BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Orang tua merupakan orang yang lebih tua atau orang yang dituakan. Orang tua juga yang mengasuh dan yang membimbing anaknya dengan cara
memberi contoh yang baik dalam menjalani kehidupan sehari-hari, selain itu orangtua juga telah memperkenalkan anaknya dalam hal-hal yang dapat di
dunia dan menjawab secara jelas tentang sesuatu yang tidak dimengerti oleh anak.
Misteri tentang manusia sama dengan misteri alam, semakin banyak dimensi yang telah diketahui, semakin disadari bahwa hal-hal yang belum
diketahui justru lebih banyak lagi. Manusia adalah miniatur dari keajaiban alam ciptaan Tuhan, ada yang secara individual yang kuat dan mulia itu
kemudian sukses secara sosial, menjadi orang yang terhormat dan dihormati masyarakat. Ada orang lain yang kepribadian individualnya sangat baik tetapi
ia tidak sanggup melakukan interaksi sosial dengan lingkungannya sehingga keunggulan kepribadian individualnya tidak memberikan kontribusi dalam
kehidupan sosial, dan akibatnya secara sosial ia tidak dihitung oleh masyarakat sekelilingnya. Perilaku manusia merupakan suatu fungsi dari
interaksi antara individu dengan lingkungannya. Sesungguhnya Tuhan telah menciptakan manusia dengan desain
kejiwaan yang sempurna, diberi kelengkapan psikologis untuk membedakan
1
mana yang baik dan mana yang buruk, ia juga diberi kelengkapan psikologis untuk berfikir untuk merasa dan untuk berkehendak. Oleh karena itu setiap
manusia harus selalu bersyukur atas apa yang telah diberikan oleh Tuhan kepada kita semua sebagai ummat-Nya. Karena itulah, maka para orangtua,
masyarakat, para ulama, bahkan pemerintahpun harus berusaha membantu dengan segala kemampuan yang ada pada mereka, dengan nasehat, petunjuk,
dengan undang-undang dan peraturan yang mempunyai sanksi-sanksi hukum, demi untuk menciptakan suasana yang serasi, menyenangkan bagi setiap
anggota keluarganya. Namun dalam kehidupan sehari-hari, sangat banyak orangtua yang
tidak dapat merasakan kebahagiaan dalam kehidupannya. Ada yang diamuk oleh percekcokan dan kadang-kadang dengan kekerasan, sehingga rumah
tangga yang dimulai dengan riang gembira dan gelak tawa sanak saudara serta handai taulan, beralih menjadi arena pertarungan yang tidak dapat ia ceritakan
dengan orang lain sehingga pikirannya tidak dapat dia simpan dengan baik yang mengakibatkan dia menangis sendiri, tertawa sendiri, berbicara sendiri,
bahkan berteriak-teriak sendiri tidak melihat sekitarnya. Bagi orangtua yang tidak sanggup menahan lama, tidak pandai
berpura-pura, tidak tahu mencari jalan yang harus ditempuh biasanya mengambil sikap keputusan bahwa salah satu anggota keluarganya ada yang
menderita sakit jiwa psikosis atau mentalnya terganggu, harus segera dibawa ke rumah sakit atau tempat rehabilitasi. Menurut Sigmun Freud, penyakit
mental jiwa, disebabkan oleh gejala tertekan yang berada pada lapisan
ketaksadaran jiwa manusia.
1
Penyakit adalah salah satu ciptaan Allah yang menimpa kepada siyapa saja yang dikehendakiNya, kapan dan bagaimana
penyakit itu muncul semuanya bergantung pada kehendak-Nya dan sesungguhnya Allah telah menciptakan penyakit untuk tujuan yang diketahui.
Kemudian Allah menuntut manusia untuk bersabar menghadapi penyakit dan berusaha mencari obatnya.
