Serapan hara K Daun mgtan Jumlah Tongkol per Plot buah Bobot Biji per Tanaman g Bobot Biji per Plot g

W 1 dan W 2 = Bobot kering tanaman pengamatan ke-1 dan ke-2. T 1 dan T 2 = Waktu pengamatan ke-1 dan ke-2.

5. Serapan hara N Daun mgtan

Untuk mengetahui serapan N tanaman dilakukan analisis kadar N di laboratorium dengan metode Spectrophotometry pada umur 6 MST.

6. Serapan hara P Daun mgtan

Untuk mengetahui serapan P tanaman dilakukan analisis kadar P di laboratorium dengan metode Spectrophotometry pada umur 6 MST.

7. Serapan hara K Daun mgtan

Untuk mengetahui serapan K tanaman dilakukan analisis kadar K di laboratorium dengan metode Spectrophotometry pada umur 6 MST.

8. Jumlah Tongkol per Plot buah

Pengamatan ini dilakukan setelah pemanenan, dihitung jumlah tongkol yang ada didalam seluruh plotlalu dirata – ratakan.

9. Bobot Biji per Tanaman g

Penimbangan bobot biji pertanaman dilakukan setelah pemanenan, ditimbangbiji setiap tanaman sampel lalu dirata – ratakan. Biji yang ditimbang adalah biji yang telah dikeringkan dengan kadar air 11, penimbangan dilakukan dengan menggunakan timbangan analitik dilaboratorium.

10. Bobot Biji per Plot g

Penimbangan bobot biji per plot dilakukan setelah pemanenan, ditimbangbiji setiap tanaman dalam satu plot. Biji yang ditimbang adalah biji yang telah dikeringkan dengan kadar air 11. Universitas Sumatera Utara HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Penelitian Tahap 1 Hasil penelitian tahap 1 menunjukkan hasil sebagai berikut : Tabel 1. Kondisi Kesuburan Tanah di Tiga Kecamatan, Kabupaten Deli Serdang Lokasi Kecamatan Karakter Percut Batang Kuis Pagar Merbau P K pH Kapur C-organik Sedang Sedikit sedang Agak asam 5-6 8 tetes 3 cm rendah Sedang Sedikit sedang Agak asam 4 – 8 tetes 3 cm rendah Sedang Tinggi Agak asam 4 – 8 tetes 3 cm Keterangan : Hasil Analisis Tanah dengan Menggunakan PUTK Dari hasil pengujian status kesuburan tanah dengan menggunakan PUTK diperoleh data bahwa Kecamatan Percut memiliki P sedang, K sedikit sedang, pH agak masam 5-6, kebutuhan kapur 8 tetes1-2 ton, dan C-organik rendah; Desa Tumpatan Nibung memiliki P sedang, K sedikit sedang, pH agak masam 5-6, kebutuhayan kapur 4- 8 tetes 750 kg, dan C-organik rendah; Desa Pasar Miring memiliki P sedang, K sedikit sedang, pH agak masam 5-6, kebutuhan kapur 4- 8 tetes 750 kg, dan C-organik tinggi. Dari ketiga daerah yang dievaluasi menunjukkan bahwa daerah Medan Estate memiliki kesuburan yang terendah, memiliki kandungan hara K sedikit, pH agak Universitas Sumatera Utara masam, sehingga kebutuhan kapur lebih tinggi, dan juga membutuhkan bahan organik yang banyak. Hal ini menjadi dasar penentuan lokasi penelitian. Lokasi tersebut perlu penambahan amandemen dan pengelolaan hara yang baik untuk meningkatkan produksi jagung. Dalam penelitian ini diuji varietas dengan perlakuan amandemen dan pemberian hara untuk meningkatkan produktifitas jagung. Penelitian Tahap 2 Total Luas Daun cm 2 Data pengamatan total luas daun jagung pada pengamatan 2, 4 dan 6 minggu setelah tanam MST dan hasil analisis statistik sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 7 sampai 10. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa perlakuan varietas V berpengaruh nyata terhadap total luas daun pada umur 2, 4 dan 6 MST. Pada perlakuan amandemen A berpengaruh nyata terhadap total luas daun pada umur 2, 4 dan 6 MST. Perlakuan metode pengelolaan hara P berpengaruh nyata terhadap total luas daun pada umur 2, 4 dan 6 MST. Sedang kombinasi perlakuan varietas dengan amandemen V x A berpengaruh nyata terhadap total luas daun pada umur 2 dan 6 MST, tetapi tidak nyata terhadap total luas daun pada umur 4 MST. Sedang kombinasi perlakuan varietas dengan metode pengelolaan hara V x P berpengaruh nyata terhadap total luas daun pada umur 2 dan 6 MST, tetapi tidak nyata terhadap total luas daun pada umur 4 MST. Untuk kombinasi perlakuan amandemen dengan metode pengelolaan hara A x P berpengaruh tidak nyata terhadap total luas daun pada umur 2, 4 dan 6 MST. Sedangkan kombinasi perlakuan varietas, amandemen dan pengelolaan hara V x A x P berpengaruh tidak nyata terhadap total luas daun pada umur 2, 4 dan 6 MST. Universitas Sumatera Utara Total luas daun pada perlakuan varietas, amandemen dan metode pengelolaan hara pada pengamatan 2, 4 dan 6 MST terdapat pada Tabel 2. Tabel 2. Total Luas Daun Jagung cm 2 pada Perlakuan Varietas, Amandemen dan Metode Pengelolaan Hara pada Umur 2, 4 dan 6 MST Perlakuan Total Luas Daun cm 2 2 mst 4 mst 6 mst Varietas V 1 Pioneer 12 1801,68 b 3653,85 b 6053,80 b V 2 Pioneer 23 1986,32 a 4130,78 a 6752,37 a V 3 NK 22 1632,71 c 3084,07 c 5647,83 c V 4 Arjuna 1325,24 d 2484,44 d 5218,74 d Amandemen A tanpa amandemen 1567,94 d 3106,76 d 5695,14 d A 1 pupuk organik 1725,32 b 3429,66 b 5977,98 b A 2 kapur 1654,02 c 3244,95 c 5823,53 c A 3 pupuk organik dan kapur 1798,66 a 3571,77 a 6176,10 a Metode Pengelolaan Hara P 1 dosis anjuran pemerintah 1683,27 b 3330,79 b 5913,52 b P 2 dosis PUTK 1712,49 a 3386,88 a 5985,67 a P 3 dosis yang digunakan petani 1663,69 c 3297,19 c 5855,36 c Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada perlakuan tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5. Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa pada pengamatan 2, 4 dan 6 MST varietas yang terbaik untuk parameter total luas daun adalah perlakuan V 2 Pioneer 23, yang diikuti perlakuan V 1 Pioneer 12, V 3 NK 22 dan V 4 Arjuna. Dari perlakuan amandemen diperoleh pada A 3 pupuk organik dan kapur, yang diikuti denganperlakuan A 1 pupuk organik, A 2 kapur dan A tanpa amandemen. Dari perlakuan metode pengelolaan haradiperoleh pada P 2 dosis PUTK, yang diikuti dengan perlakuan P 1 dosis anjuran pemerintahdan P 3 dosis yang digunakan petani. Universitas Sumatera Utara Total luas daun jagung pada kombinasi varietas dan amandemen pada umur 2 MST disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Varietas dan Amandemen terhadap Total Luas Daun cm 2 Jagung Pengamatan 2 MST Perlakuan Total Luas Daun cm 2 A A 1 A 2 A 3 V 1 1750,99 f 1823,33 c 1780,17 f 1852,22 e V 2 1898,13 d 1993,87 b 1935,45 c 2117,82 a V 3 1569,52 j 1649,22 h 1608,61 I 1703,49 g V 4 1053,13 n 1434,84 i 1291,84 m 1521,12 h Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5. Pada pengamatan 2 mst, total luas daun terluas diperoleh pada kombinasi V 2 A 3 Pioneer 23 dan pupuk organik dan kapur yaitu 2117,82 cm 2 , sedangkan yang terendah diperoleh pada kombinasi V 4 A Arjuna dan tanpa amandemen yaitu 1053,13 cm 2 . Total luas daun jagung pada kombinasi varietas dan metode pengelolaan hara pada umur 2 MST disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Varietas dan Metode Pengelolaan Hara terhadap Total Luas Daun cm 2 Jagung Pengamatan 2 MST Perlakuan Total Luas Daun cm 2 P 1 P 2 P 3 V 1 1800,72 c 1811,41 c 1792,90 c V 2 1984,12 ab 2008,44 a 1966,40 b V 3 1631,03 de 1649,57 d 1617,53 e V 4 1317,22 f 1380,56 f 1277,93 g Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5. Universitas Sumatera Utara Pada pengamatan 2 mst, total luas daun terluas diperoleh pada kombinasi V 2 P 2 Pioneer 23 dan dosis PUTK yaitu 2008,44 cm 2 , sedangkan yang terendah diperoleh pada kombinasi V 4 P 3 Arjuna dan dosis yang digunakan petani yaitu 1277,93 cm 2 . Total luas daun jagung pada kombinasi varietas dan amandemen pada umur 6 MST disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Varietas dan Amandemen terhadap Total Luas Daun cm 2 Jagung Pengamatan 6 MST Perlakuan Total Luas Daun cm 2 A A 1 A 2 A 3 V 1 5902,40 g 6120,89 e 6007,54 f 6184,38 e V 2 6305,03 d 6832,11 b 6518,10 c 7354,24 a V 3 5487,82 i 5690,76 i 5592,51 j 5820,23 h V 4 5085,30 o 5268,17 m 5175,96 n 5345,54 l Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5. Pada pengamatan 6 mst, total luas daun terluas diperoleh pada kombinasi V 2 A 3 Pioneer 23 dan pupuk organik dan kapur yaitu 7354,24 cm 2 , sedangkan yang terendah diperoleh pada kombinasi V 4 A Arjuna dan tanpa amandemen yaitu 5085,30 cm 2 . Total luas daun jagung pada kombinasi varietas dan metode pengelolaan hara pada umur 6 MST disajikan pada Tabel 6. Universitas Sumatera Utara Tabel 6. Varietas dan Metode Pengelolaan Hara terhadap Total Luas Daun cm 2 Jagung Pengamatan 6 MST Perlakuan Total Luas Daun cm 2 P 1 P 2 P 3 V 1 6050,84 d 6082,27 d 6028,30 d V 2 6746,80 b 6906,69 a 6603,62 c V 3 5637,80 f 5698,18 e 5607,51 f V 4 5218,64 gh 5255,56 g 5182,03 h Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5. Pada pengamatan 2 mst, total luas daun terluas diperoleh pada kombinasi V 2 P 2 Pioneer 23 dan dosis PUTK yaitu 6906,69 cm 2 , sedangkan yang terendah diperoleh pada kombinasi V 4 P 3 Arjuna dan dosis yang digunakan petani yaitu 5182,03 cm 2 . Rasio Tajuk Akar Data pengamatan rasio tajuk akar jagung pada pengamatan 2, 4 dan 6 minggu setelah tanam MST dan hasil analisis statistik sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 11 sampai 14. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa perlakuan varietas V berpengaruh tidak nyata terhadap rasio tajuk akar pada umur 2, 4 dan 6 MST. Pada perlakuan amandemen A berpengaruh nyata terhadap rasio tajuk akar pada umur 2, 4 dan 6 MST. Perlakuan metode pengelolaan hara P berpengaruh nyata terhadap rasio tajuk akar pada umur 2, 4 dan 6 MST. Sedang kombinasi perlakuan varietas dengan amandemen V x A berpengaruh tidak nyata terhadap rasio tajuk akar pada umur 2, 4 dan 6 MST. Sedang kombinasi perlakuan Universitas Sumatera Utara varietas dengan metode pengelolaan hara V x P berpengaruh tidak nyata terhadap rasio tajuk akar pada umur 2, 4 dan 6 MST. Untuk kombinasi perlakuan amandemen dengan metode pengelolaan hara A x P berpengaruh tidak nyata terhadap rasio tajuk akar pada umur 2, 4 dan 6 MST. Sedangkan kombinasi perlakuan varietas, amandemen dan metode pengelolaan hara V x A x P berpengaruh tidak nyata terhadap rasio tajuk akar pada umur 2, 4 dan 6 MST. Rasio tajuk akar pada perlakuan varietas, amandemen dan metode pengelolaan hara pada pengamatan 2, 4 dan 6 MST terdapat pada Tabel 7. Tabel 7. Rasio Tajuk Akar Jagung pada Perlakuan Varietas, Amandemen dan Metode Pengelolaan Hara pada Umur 2, 4 dan 6 MST Perlakuan Rasio Tajuk Akar 2 mst 4 mst 6 mst Varietas V 1 Pioneer 12 1,30 3,21 2,40 V 2 Pioneer 23 1,69 4,30 3,44 V 3 NK 22 1,04 2,65 2,12 V 4 Arjuna 0,84 2,15 1,72 