2.5 Jerawat Tranggono, 1996
Jerawat adalah peradangan yang disertai dengan penyumbatan pada saluran kelenjar minyak kulit dan rambut saluran pilosebacea. Apabila
saluran pilosebacea tersumbat, maka minyak kulit sebum tidak dapat keluar dan mengumpul di dalam saluran sehingga saluran membengkak, dan
terjadilah komedo. Jerawat selalu dimulai dari bentuk komedo, baik komedo terbuka blackhead atau komedo tertutup whitehead.
Bentuk jerawat dapat berupa komedo atau disebut jerawat tipe papulosa, dan apabila komedo tersebut mengandung nanah maka
digolongkan jerawat tipe pustulosa. Jerawat yang lebih parah dan membentuk kantung-kantung nanah disebut jerawat tipe kista dan apabila kantung-
kantung nanah itu bersatu membentuk saluran disebut jerawat tipe konglobata.
Jerawat cenderung mulai timbul pada usia remaja dan umumnya timbul dibagian kulit yang berminyak seborea yaitu hidung, pipi, dahi,
dagu, dada, dan punggung. Menurut Mertaniasih dkk 1996 faktor pencetus dari jerawat bersifat multifaktorial, yaitu diet, genetik, endokrin, kosmetik,
dan mikroba. Sedangkan menurut Athikomkulchai et al. 2008 faktor utama yang terlibat dalam pembentukan jerawat adalah peningkatan produksi
sebum, pegelupasan dari keratinosit, pertumbuhan bakteri dan inflamasi.
2.6 Antibakteri Pembanding Depkes RI, 1979; Ganiswarna dkk, 1995
Karakteristik klindamisin yang digunakan sebagai antibakteri pembanding adalah sebagai berikut:
a. Nama Lain
: L- treo- α- D- galakto- oktapiranosida, metil- 7-
klor- 6,7,8- trideoksi- {[1- metil- 4- propil- 2- pirolidinil karbonil] amino} -1- tio, 2S- trans; monohidriklorida
b. Rumus Kimia
: C
18
H
33
ClN
2
O
5
S . HCl c.
Rumus Molekul :
N CH
3
C
3
H
7
H CONHCH
H CCl
CH
3
H
O H
H OH
H H
SCH
3
H OH
OH HCl
Gambar 1. Rumus molekul klindamisin HCl d.
Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau
e. Kelarutan
: Mudah larut dalam air, dalam dimetilformamida P dan dalam metanol; larut dalam etanol 95 P; praktis tidak larut dalam
aseton P f.
Aktivitas Antibakteri : Aktif terhadap Staphylococcus aureus;
Diplococcus pneumoniae; Streptococcus pyrogenes; Streptococcus anaerobik; Streptococcus viridans; Actinomyces israelli; Bacteroides
fragilis dan kuman anaerob lainnya g.
Golongan Antibakteri : Antibakteri semisintetik turunan linkomisin
h. Mekanisme Kerja
: Terjadi ikatan secara reversibel dengan subunit ribosomal 50S, mencegah terjadinya ikatan peptida sehingga
akan menghambat sintesis protein bakteri; efek bakteriostatik atau bakterisidal tergantung dari konsentrasi obat, infeksi dan jenis organisme.
BAB III KERANGKA KONSEP