2
Menurut Abraham Maslaw, yang dikutip dari Hanna Djumhana Bastman, salah seorang pemuka psikologis Humanistik yang berusaha
memahami segi Esoterik ruhani manusia. Maslaw mengatakan bahwa kebutuhan manusia memiliki kebutuhan yang bertingkat dari yang paling
dasar hingga kebutuhan yang paling puncak. Pertama, kebutuhan Fisiologis, yaitu kebutuhan dasar untuk hidup seperti makan, minum, istirahat, dan
sebagainya. Kedua, kebutuhan akan rasa aman yang mendorong orang untuk bebas dari rasa takut dan cemas. Kebutuhan ini dimanifestasikan antara lain
dalam bentuk tempat tinggal yang permanen. Ketiga, kebutuhan akan rasa kasih sayang, aman, antara lain berupa pemenuhan hubungan antara manusia.
Manusia membutuhkan saling perhatian dan keintiman dalam pergaulan. Keempat,
kebutuhan akan harga diri, kebutuhan ini dimanifestasikan manusia dalam bentuk aktualisasi diri antara lain dengan bakat yang berguna. Pada
tahap ini orang ingin agar buah pikirannya dihargai.
3
1
Jalaluddin. Psikologi Agama. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007. h. 152.
2
Zuhair Muhammad Az-Zamili, diterjemahkan oleh Hedi Fajar dan Ahmad. Mengapa kita Saki: Hikmah Allah menciptakan Penyakit.
Bandung: Pustaka Hidayah; 2004. Cet. ke-1. h. 9.
3
Jalaluddin. Psikologi Agama. h. 156.
Gambaran tentang kesempurnaan tingkat kepribadian manusia ini agak mirip dengan konsep insan kamil, pribadi manusia sempurna yang kembali
kepada fitrah kesuciannya. Fitrah ini menurut M. Quraish Shihab, memiliki ciri-ciri berupa kecendrungan manusia untuk menyenangi yang benar, baik,
dan indah M. Quraish Shihab, 1994: 374.
4
Menurut Frankie, eksistensi manusia ditandai oleh tiga faktor, yakni spiritualty keruhanian, freedom
kebebasan, responsibility tanggung jawab.
5
Dalam ilmu kedokteran dikenal dengan istilah psikosomatik kejiwabadanan, dimaksudkan dengan istilah tersebut adalah untuk
menjelaskan bahwa terdapat hubungan erat antara jiwa dan badan. Jika jiwa berada dalam kondisi yang kurang normal seperti susah, cemas, gelisah dan
sebagainya, maka badan turut menderita. Menurut Prof. Aulia, sebagai pendiri psikosomatik di RS. Cipto
Mangunkusumo Jakarta mengatakan, psikosomatik terdiri dari Psishe atau jiwa dan soma atau badan, istilah itu menyatakan dengan jelas hubungan erat
antara jiwa dan badan, bila jiwa ditimpa satu kesulitan maka badan turut menderita.
6
Orang yang merasa takut, langsung kehilangan nafsu makan, kesal dan jengkel, jiwa sehat badan segar dan badan sehat jiwa normal. Kepribadian
manusia merupakan corak kebiasaan manusia yang terhimpun dalam dirinya untuk bereaksi dan menyesuaikan diri baik kepada lingkungan, keluarga
4
Ibid.
5
Ibid.
6
K. H.S.S. Djam’an. Islam dan Psikosomatik: Penyakit Jiwa. Jakarta: Bulan Bintang. 1975. Cet. ke-1. h. 12.
maupun kepada pribadinya sendiri. Dengan demikian corak dan kebiasaan itu merupakan satu kesatuan fungsional yang khas yang berfungsi sebagai arah
persoalan kesehatan mental atau jiwa. Dalam al-Qur’an surat As-Syam dikatakan bahwa manusia mempunyai desain kejiwaan yang sempurna,
memiliki potensi untuk memahami kebaikan dan kejahatan, dan ditingkatkan kualitasnya menjadi suci dan dapat tercemar sehingga menjadi kotor.
7
Dalam hal ini Allah SWT, menegaskan dalam firmanNya yang tercantum dalam surat As-Syam ayat 7-8:
ْﻧو ﺎ و
ﺎهاﱠﻮ .