Amandemen A tanpa amandemen 1,09 b 2,76 b 2,21 b A 1 pupuk organik 1,31 a 3,22 a 2,50 ab A 2 kapur 1,15 b 2,94 b 2,27 b A 3 pupuk organik dan kapur 1,34 a 3,39 a 2,71 a Metode Pengelolaan Hara P 1 dosis anjuran pemerintah 1,23 b 1,25 b 1,17 b P 2 dosis PUTK 3,11 a 3,16 a 2,97 a P 3 dosis yang digunakan petani 2,42 ab 2,50 ab 2,35 ab Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada perlakuan tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5. Universitas Sumatera Utara Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa pada pengamatan 2, 4 dan 6 MST varietas yang terbaik untuk parameter rasio tajuk akar adalah perlakuan V 2 Pioneer 23, yang diikuti perlakuan V 1 Pioneer 12, V 3 NK 22 dan V 4 Arjuna. Dari perlakuan amandemen diperoleh pada A 3 pupuk organik dan kapur, yang diikuti denganperlakuan A 1 pupuk organik, A 2 kapur dan A tanpa amandemen. Dari perlakuan metode pengelolaan haradiperoleh pada P 2 dosis PUTK, yang diikuti dengan perlakuan P 1 dosis anjuran pemerintahdan P 3 dosis yang digunakan petani. Laju Asimilasi Bersih g.cm -2 hari -1 Data pengamatan laju asimilasi bersih LAB pada pengamatan 2 – 4 dan 4 – 6 minggu setelah tanam MST dan hasil analisis statistik sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 15, 16 dan 17. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa perlakuan varietas V berpengaruh nyata terhadap LAB pada umur 2 – 4 dan 4 – 6 MST. Pada perlakuan amandemen A berpengaruh nyata terhadap LAB pada umur 2 – 4 dan 4 – 6 MST. Perlakuan metode pengelolaan hara P berpengaruh nyata terhadap LAB pada umur 2 – 4 dan 4 – 6 MST. Sedang kombinasi perlakuan varietas dengan amandemen V x A berpengaruh nyata terhadap LAB pada umur 2 – 4 dan 4 – 6 MST. Sedang kombinasi perlakuan varietas dengan metode pengelolaan hara V x P berpengaruh nyata terhadap LAB pada umur 2 – 4 MST, tetapi pada umur 4 – 6 MST berpengaruh nyata. Untuk kombinasi perlakuan amandemen dengan metode pengelolaan hara A x P berpengaruh tidak nyata terhadap LAB pada umur 2 – 4 dan 4 – 6 MST. Sedangkan kombinasi perlakuan varietas, amandemen dan pengelolaan Universitas Sumatera Utara hara V x A x P berpengaruh tidak nyata terhadap LAB pada umur 2 – 4 dan 4 – 6 MST. Laju asimilasi bersih pada perlakuan varietas, amandemen dan metode pengelolaan hara pada pengamatan 2 - 4 MST dan 4 - 6 MST terdapat pada Tabel 8. Tabel 8. Laju Asimilasi Bersih Jagung g.cm -2 hari -1 pada Perlakuan Varietas, Amandemen dan Metode Pengelolaan Hara pada Umur 2 - 4MST dan 4 - 6 MST Perlakuan Laju Asimilasi Bersih g.cm -2 hari -1 2 – 4 mst 4 – 6 mst Varietas V 1 Pioneer 12 0,00029 b 0,00021 b V 2 Pioneer 23 0,00048 a 0,00044 a V 3 NK 22 0,00018 bc 0,00016 c V 4 Arjuna 0,00012 c 0,00009 d Amandemen A tanpa amandemen 0,00022 c 0,00018 d A 1 pupuk organik 0,00029 b 0,00024 b A 2 kapur 0,00024 c 0,00021 c A 3 pupuk organik dan kapur 0,00032 a 0,00028 a Metode Pengelolaan Hara P 1 dosis anjuran pemerintah 0,00027 b 0,00022 b P 2 dosis PUTK 0,00028 a 0,00024 a P 3 dosis yang digunakan petani 0,00025 c 0,00021 c Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada perlakuan tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5. Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa pada pengamatan 2 - 4 dan 4 - 6 MST varietas yang terbaik untuk parameter laju asimilasi bersih adalah perlakuan V 2 Pioneer 23, yang diikuti perlakuan V 1 Pioneer 12, V 3 NK 22 dan V 4 Arjuna. Dari perlakuan amandemen diperoleh pada A 3 pupuk organik dan kapur, yang diikuti denganperlakuan A 1 pupuk organik, A 2 kapur dan A tanpa amandemen. Dari Universitas Sumatera Utara perlakuan metode pengelolaan haradiperoleh pada P 2 dosis PUTK, yang diikuti dengan perlakuan P 1 dosis anjuran pemerintahdan P 3 dosis yang digunakan petani. Laju asimilasi bersih jagung pada kombinasi varietas dan amandemen pada umur 2 - 4 MST disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Varietas dan Amandemen terhadap Laju Asimilasi Bersih g.cm -2 hari -1 Jagung Pengamatan 2 – 4 MST Perlakuan Laju Asimilasi Bersih g.cm -2 hari -1 A A 1 A 2 A 3 V 1 0,00023 h 0,00032 f 0,00026 g 0,00034 e V 2 0,00038 d 0,00051 b 0,00043 c 0,00061 a V 3 0,00016 j 0,00018 ij 0,00018 ij 0,00020 i V 4 0,00009 m 0,00013 k 0,00011 l 0,00014 k Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5. Pada pengamatan 2 – 4 mst, laju asimilasi bersih tertinggi diperoleh pada kombinasi V 2 A 3 Pioneer 23 dan pupuk organik + kapur yaitu 0,00061 g.cm -2 hari -1 , sedangkan yang terendah diperoleh pada kombinasi V 4 A Arjuna dan tanpa amandemen yaitu 0,00009 g.cm -2 hari -1 . Laju asimilasi bersih jagung pada kombinasi varietas dan metode pengelolaan hara pada umur 2 – 4 MST disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Varietas dan Metode Pengelolaan Hara terhadap Laju Asimilasi Bersih g.cm -2 hari -1 Jagung Pengamatan 2 – 4 MST Universitas Sumatera Utara Perlakuan Laju Asimilasi Bersih g.cm -2 hari -1 P 1 P 2 P 3 V 1 0,00029 de 0,00030 d 0,00028 e V 2 0,00049 b 0,00051 a 0,00046 c V 3 0,00018 f 0,00019 f 0,00018 f V 4 0,00012 g 0,00013 g 0,00011 h Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5. Pada pengamatan 2 – 4 mst, laju asimilasi bersih