2.1.5 Efek Farmakologis
Bakung putih memiliki efek farmakologis sebagai perangsang muntah emeticum, penetral racun antidotum, peluruh keringat
diaforetik, obat cacing antelmintik, merangsang masaknya bisul, menghilangkan pembengkakan antiswelling, menghilangkan rasa
sakit analgesik, pelembut kulit dan obat luka Hargono dkk, 1985; Heyne, 1987; Nelson et al., 2007. Menurut Sun et al. 2009 bagian
umbi memiliki aktivitas sitotoksik. Disamping itu bakung putih dapat digunakan sebagai perangsang pertumbuhan rambut Kim et al., 2010
dan anti-inflamasi Samud et al., 1999; Kim et al., 2008.
2.1.6 Penyebaran
Beberapa spesies merupakan tumbuhan asli Amerika Selatan dan Hindia Barat, sedangkan bakung putih berasal dari daerah tropis
Asia. Banyak ditemukan di dataran rendah sampai 700 m di atas permukaan laut, khususnya di tempat-tempat yang lembab tanahnya
dan banyak humusnya, di tepi sungai, gundukan di pantai dan sekitar danau juga di tepi hutan. Bakung dikenal sebagai tanaman hias, biasa
ditanam di halaman-halaman Heyne, 1987.
2.2 Ekstraksi Depkes RI, 2000
Ekstraksi suatu tanaman obat adalah pemisahan secara kimia atau fisika suatu bahan padat atau bahan cair dari suatu padatan, yaitu tanaman
obat. Sedangkan ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani
menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian
hingga memenuhi baku yang ditetapkan. Dalam proses pembuatan ekstrak ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, diantaranya: a.
Pembuatan serbuk simplisia Proses awal pembuatan ekstrak adalah tahapan pembuatan
serbuk simplisia kering. Dari simplisia dibuat serbuk simplisia dengan peralatan tertentu sampai derajat kehalusan tertentu. Proses
ini dapat mempengaruhi mutu ekstrak. Makin halus serbuk simplisia, proses ekstraksi makin efektif dan makin efisien, namun
makin halus serbuk, maka akan makin rumit secara teknologi peralatan untuk tahapan filtrasi.
b. Cairan pelarut
Cairan pelarut dalam proses pembuatan ekstrak adalah pelarut yang baik optimal untuk senyawa kandungan yang
berkhasiat atau yang aktif, dengan demikian senyawa tersebut dapat terpisahkan dari bahan dan dari senyawa kandungan lainnya,
serta ekstrak hanya mengandung sebagian besar senyawa kandungan yang diinginkan. Dalam hal ekstrak total, maka cairan
pelarut dipilih yang melarutkan hampir semua metabolit sekunder yang terkandung. Faktor utama untuk mempertimbangkan pada
pemilihan cairan penyari diantaranya: selektivitas, kemudahan
bekerja dan proses dengan cairan tersebut, ekonomis, ramah lingkungan, dan keamanan.
c. Separasi dan pemurniaan
Tujuan dari
tahapan ini
adalah menghilangkan
memisahkan senyawa yang tidak dikehendaki semaksimal mungkin tanpa berpengaruh pada senyawa kandungan yang
dikehendaki, sehingga diperoleh ekstrak yang lebih murni. Proses- proses pada tahap ini adalah pengendapan, pemisahan dua cairan
tak tercampur, sentrifugasi, dekantasi, filtrasi serta proses adsorpsi dan penukar ion.
d. Pemekatan atau penguapan
Pemekatan berarti jumlah parsial senyawa terlarut solute secara penguapan pelarut tanpa sampai menjadi kondisi kering,
ekstrak hanya menjadi kental atau pekat. e.
Rendemen Rendemen adalah perbandingan antara ekstrak yang
diperoleh dengan simplisia awal.
2.3 Bakteri