Directly Observed Treatment Short-course DOTS

lnterpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan ialah bila : • 3 kali positif atau 2 kali positif, 1 kali negatif → BTA positif • 1 kali positif, 2 kali negatif → ulang BTA 3 kali kecuali bila ada fasilitas foto toraks, kemudian bila 1 kali positif, 2 kali negatif → BTA positif • bila 3 kali negatif → BTA negatif Pemeriksaan biakan kuman: Pemeriksaan biakan M.tuberculosis dengan metode konvensional ialah dengan cara: - Egg-based media: Lowenstein-Jensen dianjurkan, Ogawa, Kudoh - Agar-based media : Middle brook

2.6.4. Pemeriksaan Radiologik

Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA. Pada pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis dapat memberi gambaran bermacam-macam bentuk multiform PDPI, 2006.

2.7. Pengobatan TB

2.7.1. Directly Observed Treatment Short-course DOTS

Pada tahun 1994, pemerintah Indonesia bekerjasama dengan WHO, melaksanakan suatu evaluasi bersama bernama WHO-Indonesia Joint Evaluation yang menghasilkan rekomendasi perlunya segera dilakukan perubahan mendasar pada strategi penanggulan TB di Indonesia yang kemudian disebut “STRATEGI DOTS” Permatasari, 2005. Istilah DOTS dapat diartikan sebagai pengawasan langsung menelan obat jangka pendek setiap hari oleh Pengawas Menelan Obat PMO Permatasari, 2005. Tujuannya mencapai angka kesembuhan yang tinggi, mencegah putus berobat, mengatasi efek samping obat jika timbul dan mencegah resistensi Permatasari, 2005. DOTS mengandung lima komponen, yaitu: Universitas Sumatera Utara 1. Komitmen politis dari para pengambil keputusan, termasuk dukungan dana 2. Diagnosis TBC dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis 3. Pengobatan dengan paduan Obat Anti Tuberkulosis OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat PMO 4. Kesinambungan persediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin 5. Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan pemantauan dan evaluasi program penanggulangan TB Depkes RI,2002. Obat Anti Tuberkulosis yang digunakan dalam program pengobatan TB jangka pendek adalah: Isoniazid H, Rifampisin R, Pirazinamid Z, Streptomisin S dan Ethambutol E. Oleh karena itu penggunaan Rifampisin dan Streptomisin untuk penyakit lain hendaknya dihindari untuk mencegah timbulnya resistensi kuman. Pengobatan penderita harus didahului oleh pemastian diagnosis melalui pemeriksaan radiologik, dan laboratorium terhadap adanya BTA pada sampel sputum penderita Girsang, 2002. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif 2-3 bulan dan lanjutan. Pada tahap intensif awal pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif konversi dalam 2 bulan. Pada tahap lanjutan 4-7 bulan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan Depkes RI, 2002. Universitas Sumatera Utara

2.7.2. Jenis, Sifat, dan Dosis OAT