tertinggi diperoleh pada kombinasi V 2 P 2 Pioneer 23 dan dosis PUTK yaitu 0,00051 g.cm -2 hari -1 , sedangkan yang terendah diperoleh pada kombinasi V 4 P 3 Arjuna dan dosis yang digunakan petani yaitu 0,00011 g.cm -2 hari -1 . Laju asimilasi bersih jagung pada kombinasi varietas dan amandemen pada umur 4 – 6 MST disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Varietas dan Amandemen terhadap Laju Asimilasi Bersih g.cm -2 hari -1 Jagung Pengamatan 4 – 6 MST Perlakuan Laju Asimilasi Bersih g.cm -2 hari -1 A A 1 A 2 A 3 V 1 0,00016 g 0,00024 f 0,00019 g 0,00025 e V 2 0,00035 d 0,00046 b 0,00039 c 0,00055 a V 3 0,00014 i 0,00016 h 0,00016 h 0,00018 h V 4 0,00006 l 0,00011 j 0,00009 k 0,00012 j Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5. Pada pengamatan 4 – 6 mst, laju asimilasi bersih tertinggi diperoleh pada kombinasi V 2 A 3 Pioneer 23, pupuk organik dan kapur yaitu 0,00055 g.cm -2 har- 1 , Universitas Sumatera Utara sedangkan yang terendah diperoleh pada kombinasi V 4 A Arjuna dan tanpa amandemen yaitu 0,00006 g.cm -2 hari -1 . Laju asimilasi bersih jagung pada kombinasi varietas dan metode pengelolaan hara pada umur 2 – 4 MST disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Varietas dan Metode Pengelolaan Hara terhadap Laju Asimilasi Bersih g.cm -2 hari -1 Jagung Pengamatan 4 – 6 MST Perlakuan Laju Asimilasi Bersih g.cm -2 hari -1 P 1 P 2 P 3 V 1 0,00021 de 0,00022 d 0,00020 e V 2 0,00044 b 0,00046 a 0,00042 c V 3 0,00016 f 0,00017 f 0,00016 f V 4 0,00010 g 0,00010 g 0,00008 g Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5. Pada pengamatan 4 – 6 mst, laju asimilasi bersih tertinggi diperoleh pada kombinasi V 2 P 2 Pioneer 23 dan dosis PUTK yaitu 0,00046 g.cm -2 hari -1 , sedangkan yang terendah diperoleh pada kombinasi V 4 P 3 Arjuna dan dosis yang digunakan petani yaitu 0,00008 g.cm -2 hari -1 . Laju Tumbuh Relatif ghari -1 Data pengamatan laju tumbuh relatif LTR pada pengamatan 2 – 4 dan 4 – 6 minggu setelah tanam MST dan hasil analisis statistik sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 15, 18 dan 19. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa perlakuan varietas V berpengaruh tidak nyata terhadap LTR pada umur 2 – 4 dan 4 – 6 MST. Pada perlakuan amandemen A berpengaruh tidak nyata terhadap LTR pada umur 2 – 4 dan 4 – 6 MST. Perlakuan metode pengelolaan hara P berpengaruh tidak nyata terhadap LTR pada umur 2 – 4 dan 4 – 6 MST. Sedang kombinasi Universitas Sumatera Utara perlakuan varietas dengan amandemen V x A berpengaruh tidak nyata terhadap LAB pada umur 2 – 4 dan 4 – 6 MST. Sedang kombinasi perlakuan varietas dengan metode pengelolaan hara V x P berpengaruh tidak nyata terhadap LTR pada umur 2 – 4 dan 4 – 6 MST. Untuk kombinasi perlakuan amandemen dengan metode pengelolaan hara A x P berpengaruh tidak nyata terhadap LTR pada umur 2 – 4 dan 4 – 6 MST. Sedangkan kombinasi perlakuan varietas, amandemen dan pengelolaan hara V x A x P berpengaruh tidak nyata terhadap LTR pada umur 2 – 4 dan 4 – 6 MST. Laju tumbuh relatif pada perlakuan varietas, amandemen dan metode pengelolaan hara pada pengamatan 2 - 4 MST dan 4 - 6 MST terdapat pada Tabel 13. Tabel 13. Laju Tumbuh Relatif Jagung g hari -1 pada Perlakuan Varietas, Amandemen dan Metode Pengelolaan Hara pada Umur 2 - 4MST dan4 - 6 MST Perlakuan Laju Tumbuh Relatif g hari -1 2 – 4 mst 4 – 6 mst Varietas V 1 Pioneer 12 0,2586 0,0686 V 2 Pioneer 23 0,2586 0,0686 V 3 NK 22 0,2586 0,0685 V 4 Arjuna 0,2585 0,0517 Amandemen A tanpa amandemen 0,2585 0,0641 A 1 pupuk organik 0,2586 0,0644 A 2 kapur 0,2586 0,0642 A 3 pupuk organik dan kapur 0,2586 0,0647 Metode Pengelolaan Hara P 1 dosis anjuran pemerintah 0,2586 0,0644 P 2 dosis PUTK 0,2586 0,0645 P 3 dosis yang digunakan petani 0,2585 0,0641 Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada perlakuan tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5. Universitas Sumatera Utara Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa pada pengamatan 2 - 4 dan 4 - 6 MST varietas yang terbaik untuk parameter laju tumbuh relatif adalah perlakuan V 2 Pioneer 23, yang diikuti perlakuan V 1 Pioneer 12, V 3 NK 22 dan V 4 Arjuna. Dari perlakuan amandemen diperoleh pada A 3 pupuk organik dan kapur, yang diikuti denganperlakuan A 1 pupuk organik, A 2 kapur dan A tanpa amandemen. Dari perlakuan metode pengelolaan haradiperoleh pada P 2 dosis PUTK, yang diikuti dengan perlakuan P 1 dosis anjuran pemerintahdan P 3 dosis yang digunakan petani. Serapan N mgtanaman Data pengamatan serapan N pada pengamatan 6 MST dan hasil analisis statistik sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 20 dan 21. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa perlakuan varietas V berpengaruh nyata terhadap serapan N. Pada perlakuan amandemen A berpengaruh nyata terhadap serapan N. Perlakuan metode pengelolaan hara P berpengaruh nyata terhadap serapan N. Sedang kombinasi perlakuan varietas dengan amandemen V x A berpengaruh nyata terhadap serapan N. Sedang kombinasi perlakuan varietas dengan metode pengelolaan hara V x P berpengaruh nyata terhadap serapan N. Untuk kombinasi perlakuan amandemen dengan metode pengelolaan hara A x P berpengaruh nyata terhadap serapan N. Sedangkan kombinasi perlakuan varietas, amandemen dan metode pengelolaan hara V x A x P berpengaruh nyata terhadap serapan N. Serapan N pada perlakuan varietas, amandemen dan metode pengelolaan hara terdapat pada Tabel 14. Universitas Sumatera Utara Tabel 14. Serapan N pada Perlakuan Varietas, Amandemen dan Metode Pengelolaan Hara Perlakuan Serapan N mgtanaman Varietas V 1 Pioneer 12 2,67 b V 2 Pioneer 23 2,68 a V 3 NK 22 2,66 c V 4 Arjuna 2,64 d Amandemen A tanpa amandemen 2,62 d A 1 pupuk organik 2,68 b A 2 kapur 2,65 c A 3 pupuk organik dan kapur 2,70 a Metode Pengelolaan Hara P 1 dosis anjuran pemerintah 2,67 b P 2 dosis PUTK 2,70 a P 3 dosis yang digunakan petani 2,62 c Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada perlakuan tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5. Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa pada varietas yang terbaik untuk parameter serapan N adalah perlakuan V 2 Pioneer 23, yang diikuti perlakuan V 1 Pioneer 12, V 3 NK 22 dan V 4 Arjuna. Dari perlakuan amandemen diperoleh pada A 3 pupuk organik dan kapur, yang diikuti denganperlakuan A 1 pupuk organik, A 2 kapur dan A tanpa amandemen. Dari perlakuan metode pengelolaan haradiperoleh pada P 2 dosis PUTK, yang diikuti dengan perlakuan P 1 dosis anjuran pemerintahdan P 3 dosis yang digunakan petani. Rata-rata hasil uji jarak Duncan untuk serapan N akibat interaksi varietas, amandemen dan metode pengelolaan hara dapat dilihat pada Tabel 15. Universitas Sumatera Utara Tabel 15. Data Rata-rata Serapan N mgtanaman Jagung Akibat Interaksi Perlakuan Varietas, Amandemen dan Metode Pengelolaan Hara Tanpa Amandemen A Perlakuan Dosis anjuran pemerintah P 1 Dosis PUTK P 2 Dosis Petani P 3 Pioner 12 V 1 Pioner 23 V 2 NK 22 V 3 Arjuna V 4 2,61n-p 2,66i-l 2,65j-m 2,61n-p 2,65j-m 2,68f-i 2,64k-n 2,65j-m 2,58pqr 2,60opq 2,57qr 2,56r Perlakuan Pupuk Organik A 1 Pioner 12 V 1 Pioner 23 V 2 NK 22 V 3 Arjuna V 4 2,72b-e 2,68f-i 2,68f-i 2,64k-n 2,74abc 2,73bcd 2,70d-g 2,71c-f 2,65j-m 2,65j-m 2,63l-o 2,63l-o Perlakuan Kapur A 2 Pioner 12 V 1 Pioner 23 V 2 NK 22 V 3 Arjuna V 4 2,67h-k 2,66i-l 2,65j-m 2,63l-o 2,69e-h 2,70d-g 2,69e-h 2,68f-i 2,62m-o 2,62m-o 2,60opq 2,56r Perlakuan Pupuk Organik dan Kapur A 3 Pioner 12 V 1 Pioner 23 V 2 NK 22 V 3 Arjuna V 4 2,70d-g 2,73bcd 2,70d-g 2,66i-l 2,75ab 2,77a 2,75ab 2,75ab 2,68f-i 2,68f-i 2,65j-m 2,63l-o Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5 Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa serapan N tertinggi dijumpai pada kombinasi V 2 A 3 P 2 varietas Pioneer 23, pupuk organik dan kapur dan dosis PUTK yaitu 2,77 mgtanaman, sedangkan yang terendah dijumpai pada kombinasi V 4 A 2 P 3 varietas arjuna, kapur dan dosis yang digunakan petani yaitu 2,56 mgtanaman. Universitas Sumatera Utara Serapan P mgtanaman Data pengamatan serapan P pada pengamatan 6 MST dan hasil analisis statistik sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 20 dan 22. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa perlakuan varietas V berpengaruh nyata terhadap serapan P. Pada perlakuan amandemen A berpengaruh nyata terhadap serapan P. Perlakuan metode pengelolaan hara P berpengaruh nyata terhadap serapan P. Sedang kombinasi perlakuan varietas dengan amandemen V x A berpengaruh nyata terhadap serapan P. Sedang kombinasi perlakuan varietas dengan metode pengelolaan hara V x P berpengaruh tidak nyata terhadap serapan P. Untuk kombinasi perlakuan amandemen dengan metode pengelolaan hara A x P berpengaruh nyata terhadap serapan P. Sedangkan kombinasi perlakuan varietas, amandemen dan metode pengelolaan hara V x A x P berpengaruh nyata terhadap serapan P. Serapan P pada perlakuan varietas, amandemen dan metode pengelolaan hara terdapat pada Tabel 16. Universitas Sumatera Utara Tabel 16. Serapan P pada Perlakuan Varietas, Amandemen dan Metode Pengelolaan Hara Perlakuan Serapan P mgtanaman Varietas V 1 Pioneer 12 0,34 a V 2 Pioneer 23 0,35 a V 3 NK 22 0,32 b V 4 Arjuna 0,32 b Amandemen A tanpa amandemen 0,30 d A 1 pupuk organik 0,35 b A 2 kapur 0,32 c A 3 pupuk organik dan kapur 0,36 a Metode Pengelolaan Hara P 1 dosis anjuran pemerintah 0,34 b P 2 dosis PUTK 0,37 a P 3 dosis yang digunakan petani 0,29 c Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada perlakuan tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5. Dari Tabel 16 dapat dilihat bahwa pada varietas yang terbaik untuk parameter serapan P adalah perlakuan V 2 Pioneer 23, yang diikuti perlakuan V 1 Pioneer 12, V 3 NK 22 dan V 4 Arjuna. Dari perlakuan amandemen diperoleh pada A 3 pupuk organik dan kapur, yang diikuti denganperlakuan A 1 pupuk organik, A 2 kapur dan A tanpa amandemen. Dari perlakuan metode pengelolaan haradiperoleh pada P 2 dosis PUTK, yang diikuti dengan perlakuan P 1 dosis anjuran pemerintahdan P 3 dosis yang digunakan petani. Rata-rata hasil uji jarak Duncan untuk serapan P akibat interaksi varietas, amandemen dan metode pengelolaan hara dapat dilihat pada Tabel 17. Universitas Sumatera Utara Tabel 17. Data Rata-rata Serapan P mgtanaman Jagung Akibat Interaksi Perlakuan Varietas, Amandemen dan Metode Pengelolaan Hara Tanpa Amandemen A Perlakuan Dosis anjuran pemerintah P 1 Dosis PUTK P 2 Dosis Petani P 3 Pioner 12 V 1 Pioner 23 V 2 NK22 V 3 Arjuna V 4 0,31hi 0,33fg 0,28m 0,77m 0,38cd 0,39bc 0,32gh 0,32gh 0,27m 0,28lm 0,25n 0,24n Perlakuan Pupuk Organik A 1 Pioner 12 V 1 Pioner 23 V 2 NK22 V 3 Arjuna V 4 0,38cd 0,39bc 0,34ef 0,34ef 0,37d 0,39bc 0,37d 0,37d 0,30ij 0,32gh 0,29kl 0,29k-m Perlakuan Kapur A 2 Pioner 12 V 1 Pioner 23 V 2 NK22 V 3 Arjuna V 4 0,30ij 0,33fg 0,30ij 0,31hi 0,35e 0,35e 0,38cd 0,35ef 0,28lm 0,30ij 0,27m 0,27m Perlakuan Pupuk Organik dan Kapur A 3 Pioner 12 V 1 Pioner 23 V 2 NK22 V 3 Arjuna V 4 0,37d 0,38cd 0,35ef 0,38cd 0,40b 0,42a 0,38cd 0,38cd 0,32gh 0,32gh 0,31hi 0,31hi Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5 Dari Tabel 17 dapat dilihat bahwa serapan P tertinggi dijumpai pada kombinasi V 2 A 3 P 2 varietas pioneer 23, pupuk organik dan kapur dan dosis PUTK yaitu 0,42 mgtanaman, sedangkan yang terendah dijumpai pada kombinasi V 4 A P 3 varietas arjuna, tanpa amandemen dan dosis yang digunakan petani yaitu 0,24 mgtanaman. Universitas Sumatera Utara Serapan K mgtanaman Data pengamatan serapan K pada pengamatan 6 MST dan hasil analisis statistik sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 20 dan 23. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa perlakuan varietas V berpengaruh nyata terhadap serapan K. Pada perlakuan amandemen A berpengaruh nyata terhadap serapan K. Perlakuan metode pengelolaan hara P berpengaruh nyata terhadap serapan K. Sedang kombinasi perlakuan varietas dengan amandemen V x A berpengaruh nyata terhadap serapan K. Sedang kombinasi perlakuan varietas dengan metode pengelolaan hara V x P berpengaruh nyata terhadap serapan K. Untuk kombinasi perlakuan amandemen dengan metode pengelolaan hara A x P berpengaruh tidak nyata terhadap serapan K. Sedangkan kombinasi perlakuan varietas, amandemen dan metode pengelolaan hara V x A x P berpengaruh nyata terhadap serapan K. Serapan K pada perlakuan varietas, amandemen dan metode pengelolaan hara terdapat pada Tabel 18. Universitas Sumatera Utara Tabel 18. Serapan K pada Perlakuan Varietas, Amandemen dan Metode Pengelolaan Hara Perlakuan Serapan K mgtanaman Varietas V 1 Pioneer 12 1,58 b V 2 Pioneer 23 1,71 a V 3 NK 22 1,55 c V 4 Arjuna 1,53 d Amandemen A tanpa amandemen 1,48 d A 1 pupuk organik 1,62 b A 2 kapur 1,56 c A 3 pupuk organik dan kapur 1,72 a Metode Pengelolaan Hara P 1 dosis anjuran pemerintah 1,60 b P 2 dosis PUTK 1,66 a P 3 dosis yang digunakan petani 1,51 c Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada perlakuan tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5. Dari Tabel 18 dapat dilihat bahwa pada varietas yang terbaik untuk parameter serapan K adalah perlakuan V 2 Pioneer 23, yang diikuti perlakuan V 1 Pioneer 12, V 3 NK 22 dan V 4 Arjuna. Dari perlakuan amandemen diperoleh pada A 3 pupuk organik dan kapur, yang diikuti denganperlakuan A 1 pupuk organik, A 2 kapur dan A tanpa amandemen. Dari perlakuan metode pengelolaan haradiperoleh pada P 2 dosis PUTK, yang diikuti dengan perlakuan P 1 dosis anjuran pemerintahdan P 3 dosis yang digunakan petani. Rata-rata hasil uji jarak Duncan untuk serapan K akibat interaksi varietas, amandemen dan metode pengelolaan hara dapat dilihat pada Tabel 19. Universitas Sumatera Utara Tabel 19. Data Rata-rata Serapan K mgtanaman Jagung Akibat Interaksi Perlakuan Varietas, Amandemen dan Metode Pengelolaan Hara Tanpa Amandemen A Perlakuan Dosis anjuran pemerintah P 1 Dosis PUTK P 2 Dosis Petani P 3 Pioner 12 V 1 Pioner 23 V 2 NK22 V 3 Arjuna V 4 1,43tuv 1,59lmn 1,45stu 1,44stu 1,51pqr 1,64jkl 1,53opq 1,56m-p 1,38vwx 1,47rst 1,36wx 1,35x Perlakuan Pupuk Organik A 1 Pioner 12 V 1 Pioner 23 V 2 NK 22 V 3 Arjuna V 4 1,60klm 1,79cd 1,59lmn 1,56m-p 1,67f-I 1,85b 1,66ghi 1,57mno 1,54n-q 1,66ghi 1,49qrs 1,46r-u Perlakuan Kapur A 2 Pioner 12 V 1 Pioner 23 V 2 NK 22 V 3 Arjuna V 4 1,51pqr 1,71efg 1,51pqr 1,57mno 1,58mno 1,80bcd 1,59lmn 1,51pqr 1,45stu 1,62j-m 1,45stu 1,41uvw Perlakuan Pupuk Organik dan Kapur A 3 Pioner 12 V 1 Pioner 23 V 2 NK 22 V 3 Arjuna V 4 1,76de 1,81bcd 1,71efg 1,65ijk 1,83bc 1,91a 1,72ef 1,70fgh 1,66ghi 1,70fgh 1,56m-p 1,62j-m Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5 Dari Tabel 19 dapat dilihat bahwa serapan K tertinggi dijumpai pada kombinasi V 2 A 3 P 2 varietas pioneer 23, pupuk organik dan kapur dan dosis PUTK yaitu 1,91 mgtanaman, sedangkan yang terendah dijumpai pada kombinasi V 4 A P 3 varietas arjuna, tanpa amandemen dan dosis yang digunakan petani yaitu 1,35 mgtanaman. Universitas Sumatera Utara Jumlah Tongkol per Plot buah Data pengamatan jumlah tongkol per plot jagung pada pengamatan 6 MST dan hasil analisis statistik sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 24 dan 25. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa perlakuan varietas V berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah tongkol per plot. Pada perlakuan amandemen A berpengaruh nyata terhadap jumlah tongkol per plot. Perlakuan metode pengelolaan hara P berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah tongkol per plot. Sedang kombinasi perlakuan varietas dengan amandemen V x A berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah tongkol per plot. Sedang kombinasi perlakuan varietas dengan metode pengelolaan hara V x P berpengaruh nyata terhadap jumlah tongkol per plot. Untuk kombinasi perlakuan amandemen dengan metode pengelolaan hara A x P berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah tongkol per plot. Sedangkan kombinasi perlakuan varietas, amandemen dan metode pengelolaan hara V x A x P berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah tongkol per plot. Jumlah tongkol per plot pada perlakuan varietas, amandemen dan metode pengelolaan hara terdapat pada Tabel 20. Universitas Sumatera Utara Tabel 20. Jumlah Tongkol per Plot Jagung buah pada Perlakuan Varietas, Amandemen dan Metode Pengelolaan Hara Perlakuan Jumlah Tongkol per Plot buah Varietas V 1 Pioneer 12 32,81 V 2 Pioneer 23 33,06 V 3 NK 22 32,78 V 4 Arjuna 32,50 Amandemen A tanpa amandemen 32,25 b A 1 pupuk organik 32,92 a A 2 kapur 32,81 a A 3 pupuk organik dan kapur 33,17 a Metode Pengelolaan Hara P 1 dosis anjuran pemerintah 32,69 P 2 dosis PUTK 33,02 P 3 dosis yang digunakan petani 32,65 Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada perlakuan tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5. Dari Tabel 20 dapat dilihat bahwa pada varietas yang terbaik untuk parameter jumlah tongkol per plot adalah perlakuan V 2 Pioneer 23, yang diikuti perlakuan V 1 Pioneer 12, V 3 NK 22 dan V 4 Arjuna. Dari perlakuan amandemen diperoleh pada A 3 pupuk organik dan kapur, yang diikuti denganperlakuan A 1 pupuk organik, A 2 kapur dan A tanpa amandemen. Dari perlakuan metode pengelolaan haradiperoleh pada P 2 dosis PUTK, yang diikuti dengan perlakuan P 1 dosis anjuran pemerintahdan P 3 dosis yang digunakan petani. Jumlah tongkol per plot jagung pada kombinasi varietas dan metode pengelolaan hara disajikan pada Tabel 21. Universitas Sumatera Utara Tabel 21. Varietas dan Metode Pengelolaan Hara terhadap Jumlah Tongkol per Plot buah Jagung Perlakuan Jumlah Tongkol per Plot buah P 1 P 2 P 3 V 1 32,67 b 33,08 ab 32,67 b V 2 32,42 b 33,83 a 32,92 b V 3 32,83 b 33,00 ab 32,50 b V 4 32,83 b 32,17 b 32,50 b Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dengan kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5. Kombinasi varietas dan metode pengelolaan hara V x P, rataan terbanyak diperoleh pada V 2 P 2 33,83 buah yang berbeda nyata dengan V 1 P 2 , V 1 P 3 , V 2 P 1 , V 2 P 3 , V 3 P 1 , V 3 P 3 , V 4 P 1 , V 4 P 2 , V 4 P 3 , tetapi tidak berbeda nyata pada V 1 P 2 , V 3 P 2 . Bobot Biji per Tanaman g Data pengamatan bobot biji per tanaman jagung pada pengamatan 6 MST dan hasil analisis statistik sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 24 dan 26. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa perlakuan varietas V berpengaruh nyata terhadap bobot biji per tanaman. Pada perlakuan amandemen A berpengaruh nyata terhadap bobot biji per tanaman. Perlakuan metode pengelolaan hara P berpengaruh nyata terhadap bobot biji per tanaman. Sedang kombinasi perlakuan varietas dengan amandemen V x A berpengaruh nyata terhadap bobot biji per tanaman. Sedang kombinasi perlakuan varietas dengan metode pengelolaan hara V x P berpengaruh nyata terhadap bobot biji per tanaman. Untuk kombinasi perlakuan amandemen dengan metode pengelolaan hara A x P berpengaruh nyata terhadap bobot biji per Universitas Sumatera Utara tanaman. Sedangkan kombinasi perlakuan varietas, amandemen dan metode pengelolaan hara V x A x P berpengaruh nyata terhadap bobot biji per tanaman. Bobot biji per tanaman pada perlakuan varietas, amandemen dan metode pengelolaan hara terdapat pada Tabel 22. Tabel 22. Bobot Biji per Tanaman Jagung g pada Perlakuan Varietas, Amandemen dan Metode Pengelolaan Hara Perlakuan Bobot Biji per Tanaman g Varietas V 1 Pioneer 12 280,97 b V 2 Pioneer 23 296,11 a V 3 NK 22 273,51 c V 4 Arjuna 263,06 d Amandemen A tanpa amandemen 268,82 c A 1 pupuk organik 281,46 ab A 2 kapur 276,53 bc A 3 pupuk organik dan kapur 286,84 a Metode Pengelolaan Hara P 1 dosis anjuran pemerintah 281,98 a P 2 dosis PUTK 283,28 a P 3 dosis yang digunakan petani 269,97 b Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada perlakuan tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5. Dari Tabel 22 dapat dilihat bahwa pada varietas yang terbaik untuk parameter bobot biji per tanaman adalah perlakuan V 2 Pioneer 23, yang diikuti perlakuan V 1 Pioneer 12, V 3 NK 22 dan V 4 Arjuna. Dari perlakuan amandemen diperoleh pada A 3 pupuk organik dan kapur, yang diikuti denganperlakuan A 1 pupuk organik, A 2 kapur dan A tanpa amandemen. Dari perlakuan metode pengelolaan Universitas Sumatera Utara haradiperoleh pada P 2 dosis PUTK, yang diikuti dengan perlakuan P 1 dosis anjuran pemerintahdan P 3 dosis yang digunakan petani. Rata-rata hasil uji jarak Duncan untuk bobot biji per tanaman akibat interaksi varietas, amandemen dan metode pengelolaan hara dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Data Rata-rata Bobot Biji per Tanaman g jagung Akibat Interaksi Perlakuan Varietas,Amandemen dan Metode Pengelolaan Hara Tanpa Amandemen A Perlakuan Dosis anjuran