Waktu dan Tempat Demineralisasi Deproteinasi Pengaruh Waktu Kontak Pengaruh Konsentrasi Asam

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 Maret sampai 1 Juli 2010. Bertempat di Laboratorium Pusat Penelitian Metalurgi, LIPI, PUSPIPTEK Serpong. 3.2. Bahan dan Alat 3.2.1. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain cangkang rajungan Portunus pelagicus dari Serang, pasir kuarsa dari Kalimantan Timur, Na 2 CO 3 anhidrat, NaOH pa. 1M, NaOH pa. 50, HCl pa. 1M, aquadest, dan larutan standar Fe 1 ppm; 2 ppm; 3 ppm; dan 4 ppm, Mn 0,2 ppm; 0,5 ppm; 1,0 ppm; dan 2,0 ppm dan kitosan produk BATAN spesifikasi: derajat deasetilasi 91,12, ukuran 1 mm, rendemen 20, kadar abu 0,2 dan kadar air 10.

3.2.2. Alat

Alat yang digunakan diantaranya neraca analitik, muffle furnace Carbolite, cawan silikon karbidakrusibel, gelas beaker, gelas ukur, labu ukur, botol pereaksi, botol semprot, hotplate magnetic Nuova, timer, termometer, kertas saring Whatman no. 40, pH indikator Merck, FTIR Perkin Elmer, AAS Analytikjena novAA 300, dan SEM JEOL JSM-6390 A. 50 3.3. Metode Kerja 3.3.1. Persiapan Awal Roasting Pasir Kuarsa Pasir kuarsa diambil, kemudian dicuci dengan menggunakan air bersih sampai hilang kotoran berupa humus maupun lumpur. Setelah bersih, ditandai dengan air cucian yang sudah jernih, maka pasir kuarsa tersebut dikeringkan dalam oven pada suhu 105 o C ± 2 jam sehingga air cucian menguap sempurna. 165 gram pasir kuarsa dan 135 gram natrium karbonat Sulistiyono, 2005 dimasukkan ke dalam mixer, kemudian dilakukan proses pencampuran secara merata. Setelah campuran merata kemudian campuran tersebut dimasukkan dalam krusibel dan dipanaskan sampai temperatur 1200 o C, lalu setelah tercapai termperatur tersebut kemudian ditahan sampai 2 jam. Pada percobaan ini diperoleh leburan natrium silikat dimana leburan tersebut langsung dikeluarkan dan dalam kondisi cair dituangkan dari dalam krusibel ke dalam loyang stainless steel. Kemudian lelehan didinginkan dalam pendingin kipas agar cepat dingin, kemudian lelehan yang telah dingin digerus sehingga menjadi serbuk. Serbuk ini dinamakan dengan Natrium Silikat Kotor NSK karena masih mengandung pengotor ion-ion logam.

3.3.2. Pembuatan Larutan Natrium Silikat

Serbuk Natrium Silikat Kotor NSK diperoleh, ditimbang sebanyak 20 gram dilarutkan dalam 200 mL air mendidih 1:10 berdasarkan penelitian sebelumnya dan diaduk selama 2 jam. Larutan selanjutnya disaring dengan kertas saring Whatman no. 40, sehingga dapat dipisahkan masing-masing residu dan filtrat. Dilakukan proses analisa terhadap larutan dan residu untuk menentukan pengotor logam Fe dan Mn yang ada di dalammya dengan menggunakan AAS. 51

3.3.3. Persiapan Awal Pembuatan Kitosan

Cangkang rajungan basah, dicuci dan dikeringkan dibawah sinar matahari. Kemudian dihaluskan lalu diayak dengan ukuran 100 mesh, maka jadilah tepung rajungan.

a. Demineralisasi

Penghilangan mineral dilakukan pada suhu 25-30°C suhu kamar dengan menggunakan larutan HCl 1 M dengan perbandingan sampel dengan larutan HCl = 1:15 gr serbukml HCl sambil diaduk selama 60 menit. Kemudian di dekantasi dan dicuci dengan aquadest sampai pH netral, lalu dikeringkan endapannya.