ﺎﻬ ﻬْﻟﺄ ﺎهرﻮﺠ
ﺎهاﻮْﻘﺗو .
artinya: Dan jiwa serta penyempurnaannya ciptaannya. Maka Allah
mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan dan ketaqwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan
sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. As-Syam: 7-8
Dalam ayat di atas disebutkan bahwa sungguh beruntung manusia yang memelihara kesucian jiwanya dan sungguh rugi orang yang
mengotorinya. Ayat ini dapat ditingkatkan hingga menjadi suci secara aktual dan bisa juga terplosok kepada kehinaan sehingga menjadi kotor dan hina.
Faktor-faktor kejiwaan itu merupakan konflik atau pertentangan perasaan berdosa dan kekecewaan yang kesulitan-kesulitan itu tidak dapat si
sakit menyelesaikannya atau mengatasinya. Keluhan deritaan itu bisa berlaku pada alat badan yang manapun juga. Pengobatan pada psikosomatik di atas
7
Ahmad Mubarok. Psikologi Keluarga: Dari Keluarga Sakinah hingga Kelurga Bangsa. Jakarta: PT. Bina Rena Pariwara. 2005. h. 23.
selain pengobatan kebadanan adalah satu bidang khusus yaitu Agama dan perhatian keluarga.
Dalam perawatan jiwa, terasa sekali bahwa agama sangat dibutuhkan, tetapi bukan hanya perawatan, jiwa juga membutuhkan perhatian dan kasih
sayang terutama orang tua. Orang tua adalah obat kedua setelah keagamaan, karena orang tua juga sangat berpengaruh jika suatu rumah tangga
membangun kaluarga sakinah maka kehidupan berkeluargapun akan baik-baik saja tidak akan ada yang mengalami ganguan kejiwaan pada setiap anggota
keluarganya. Problem paling berat membangun keluarga sakinah di tengah masyarakat modern seperti sekarang ini adalah dalam menanggapi penyakit
“manusia modern”. Manusia seperti itu sebenarnya manusia yang sudah kehilangan makna, manusia kosong the Hollow Man. Ia resah setiap kali harus
mengambil keputusan, ia tidak tahu apa yang di inginkan. Para sosiolog menyebutnya sebagai gejala keterasingan aliensi yang di sebabkan oleh
perubahan sosial yang berlangsung sangat cepat, hubungan hangat antara manusia sudah berubah menjadi hubungan yang gersang, lembaga tradisional
sudah berubah menjadi lembaga rasional, mayarakat yang homogen sudah berubah menjadi heterogen dan stabilitas sosial berubah menjadi mobilitas
sosial.
8
Menurut sebuah penelitian yang di kutip oleh DR. Zakiah Daradjat, perilaku manusia itu 83 dipengaruhi oleh apa yang dilihat. 11 oleh apa
yang didengar dan 6 sisanya oleh berbagai stimulus campuran.
9
Dari
8
Ahmad Mubarok, Jiwa dalam Al-Qur’an: Solusi Krisis Keruhanian Manusia Modern, Jakarta: PT. Bina Rena Pariwara. 2005. h. 152.
9
Jalaluddin, Psikologi Agama, h. 152.
penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. Zakiah Daradjat sudah sangat jelas bahwa pada zaman modern keluarga harus selalu memperhatikan memberi
perhatian kepada setiap anggota keluarganya, jangan sampai keluarga sendiri yang mengakibatkan anggota keluarganya yang terkena gangguan atau sakit
jiwa. Dari uraian dan fenomena tersebut, maka penulis tertarik untuk
menelitinya, yang nantinya diharapkan akan menjadi pelajaran yang berharga bagi penulis dan manfaat bagi masyarakat.
Hal ini tertuang dan tertulis dalam skripsi yang berjudul “Peran Orang tua dalam Proses Penyembuhan Pasien di Rumah Sakit Jiwa Dr.
Soeharto Heerdjan Jakarta” .
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah