diperlukan lagi oleh orang lain sehingga mengganggu keluarga dan masyarakat sehingga orang tersebut di rawat di Rumah Sakit, di
kurung bahkan di pasung oleh keluarganya. Hal lain yang membuat seseorang mengalami gangguan kejiwaan adalah karena hanya
mementingkan dirinya sendiri dan tidak melihat orang lain dengan pandangan atau penglihatan yang baik dan melupakan hal-hal yang
diperintahkan oleh Allah SWT, dan yang menjadi ciri-ciri dari penyakit jiwa ialah tingkah laku yang mencolok, berlebihan, pada
seseorang sehingga menimbulkan kesan aneh, janggal dan berbahaya bagi orang lain.
4. Penerimaan Pasien dikeluarga
Tingkat penyesuain diri pasien sangat tergantung kepada sikap orang tua dan sesama psikologis social yang menonjol dalam
keluarga. Suasana keluarga tidaklah sama polanya, ia berbeda dari satu rumah ke rumah yang lain sementara rumah merupakan tempat
yang baik bagi pemeliharaan anak, sedangkan yang lain tampak atau kelihatan sebaliknya.
Apabila rumah dalam satu keluarga itu mempunyai pengaruh terhadap kelakuan pasien, maka hendaknya ada pengetahuan lebih
banyak dan lebih mendalam tentang cara penerimaan pasien di keluarganya. Dalam kehidupan keluarga tidak semuanya menerima
pasien dengan baik karena perbedaan suasana psikologis pada masing- masingnya mempengaruhi penyesuaian individu.
a. Rumah Keluarga yang menolak
Keluarga yang menolak merupakan keluarga yang tidak dapat menerima pasien dikarenakan keluarganya malu untuk
menganggap pasien sebagai keluarganya. Boldwyn menggambarkan rumah yang menolak itu dengan
tidak menyesuaikan diri, berciri pertentangan dan pertengkaran serta menjauh antara pasien dan keluarganya, yang sangat
membutuhkan hubungan social yang baik antara anggota keluarga atau antara keluarga dan alam luar lingkungan.
24
Boldwyn juga melihat dalam komentarnya terhadap bapak yang selalu menolak anaknya pasien, bahwa ia berusaha
menundukkan anaknya kepada kaidah-kaidah kelakuan yang keras dan karena itu ia mengambil ukuran kekerasan, kekejaman
tanpa alasan yang nyata, lebih dari keinginan untuk menolak. Dari kedua jenis penolakan itu adalah pasien tidak dapat
menyesuaikan diri, cendrung untuk menghabiskan waktunya dengan diluar rumah bahkan mengurung diri di kamar sehingga
banyak pikiran-pikiran yang ada dalam otaknya bahkan mengakibatkan adanya halusinasi dalam diri pasien.
b. Rumah atau keluarga yang demokratis.
Rumah keluarga yang seperti ini merupakan salah satu dari factor penyesuaian yang baik. Siasat yang dipakai dalam
24
Mustafa Fahmi,. Kesehatan Jiwa dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat, Jakarta: Bulan Bintang. 1977, h. 110.
keluarga ini adalah kebebasan dan demokrasi. Orang tua menghargai individualitas anaknya dan tidak memaksakan suatu
kekuasaan dalam membimbingnya. Apabila pasien yang hidup dalam rumah atau keluarga yang
seperti itu mempunyai waktu yang lebih mudah untuk berusaha kearah kesembuhan, karena:
a Menghargai pribadi pasien di rumah atau dalam
keluarga. b
Berusaha menumbuhkan pribadinya dan memandang kepadanya sebagai suatu pribadi yang berdiri sendiri
yang mempunyai kemampuan, bakat, dan sikap sendiri serta perlu diberikan kesempatan untuk bertumbuh
sejauh mungkin. c
Memberi kesempatan kepada pasien dalam pemikiran, ungkapan dan dalam memilih macam pekerjaannya,
dalam batas-batas kepentingan bersama dan tujuan umum.
c. Rumah atau Keluarga yang Toleran.
Setiap perlakuan yang di dasarkan atas toleransi yang masuk akal membuat pasien lebih mudah mencapai
penyesuaian diri, karena cara perlakuan seperti itu memberikan rasa aman yang sebenarnya kepada pasien dan menciptakan
suasana yang memungkinkannya mengarah kepada dirinya, yang berdiri sendiri dan kesembuhan secara berangsur-angsur.
d. Rumah atau keluarga yang terdapat padanya kekuasaan dan
otoritas orang tua. Kekuasaan orang tua dapat menghambat tumbuhnya
keinginan anak untuk bebas, orang tua yang otoriter adalah mereka yang memaksakan kekuasaan dan otoritas pada anak,
mereka keras, dan kejam dengannya, mengancam dan menyesalinya atau mendorongnya kepada tingkat yang tidak
sesuai dengan umur dan pertumbuhannya. Meyers menulis: apabila anak di hadapkan kepada
kekuasaan disamping ia merasa di sayangi atau diterima, maka akibatnya adalah semakin bergantung kepada orang
tuanya dan berkurangnya kemajuan social di luar keluarga. Ternyata pula bahwa akibat tidak stabilnya perlakuan, maka
anak menempuh dua macam kelakuan: apabila ia setuju akan perintah akan di patuhinya. Jika tidak cocok dengannya,
maka ia akan melanggarnya atau ia menempuh cara-cara perlawanan sebagai reaksi.
25
25
Ibid, h. 112.
BAB III GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT JIWA Dr. SOEHARTO
HEERDJAN JAKARTA
A. Sejarah Berdirinya
Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan didirikan berdasarkan Keputusan Kerajaan Belanda Koninklijkbesluit tertanggal 30 Desember
1865 No. 100 dan berdasarkan Keputusan Gubernur Jenderal Gouverneur General tertanggal 14 April 1867, namun pembangunannya baru dimulai
pada tahun 1876.
1
Dasar hukum pendirian Rumah Sakit Jiwa adalah “Het Reglement op het Krankenzenigenwezen” Stbl. 1897 Nomor 54 dengan segala
perubahan dan tambahan-tambahannya. Atas dasar perubahan tersebut bentuk pelayanan Rumah Sakit Jiwa tidak melayani pasien secara
langsung tertutup dari masyarakat, Rumah Sakit Jiwa hanya menerima pasien dari Kejaksaan, Kepolisian, Pamong Praja dan Instansi Pemerintah
lainnya atas dasar ada indikasi gangguan jiwa berat. Sehingga sekarang masih melekat pengertian masyarakat bahwa Rumah Sakit Jiwa hanya
melayani pasien yang mengalami gangguan jiwa berat. Dalam rangka memenuhi harapan pengabdian dan peningkatan ilmu pelayanan di bidang
penyakit jiwa, kabinet di Indonesia Ex Nederland Indie mengirimkan surat dinas kepada Inspektur Urusan Asylum di negeri Belanda pada bulan
1
Direktorat Jendral Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI, Profil Rumah Sakit Jiwa Dr. Soehartoo Heerdjan, Jakarta: 2008, h. 1.
36