b. Deproteinasi

Proses ini dilakukan pada suhu 80-90°C dengan menggunakan larutan NaOH 1 M dengan perbandingan NaOH = 1:15 gr serbukml NaOH sambil diaduk selama 3 jam. Kemudian campuran didekantasi dan dicuci dengan aquadest sampai pH netral, lalu disaring untuk diambil endapannya.

c. Deasetilasi Kitin menjadi Kitosan

Kitin yang telah dihasilkan pada proses diatas dimasukkan dalam larutan NaOH 50 1:15 gr serbukml NaOH pada suhu 90°C sambil diaduk dengan kecepatan konstan selama 60 menit. Hasilnya disaring, endapan dicuci dengan aquadest lalu ditambah larutan HCl encer agar pH netral kemudian dikeringkan. Maka terbentuklah kitosan. Gambar proses dapat dilihat pada lampiran hal. 76.

3.3.4. Analisis FTIR

Sebanyak 2 mg sampel kitosan ditambahkan 200 mg KBr 1:100 lalu digerus sampai halus. Campuran sampel dan KBr dimasukan dalam alat pencetak pellet dan di pres dengan tekanan 7-8 ton sambil di vakum untuk menarik uap air 52 yang ada. Film yang terbentuk kemudian dibaca dengan alat FTIR pada panjang gelombang 450-4000 cm -1 .

3.3.5. Analisis SEM

Sampel yang telah bersih dan kering ditempelkan pada sample holder dengan perekat dua sisi, dilanjutkan dengan pelapis tipis emas dalam mesin pelapis tipis sputler. Kemudian dilakukan pengamatan struktur mikro dan komposisi kimianya dengan SEM pada 20 kV dan perbesaran 1000 kali.

3.3.6. Proses Adsorpsi dengan Metode Batch a. Pengaruh Massa Kitosan

Kitosan dengan massa yang berbeda 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5 dan 0,6 gram dicampurkan dalam 50 mL larutan Natrium Silikat Kotor NSK dalam suasana asam. Kemudian diaduk pada temperatur ruang selama 30 menit. Setelah itu campuran disaring dengan kertas saring Whatman no. 40. Filtrat yang dihasilkan dianalisis dengan menggunakan AAS untuk mengetahui seberapa besar penyerapan kitosan. Analisis dilakukan secara berulang duplo. Persen logam yang teradsorpsidiserap dihitung dengan rumus sebagai berikut: Persentasi adsorpsi = C 0 – C x 100 C Keterangan: C = konsentrasi awal logam mgL C = konsentrasi logam setelah adsorpsi pada fasa cair mgL

b. Pengaruh Waktu Kontak

Kitosan dengan massa 0,2 gram dicampurkan dengan 50 mL larutan Natrium Silikat Kotor NSK, kemudian diaduk pada temperatur ruang. Waktu kontak divariasikan selama 15 menit, 30 menit, 60 menit, 90 menit dan 120 menit. 53 Setelah itu campuran disaring dengan kertas saring Whatman no. 40. Filtrat yang dihasilkan dianalisis dengan menggunakan AAS untuk mengetahui konsentrasi masing-masing ion logam yang masih tersisa dalam larutan. Analisis dilakukan secara berulang duplo. Waktu kontak dengan penyerapan yang terbaik digunakan untuk analisis selanjutnya.

c. Pengaruh Konsentrasi Asam

Sebanyak 50 mL larutan Natrium Silikat Kotor NSK dengan variasi pH 2, 3, 4, 5, 6, dan 7, dicampurkan dengan kitosan sebanyak 0,2 gram kemudian diaduk pada temperatur ruang dengan menggunakan waktu kontak yang terbaik. Setelah itu campuran disaring dengan kertas saring Whatman no. 40. Filtrat yang dihasilkan dianalisis dengan menggunakan AAS untuk mengetahui konsentrasi masing-masing ion logam yang masih tersisa dalam larutan. Analisis dilakukan secara berulang duplo. pH dengan penyerapan yang terbaik digunakan untuk analisis selanjutnya.

d. Pengaruh Suhu