Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sistem ekonomi Islam merupakan suatu sistem ekonomi yang berlandaskan pada nilai-nilai Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan as-Sunah 1 . Seandainya sistem tersebut dilaksanakan secara menyeluruh dan sesuai dengan ajarannya, maka akan menjadi sarana yang dapat memberikan kepuasan bagi setiap kebutuhan masyarakat. Sistem ini menjadi sarana yang berguna, adil dan rasional bagi kemajuan ekonomi masyarakat. Banyak sekali keuntungan yang akan dipetik masyarakat apabila mau mengadopsi sistem ini secara keseluruhan dalam kontek yang lebih luas. Eksistensi lembaga keuangan dalam perekonomian sangat penting dan merupakan jantung bisnis. Semakin maju lembaga keuangan suatu perekonomian semakin cepat perekonomian tersebut untuk tumbuh dan berkembang. Lembaga keuangan ini merupakan intermediasi terbesar dalam sistem finansial, menciptakan uang dan sangat penting dalam menentukan aktivitas ekonomi. Secara umum kegiatan ekonomi dapat dibedakan atas kegiatan ekonomi finansial dan kegiatan ekonomi nyata. Masing-masing kegiatan tersebut dilakukan oleh unit-unit ekonomi finansial dan unit-unit ekonomi nyata. Kegiatan ekonomi 1 M. Abdul Mannan, Ekonomi Islam: Teori dan Praktek, Yogyakarta:PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 1997, h.19 finansial menghasilkan produk jasa yang berkaitan dengan uang seperti meminjamkan uang, transfer, inkaso dll. Kegiatan ekonomi nyata adalah kegiatan ekonomi yang menghasilkan barang dan jasa non finansial. Produk dari kegiatan ini memiliki nilai tukar exchange value dan nilai pakai use value yang memungkinkan untuk dikonsumsi. Berbeda dengan produk dari kegiatan ekonomi finansial tidak memiliki nilai pakai, sehingga tidak dapat dikonsumsikan, tetapi sangat diperlukan untuk memproduksi dan mengkonsumsi barang dan jasa non finansial. 2 Salah satu lembaga keuangan yang menggunakan konsep syariah adalah perbankan. Perbankan ini merupakan salah satu aktivitas keuangan bagi masyarakat modern. Dalam dunia modern dewasa ini, kehidupan ekonomi tidak dapat begitu saja terlepas dari keberadaan serta peran penting sektor jasa keuangan pada umumnya dan perbankan pada khususnya. Dalam melaksanakan operasional harus berlandaskan pada prinsip-prinsip syariah, sebab melalui media inilah dana dan potensi yang ada pada masyarakat dapat diberdayakan dan disalurkan dalam berbagai kegiatan produktif sehingga dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi yang sehat dan terealisir. Bank sebagai lembaga keuangan mempunyai tugas yang paling pokok yaitu mengumpulkan dana masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada 2 A. Adriansah, Lando Simatupang, Lembaga Keuangan Indonesia, Jakarta:Institut Bankir Indonesia, 1993, h.1 masyarakat 3 . Bank sebagai lembaga intermediasi keuangan yang dituntut untuk memenuhi kriteria tersebut dalam penciptaan usahanya. Untuk mendukung hal ini, perlu adanya perencanaan, organisasi, pelaksanaan dan pengontrolan dalam setiap penciptaan usaha. Langkah manajemen yang diambil harus bertujuan untuk memperkuat landasan usaha dan mengembangkan usaha yang telah ada. Di era yang serba canggih ini, kecendrungan masyarakat untuk menyimpan uang di bank semakin besar. Selain karena faktor keamanan, juga karena bank tidak hanya berfungsi sebagai tempat penyimpanan, namun karena bank memberikan fasilitas- fasilitas lain yang tentunya memberikan kemudahan pada nasabah dalam melakukan aktifitas finansialnya. Sistem keuangan dan perbankan modern telah berusaha memenuhi kebutuhan manusia untuk mendanai kegiatan sendiri, dengan menggunakan prinsip penyertaan dalam rangka pemenuhan permodalan equity financing maupun dengan prinsip pinjaman dalam rangka pemenuhan kebutuhan, pembiayaan debt financing. Islamic Banking mempunyai cara sendiri untuk memenuhi kebutuhan tersebut, yaitu melalui akad bagi hasil profit and loss sharing, sebagai metode pemenuhan permodalan equity financing. Hal ini yang membedakan antara bank konvensional dan bank syariah. Perbedaan pokok lain antara bank konvesional dengan bank syariah terletak pada landasan falsafah yang dianutnya. Bank syariah tidak melaksanakan sistem bunga dalam seluruh