Setelah itu campuran disaring dengan kertas saring Whatman no. 40. Filtrat yang dihasilkan dianalisis dengan menggunakan AAS untuk mengetahui konsentrasi
masing-masing ion logam yang masih tersisa dalam larutan. Analisis dilakukan secara berulang duplo. Waktu kontak dengan penyerapan yang terbaik
digunakan untuk analisis selanjutnya.
c. Pengaruh Konsentrasi Asam
Sebanyak 50 mL larutan Natrium Silikat Kotor NSK dengan variasi pH 2, 3, 4, 5, 6, dan 7, dicampurkan dengan kitosan sebanyak 0,2 gram kemudian
diaduk pada temperatur ruang dengan menggunakan waktu kontak yang terbaik. Setelah itu campuran disaring dengan kertas saring Whatman no. 40. Filtrat yang
dihasilkan dianalisis dengan menggunakan AAS untuk mengetahui konsentrasi masing-masing ion logam yang masih tersisa dalam larutan. Analisis dilakukan
secara berulang duplo. pH dengan penyerapan yang terbaik digunakan untuk analisis selanjutnya.
d. Pengaruh Suhu
Kitosan dengan massa 0,2 gram dicampurkan dengan 50 mL larutan Natrium Silikat Kotor NSK dengan pH yang terbaik, kemudian diaduk pada
temperatur yang divariasikan 30
o
C, 40
o
C, 50
o
C, 60
o
C, 70
o
C, dan 80
o
C dengan menggunakan waktu kontak yang terbaik. Setelah itu campuran disaring dengan
kertas saring Whatman no. 40. Filtrat yang dihasilkan dianalisis dengan menggunakan AAS untuk mengetahui konsentrasi masing-masing ion logam yang
masih tersisa dalam larutan. Analisis dilakukan secara berulang duplo.
54
e. Perbandingan Kitosan Sintesis dengan Kitosan Produk BATAN
Sebanyak 0,2 gram kitosan sintesis maupun kitosan produk BATAN, masing-masing dicampurkan dalam 50 mL larutan Natrium Silikat Kotor NSK
dengan kondisi pH, suhu dan waktu yang terbaik. Setelah itu campuran disaring dengan kertas saring Whatman no. 40. Filtrat yang dihasilkan dianalisis dengan
menggunakan AAS untuk mengetahui konsentrasi masing-masing ion logam yang masih tersisa dalam larutan. Analisis dilakukan dua kali pengulangan duplo.
Hasil adsorpsi antara kitosan sintesis dengan kitosan produk BATAN dibandingkan.
55
56
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Karakterisasi Pasir Kuarsa dan Preparasi Natrium Silikat
Pasir kuarsa merupakan bahan baku pada penelitian ini. Pasir kuarsa yang digunakan diharapkan mempunyai kemurnian yang tinggi, sehingga perlu
dilakukan karakterisasi terhadap pasir kuarsa dengan menggunakan SEM dan AAS. Analisis dengan menggunakan SEM dilakukan untuk mengetahui bentuk
morfologi dari suatu permukaan pasir kuarsa. Adapun gambar hasil analisis SEM sebagai berikut:
100 µm 100 µm
100 µm 100 µm
100 µm
Gambar 13. Hasil analisa pasir kuarsa
Selain itu, untuk mengetahui pengotor apa saja yang terdapat pada pasir kuarsa, maka dilakukan analisis terhadap pasir kuarsa dengan menggunakan AAS
dari laboratorium pengujian tekMIRA Bandung. Hasil analisis AAS lihat pada lampiran 10 hal. 81 didapatkan kandungan pengotor yang terdapat pada pasir
kuarsa sebagai berikut:
57