca trauma adalah gangguan kejiwaan di mana seseorang memiliki pengalaman menyaksikan kejadian yang mengancam hidup seperti, bencana alam, insiden serius, peperangan, penganiyaan, penyerangan dan kekerasan. Dapat disimpukan bahwa gangguan stres pasca trauma adalah suatui kondisi gangguan kejiwaan setelah terekspose peristiwa menakutkan yang mengancam diri dan fungsi hidup. Dina Yusdiana. D : Perbedaan Kejadian Stres Pasca Trauma Pada Ibu Post Partum Dengan Seksio Sesaria Emergenci, Partus Pervaginam Dengan Vakum Dan Partus Spontan Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008 Menurut Kaplan Sadock 1997, sebuah peristiwa traumatik dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, diantaranya teori ‘Social Learning’, kognitif behavioral, teori psikoanalitik maupun neurobiologik. 1. Social Learning Theory a. Classical Conditioning, peristiwa traumatik akan merangsang ‘aurosal startle system’ untuk menghasilkan ‘reflexive response unconditioned Respons. Ketakutan yang ekstrim disertai persepsi kognitif akan adanya ketidakberdayaan pada dirinya, b. Instrument Conditioning, isyarat-isyarat penyerta kognitif, afektif, fisiologik, maupun lingkungan pada saat peristiwa traumatik dapat berperan sebagai conditioned stimulus dan merangsang ‘aurosalstartle system’ untuk menghasilkan ‘reflexive response unconditioned Respons dalam bentuk gejala stres pasca trauma. 2. Teory Psikoanalitik Freud 1990 mengemukakan neurosis traumatic sebagai akibat stimulus traumatic yang sangat ‘intens’ dan melampaui ambang tahan ego. Hal ini mengakibatkan ego tak berdaya dan timbul gejala mirip stres pasca trauma. Mekanisme koping yang digunakan pada stress pasca traumatik berupa penyangkalan denial, represi, kompensasi dan regresi. 3. Teori Neurobiologi Bangkitnya respon takut setelah traumatik akan menginialisasi hypothalamic- pituitary-adrenal axis dan menimbulkan reaksi ‘fight or flight’. Mekanisme kerja otak hingga kini belum dipahami para ilmuwan, namun terdapat hipotesis bahwa pengalaman hidup negatifperistiwa traumatik mengacaukan keseimbangan Dina Yusdiana. D : Perbedaan Kejadian Stres Pasca Trauma Pada Ibu Post Partum Dengan Seksio Sesaria Emergenci, Partus Pervaginam Dengan Vakum Dan Partus Spontan Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008 biokimiawi pada sistem informasi otak. Ketidakseimbangan ini menghalangi proses informasi kepada keadaan resolusi adaptif dengan hasil berupa depresi, emosi keyakinan dan pengalaman traumatik sehingga pengalaman menakutkan tersebut seolah-olah terjebak dalam tubuh klien. Menurut Kaplan Sadock 1997 Stressor adalah faktor penyebab utama dalam gangguan stres pasca trauma. Tetapi tidak setiap orang mengalami gangguan stres pasca trauma setelah suatu peristiwa traumatik. Stressor tidak cukup untuk menyebabkan gangguan. Perawat harus mempertimbangkan faktor biologis individual yang telah ada sebelumnya, faktor psikososial sebelumnya, dan peristiwa yang terjadi setelah trauma. Kaplan Sadock 1997 menyatakan bahwa Faktor Predisposisi yang memegang peranan penting dalam menentukan apakah gangguan berkembang adalah 1 adanya trauma masa kanak-kanak, 2 sifat gangguan pribadi, paranoid, ketergantungan atau anti sosial, 3 sistem pendukung yang tidak adekuat, 4 kerentanan konstitusional genetika pada penyakit psikiatrik, 5 perubahan hidup penuh stres yang baru terjadi, dan 6 penggunaan alkohol. Menurut American Psychiatric Association 2005 gejala-gejala stres pasca trauma adalah: a. ‘Instrusionre experiencing’ peristiwa traumatik:’flashback’ mimpi buruk. b. Menghindar avoidance dan pengumpulan emosi: menghindari tempat, situasi, maupun aktivitas yang berhubungan dengan trauma, hilangnya minat, emosi yang terbatas, klien tertutup terhadap kolega, sahabat dan keluarga. Dina Yusdiana. D : Perbedaan Kejadian Stres Pasca Trauma Pada Ibu Post Partum Dengan Seksio Sesaria Emergenci, Partus Pervaginam Dengan Vakum Dan Partus Spontan Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008 c. Kesadaran yang berlebihan ‘Hyper-aurosal’: gangguan tidur, mudah tersinggung, sulit konsentrasi. Menurut Smeltzer dan Bare 2004 tanda-tanda dan gejala stres pasca trauma adalah: dilatasi pupil, gangguan tidur, tremor, perubahan tekanan darah, takikardi atau palpitasi, berkeringat pada suhu dingin, kulit basah, hiperventilasi, dispnea, sensasi tertekan atau tercekik, mual, muntah, diare, radang lambung, nyeri perut, tegang otot atau kesakitan dan kelelahan. Secara psikologis meliputi: cemas, marah, depresi, takut, merasa bersalah, waspada berlebihan, ‘flashback’, pikiran kacau, gangguan daya ingat, menarik diri, gelisah, respon berlebihan, perilaku kejam, membenci diri sendiri, merasa pusing, tidak berdaya, putus asa, kurang minat untuk hidup, tidak mampu konsentrasi, sulit komunikasi, sulit mengekspresikan cinta dan sayang, bermasalah dalam berhubungan, masalah seksual dan sulit percaya pada orang. Menurut Kaplan Sadock 1997 kriteria diagnosis untuk gejala gangguan stres pasca trauma dapat berlangsung dari beberapa jam sampai beberapa tahun setelah trauma terjadi. Penggolongan stres pasca trauma dibagi menjadi 3 yaitu stres akut, kronis dan onset lambat. Termasuk dalam stres akut jika gejala kurang dari 3 bulan, stres kronis jika berlangsung selama lebih dari 6 bulan. Jika lamanya gangguan lebih dari 1 bulan dapat mengakibatkan gangguan yang bermakna terhadap fungsi sosial, pekerjaan dan fungsi penting lainnya. Adapun Prognosis menurut Kaplan Sadock 1997 kira-kira 30 pasien pulih secara lengkap, 40 terus menderita gejala ringan 20 terus menderita gejala Dina Yusdiana. D : Perbedaan Kejadian Stres Pasca Trauma Pada Ibu Post Partum Dengan Seksio Sesaria Emergenci, Partus Pervaginam Dengan Vakum Dan Partus Spontan Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, 2009 USU Repository © 2008 sedang, dan 10 tetap tidak berubah atau menjadi memburuk. Prognosis yang diramalkan oleh onset gejala yang cepat, durasi gejala singkat 6 bulan, tidak ada kelainan fungsi, dukungan sosial kuat, dan tidak adanya gangguan psikiatrik, medis, atau berhubungan dengan zat lainnya. Kaplan Sadock; APA 2005 menyatakan bahwa penatalaksanaan klien stres pasca trauma meliputi ‘Cognitive Behavior Therapy CBT, ‘Exposure Therapy’ psikodinamik psikoterapi, terapi keluarga, diskusi kelompok atau ‘peergroup’ konseling dan medikasi.

2.2. Jenis Persalinan yang Berisiko Terjadi Stres