BAB III GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT JIWA Dr. SOEHARTO
HEERDJAN JAKARTA
A. Sejarah Berdirinya
Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan didirikan berdasarkan Keputusan Kerajaan Belanda Koninklijkbesluit tertanggal 30 Desember
1865 No. 100 dan berdasarkan Keputusan Gubernur Jenderal Gouverneur General tertanggal 14 April 1867, namun pembangunannya baru dimulai
pada tahun 1876.
1
Dasar hukum pendirian Rumah Sakit Jiwa adalah “Het Reglement op het Krankenzenigenwezen” Stbl. 1897 Nomor 54 dengan segala
perubahan dan tambahan-tambahannya. Atas dasar perubahan tersebut bentuk pelayanan Rumah Sakit Jiwa tidak melayani pasien secara
langsung tertutup dari masyarakat, Rumah Sakit Jiwa hanya menerima pasien dari Kejaksaan, Kepolisian, Pamong Praja dan Instansi Pemerintah
lainnya atas dasar ada indikasi gangguan jiwa berat. Sehingga sekarang masih melekat pengertian masyarakat bahwa Rumah Sakit Jiwa hanya
melayani pasien yang mengalami gangguan jiwa berat. Dalam rangka memenuhi harapan pengabdian dan peningkatan ilmu pelayanan di bidang
penyakit jiwa, kabinet di Indonesia Ex Nederland Indie mengirimkan surat dinas kepada Inspektur Urusan Asylum di negeri Belanda pada bulan
1
Direktorat Jendral Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI, Profil Rumah Sakit Jiwa Dr. Soehartoo Heerdjan, Jakarta: 2008, h. 1.
36
September 1865, kemudian disusul dengan laporan Menteri Penjajahan kepada Ratu Wielhellmina tertanggal 29 Desember 1865, yang isinya
adalah menyetujui untuk mendirikan Rumah-Rumah Sakit Jiwa di Indonesia.
Sebenarnya usaha kesehatan jiwa di Jakarta sudah dimulai sejak jaman penjajahan Belanda pada tahun 1824, yaitu dengan mengadakan
penampungan 100 orang pasien gangguan mental di salah satu Rumah Sakit milik Persatuan Orang Cina di Indonesia POCI, dan pada tahun
1923 pasien-pasien tersebut dipindahkan ke Rumah Sakit Jiwa di daerah Grogol yang baru dibuka oleh Pemerintah Hindia Belanda.
Pada tahun 1942 sampai tahun 1945 Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan yang pada waktu itu bernama Rumah Sakit Jiwa
Grogol dipakai sebagai Kamp Konsentrasi untuk tahanan politik oleh Fasisme Jepang, sementara pasien-pasien yang sedang dirawat saat itu
dipindahkan ke Rumah Sakit Jiwa Pusat Bogor Rumah Sakit Jiwa Cilendek.
Pada tahun 1946 Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan dipakai sebagai pos pertahanan KNIL Belanda. Beberapa kali Rumah Sakit Jiwa
Dr. Soeharto Heerdjan mengalami bencana banjir sehingga pasien-pasien yang ada dievakuasi ke Rumah Sakit Jiwa Pusat Bogor pada tahun 1963
dan tahun 1996.
2
2
Ibid, h. 2.
Sesuai kebijakan Departemen Kesehatan Republik Indonesia dalam pengembangan Pelayanan Kesehatan jiwa pada tanggal 20
Desember 1965 Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan diresmikan sebagai proyek pelopor kesehatan jiwa di bidang prevensi, kurasi,
sedangkan bidang rehabilitasinya dipusatkan di Rumah Sakit Jiwa Bogor. Untuk menghilangkan stigma masyarakat, nama Rumah Sakit
Jiwa Grogol diubah dengan nama Rumah Sakit Jiwa Jakarta pada tahun 1973. Dan pada tahun 1993 diubah lagi menjadi Rumah Sakit Jiwa Dr.
Soeharto Heerdjan. Pada tahun 1974 Rumah Sakit Jiwa Jakarta dan Rumah Sakit Jiwa
Bogor dipersiapkan sebagai proyek Rumah Sakit Jiwa Nasional dengan mengadakan aliansi dengan Bagian Ilmu Jiwa Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Adapun maksudnya adalah supaya kedua fasilitas mental tersebut menjadi Rumah Sakit Jiwa Pemerintah dalam bidang
Prevensi atau Promosi, Kuratif, Rehabilitasi dan Riset. Rumah Sakit Jiwa Jakarta melaksanakan pelayanan kesehatan jiwa intramural dan
ekstramural serta melakukan pembinaan pada puskesmas di wilayah Jakarta.
Sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan pelayanan kesehatan jiwa, maka pada tanggal 6 Februari 1974 dibuka bagian Psikiatri Anak
dan Remaja di Rumah Sakit Jiwa Jakarta dengan bantuan tenaga Psikiater Anak dari Fakultas Kedokteran Indonesia. Sebagai Pembina
Yan Kes Wa di DKI maka Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan melakukan integrasi Pelayanan Kesehatan Jiwa ke seluruh puskesmas-
puskesmas wilayah DKI Jakarta dengan mengirim supervisor antara lain Psikiater Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan.
3
B. Visi, Misi, Motto dan Tujuan