aktivitasnya, sedangkan bank konvensioanl 3 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Jakarta: Kencana, 2005, h.19 sebaliknya. Hal ini memiliki implikasi yang sangat dalam dan sangat berpengaruh pada operasional dan produk yang dikembangkan oleh bank syariah. Adanya berbagai pilihan produk tabungan yang ditawarkan oleh bank akan memberikan pilihan kepada masyarakat untuk memilih produk tabungan dan pada bank mana ia akan menabung. Bank dituntut untuk mengetahui lebih dalam motif masyarakat untuk menabung. Dengan demikian bank dapat mengetahui arah dan sikap masyarakat dalam memilih produk tabungan, karena motif menimbulkan sikap atau pandangan dan kecenderungan mental. Berhubungan dengan itu, salah satu aspek yang memegang peranan penting dalam menilai kinerja bank adalah kemampuan bank tersebut dalam menghimpun dana pihak ketiga, yang dapat berupa tabungan, deposito, ataupun giro. Dalam hal ini, bank syariah menggunakan instrumen bagi hasil dalam menarik nasabah untuk menyimpan uangnya pada bank. Hal ini tentu berbeda dengan bank konvesional yang bersaing dengan sangat kompetitif dalam menetapkan suku bunga simpanan yang sangat menarik dalam menggaet calon nasabah. Faktor relegiusitas juga mempunyai peran yang lebih dominan mempengaruhi latar belakang menabung di bank syariah. Para nasabah mungkin memiliki alasan menabung di bank syariah agar sesuai dengan ajaran agama, tidak melakukan perbuatan keji yaitu memakan bunga yang merupakan riba yang dipraktekkan di bank konvensional. Hal ini mungkin menjadi keunggulan pada bank syariah, karena begitu bank syariah memiliki massa loyalis yang memiliki komitmen penuh terhadap syariah. Namun masa loyalis ini jumlahnya masih sangat kecil jika dibandingkan dengan masa mengambang, dimana pada segmen ini, calon nasabah lebih memperhatikan keuntungan yang diperoleh. Nasabah pada segmen ini kerap berpindah-pindah rekening untuk mengejar pengembalian yang tinggi dari pihak bank. Apabila bank-bank syariah sudah turut serta dalam persaingan tersebut, masih harus diteliti lebih lanjut. Dengan semakin banyak bank-bank syariah baik yang beroperasi secara stand alone maupun yang sudah menerapkan dual banking system, yang mana perbankan konvensional dengan sistem konvensional bisa membentuk office chanelling perbankan dengan sistem syariah merupakan sebuah fenomena tersendiri di negeri ini. 4 Kondisi seperti di atas membuat persaingan untuk merebut konsumen semakin ketat dan diperlukan strategi yang handal untuk menyiasati hal tersebut. Salah satu strategi yang dapat dijalankan adalah strategi harga pricing. Strategi harga yang dilakukan oleh bank syariah yaitu dengan memberikan bagi hasil yang menarik dan cukup kompetitif, yang jelas besarnya porsi nasabah pada segmen ini menuntut bank syariah, mau tidak mau bersaing dengan bank- bank konvensional dalam berkompetisi memberikan pengembalian yang tinggi. Dalam hal ini, bank konvesional menggunakan bunga sedangkan bank syariah menggunakan instrumen bagi hasil. Apabila pengembalian bagi hasil bank syariah 4 Faisal Baasir, Indonesia Pasca Krisis: catatan positif dan ekonomi, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2004, h. 161- 162 lebih besar dari pengembalian bunga pada bank konvesional, maka nasabah- nasabah mengambang tersebut dapat ditarik menjadi nasabah bank syariah. Oleh karena itu, persaingan yang dialami bank syariah saat ini tidak hanya sesama bank syariah saja, namun juga terhadap bank-bank konvensioal. Untuk terus menerus pasar mengambang yang sangat besar jumlahnya, bank syariah harus mampu berkompetisi secara sehat, yaitu menetapkan bagi hasil yang dapat bersaing dengan bunga bank konvensional. Berdasarkaan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk mengkaji lebih dalam apakah strategi harga penetapan nisbah bagi hasil yang diterapkan oleh bank syariah sudah berhasil mempengaruhi pertumbuhan dana pihak ketiga, yang dalam hal ini penulis batasi pada tabungan saja. Oleh karena itu, dalam penulisan skripsi ini penulis mengambil judul “PENGARUH STRATEGI PRICING PRODUK TABUNGAN PERMATA OPTIMA TERHADAP PERTUMBUHAN JUMLAH NASABAH DI PERMATABANK SYARIAH”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah