4
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Kurangnya kemampuan siswa dalam berbicara.
2. Kurangnya perhatian dan minat siswa terhadap pembelajaran berpidato.
3. Kurangnya alat bantu ketika proses pembelajaran berlangsung.
C. Batasan Masalah
Mengingat luasnya pembahasan di atas maka permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada:
1. Kemampuan berpidato Siswa.
2. Pengaruh Media Video Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpidato.
3. Tempat penelitian di SMA Negeri 13 Kabupaten Tangerang.
4. Subjek penelitian siswa kelas X tahun pelajaran 2012-2013, penelitian di
mulai pada bulan Februari sampai dengan bulan April 2013.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah yang dapat penulis rumuskan adalah sebagai berikut:
- Bagaimana pengaruh media video terhadap kemampuan berpidato siswa?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut: -
Untuk mengetahui pengaruh media video terhadap kemampuan berpidato.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: 1.
Sebagai bahan studi pertimbangan antara teori yang pernah penulis dapatkan pada perkuliahan dan dari buku yang pernah penulis baca
dengan keadaan sebenarnya.
5
2. Mengenal lebih dekat lingkungan dunia pendidikan dengan demikian
penulis dapat mengenal keadaan sebenarnya dari lingkungan pendidikan formal.
3. Melatih mental dan moral serta menambah keyakinan bagi penulis untuk
bertindak dan berbuat di dalam lingkungan yang sebenarnya, sehingga dapat berguna bagi penulis untuk mengadakan penelitian lebih lanjut.
6
BAB II KAJIAN TEORETIS
A. Berbicara
“Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran,
gagasan dan perasaan ”.
6
Sedangkan, menurut Nurgiantoro bahwa berbicara adalah aktivitas bahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan
berbahasa setelah aktivitas mendengarkan. Pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa berbicara merupakan
salah satu karunia terbesar bagi manusia. Berbicara mempunyai peranan pentingbagi kehidupan manusia sebagai makhluk sosial yang berinteraksi.
Berbicara berfungsi sebagai alat berkomunikasi. Selain itu, berbicara merupakan pembeda antara manusia dengan makhluk lain.
Jika menyinggung tentang kemampuan, maka kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan untuk melakukan sesuatu. Kemampuan
diperoleh pada taraf pertama melalui pendidikan, kursus, dan latihan, kemudian dikembangkan dalam praktik sehingga mewujudkan hasil yang
nyata. Sama halnya dengan kemampuan berbicara yaitu kemampuan mengucapkan
kalimat untuk
mengekspresikan, menyatakan,
dan menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Berdasarkan bunyi-bunyi yang
didengar, manusia belajar untuk mengucapkan dan akhirnya untuk berbicara. “Berbicara merupakan satu komponen menyampaikan pesan dan amanat
secara lisan. Keterampilan berbicara tidak dapat dipisahkan dari keterampilan mendengarkan.
Bahasa merupakan
alat komunikasi
yang efektif
antarmanusia ”.
7
Dalam berbagai situasi, bahasa dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan gagasan pembicaraan kepada pendengar atau penulis kepada
pembaca.Keterampilan berbicara lebih menuntut guru daripada siswa pelajar
6
Henry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa Bandung: Angkasa, 1987, h. 15.
7
Sugihastuti, Rona Bahasa dan Sastra Indonesia Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005, h. 121.
7
bahasa menjadi model dalam keterampilan berbicara. Akan tetapi, guru harus memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk berbicara. Guru harus
mempunyai imajinasi dalam menciptakan situasi belajar agar siswa terdorong dan mampu berbicara.
“Jika kemampuan berbahasa diibaratkan dengan kemampuan
berenang, belajar
bahasa bukanlah
mempelajari cara-cara atau petunjuk-petunjuk yang berkaitan
dengan renang,
melainkan terjun
dan berkecimpung
dengan air,
mengalami gelagapan,
mengalami hidung kemasukan air, telinga kemasukan air, dan yang lain lagi yang timbul selama bergumul dengan
air ”.
8
Penggunaan bahasa baku dan tidak baku ini bertalian dengan situasi. Penggunaan bahasa baku berkaitan dengan situasi resmi atau kedinasan
formal, sedangkan penggunaan bahasa tidak baku berkaitan dengan penggunaan bahasa dalam situasi tidak resmi atau di luar kedinasan. Di
samping itu, jarak antara penutur pembicara dan kawan bicara pendengar yang terlihat dari sikap, juga mewarnai penggunaan bahasa.
Jarak yang dekat antara penutur dan kawan bicara akan melahirkan penggunaan bahasa tidak baku. Sebaliknya, jarak jauh atau sikap resmi antara
pembicara dan kawan bicara akan melahirkan penggunaan bahasa baku. Namun, kita harus berhati-hati bahwa dalam bahasa pada situasi resmi tidak
mesti baku karena topik pembicaraan juga menentukan pilihan penggunaan bahasa.
“Dalam pemilihan penggunaan bahasa yang baku itu, selain situasi, perlu diperhatikan juga kawan bicara, latar setting, topik, dan tujuan
pembicaraan ”.
9
“Pada hakikatnya keterampilan berbicara adalah suatu ilmu yang diberikan kepada manusia untuk mengembangkannya. Secara alamiah manusia dapat
berbicara sejak kecil. Allah memberikan suatu kemampuan kepada manusia itu bermacam-macam ada yang sedikit ada juga yang banyak
”
10
. Kemampuan
8
Bambang Kaswanto Purwo, Pragmatics dan Pengajaran Bahasa, Yogyakarta: Kanisius, 1990, h. 9
9
Dendy Sugono, Mahir Berbahasa Indonesia Dengan Benar Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum, 2009, h. 19-20.
10
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2011, h. 65-66