pemerintah P 1 Dosis PUTK P 2 Dosis Petani P 3 Pioner 12 V 1 Pioner 23 V 2 NK 22 V 3 Arjuna V 4 262,50g-k 265,83g-k 226,67lm 265,00g-k 295,00b-i 285,00b-j 245,00ld 243,33ld 258,33jk 291,67b-j 305,00a-e 242,50kl Perlakuan Pupuk Organik A 1 Pioner 12 V 1 Pioner 23 V 2 NK 22 V 3 Arjuna V 4 263,33g-k 296,67b-h 292,33b-j 292,50b-j 290,00b-j 288,33b-j 290,00b-j 280,00c-j 288,33b-j 293,33b-j 265,00g-k 196,67n Perlakuan Kapur A 2 Pioner 12 V 1 Pioner 23 V 2 NK 22 V 3 Arjuna V 4 290,00b-j 290,83b-j 245,00ld 285,83b-j 271,67e-k 315,83ab 298,33b-g 290,83b-j 272,50d-k 295,83b-i 200,83mn 260,83h-k Perlakuan Pupuk Organik dan Kapur A 3 Pioner 12 V 1 Pioner 23 V 2 NK 22 V 3 Arjuna V 4 312,50abc 279,17c-j 295,83b-i 266,67f-k 260,00ijk 333,33a 305,00a-e 264,17g-k 307,50a-d 300,83b-f 272,08e-k 268,33f-k Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5 Dari Tabel 23 dapat dilihat bahwa bobot biji per tanaman terbobot dijumpai pada kombinasi V 2 A 3 P 2 varietas Pioneer 23, pupuk organik + kapur dan dosis PUTK Universitas Sumatera Utara yaitu 333,33 g, sedangkan yang terendah dijumpai pada kombinasi V 4 A 1 P 3 varietas arjuna, pupuk organik dan dosis yang digunakan petani yaitu 196,67 g. Bobot Biji per Plot g Data pengamatan bobot biji per plot jagung pada pengamatan 6 MST dan hasil analisis statistik sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 24 dan 27. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa perlakuan varietas V berpengaruh nyata terhadap bobot biji per plot. Pada perlakuan amandemen A berpengaruh nyata terhadap bobot biji per plot. Perlakuan metode pengelolaan hara P berpengaruh nyata terhadap bobot biji per plot. Sedang kombinasi perlakuan varietas dengan amandemen V x A berpengaruh nyata terhadap bobot biji per plot. Sedang kombinasi perlakuan varietas dengan metode pengelolaan hara V x P berpengaruh nyata terhadap bobot biji per plot. Untuk kombinasi perlakuan amandemen dengan metode pengelolaan hara A x P berpengaruh nyata terhadap bobot biji per plot. Sedangkan kombinasi perlakuan varietas, amandemen dan metode pengelolaan hara V x A x P berpengaruh nyata terhadap bobot biji per plot. Bobot biji per plot pada perlakuan varietas, amandemen dan metode pengelolaan hara terdapat pada Tabel 24. Universitas Sumatera Utara Tabel 24. Bobot Biji per Plot Jagung g pada Perlakuan Varietas, Amandemen dan Metode Pengelolaan Hara Perlakuan Bobot Biji per Plotg Varietas V 1 Pioneer 12 11238,89 b V 2 Pioneer 23 11844,44 a V 3 NK 22 10940,28 c V 4 Arjuna 10522,22 d Amandemen A tanpa amandemen 10752,78 c A 1 pupuk organik 11258,33 ab A 2 kapur 11061,11 bc A 3 pupuk organik dan kapur 11473,61 a Metode Pengelolaan Hara P 1 dosis anjuran pemerintah 11279,17 a P 2 dosis PUTK 11331,25 a P 3 dosis yang digunakan petani 10798,96 b Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada perlakuan tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5. Dari Tabel 24 dapat dilihat bahwa pada varietas yang terbaik untuk parameter bobot biji per plot adalah perlakuan V 2 Pioneer 23, yang diikuti perlakuan V 1 Pioneer 12, V 3 NK 22 dan V 4 Arjuna. Dari perlakuan amandemen diperoleh pada A 3 pupuk organik dan kapur, yang diikuti denganperlakuan A 1 pupuk organik, A 2 kapur dan A tanpa amandemen. Dari perlakuan metode pengelolaan haradiperoleh pada P 2 dosis PUTK, yang diikuti dengan perlakuan P 1 dosis anjuran pemerintahdan P 3 dosis yang digunakan petani. Rata-rata hasil uji jarak Duncan untuk bobot biji per plot akibat interaksi varietas, amandemen dan metode pengelolaan hara dapat dilihat pada Tabel 25. Universitas Sumatera Utara Tabel 25. Data Rata-rata Bobot Biji per Plot g Jagung Akibat Interaksi Perlakuan Varietas, Amandemen dan Metode Pengelolaan Hara Tanpa Amandemen A Perlakuan Dosis anjuran pemerintah P 1 Dosis PUTK P 2 Dosis Petani P 3 Pioner 12 V 1 Pioner 23 V 2 NK 22 V 3 Arjuna V 4 10500,00g-k 12233,33g-k 12400,00lm 10600,00g-k 11800,00b-i 11400,00b-j 9800,00ld 9733,33ld 10333,33jk 11666,67b-j 12200,00a-e 9700,00kl Perlakuan Pupuk Organik A 1 Pioner 12 V 1 Pioner 23 V 2 NK 22 V 3 Arjuna V 4 10533,33g-k 11866,67b-h 13333,33b-j 11700,00b-j 11600,00b-j 11533,33b-j 11600,00b-j 11200,00c-j 11533,33b-j 11733,33b-j 10600,00g-k 7866,67n Perlakuan Kapur A 2 Pioner 12 V 1 Pioner 23 V 2 NK 22 V 3 Arjuna V 4 11600,00b-j 11633,33b-j 9800,00ld 11433,33b-j 10866,67e-k 12633,33ab 11933,33b-g 1633,33b-j 10900,00d-k 11833,33b-i 8033,33mn 10433,33h-k Perlakuan Pupuk Organik dan Kapur A 3 Pioner 12 V 1 Pioner 23 V 2 NK 22 V 3 Arjuna V 4 12500,00abc 11166,67c-j 11833,33b-i 10666,67f-k 10400,00ijk 13333,33a 12200,00a-e 10566,67g-k 12300,00a-d 12033,33b-f 10883,33e-k 10733,33f-k Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5 Dari Tabel 25 dapat dilihat bahwa bobot biji per tanaman terbobot dijumpai pada kombinasi V 2 A 3 P 2 varietas Pioneer 23, pupuk organik dan kapur dan dosis PUTK yaitu 13333,33 g, sedangkan yang terendah dijumpai pada kombinasi V 4 A 1 P 3 varietas arjuna, pupuk organik dan dosis yang digunakan petani yaitu 803,33g. Universitas Sumatera Utara PEMBAHASAN Penelitian Tahap I Hasil penelitian tahap I dilaksanakan dari tiga lokasi yang berbeda yaitu di Kelurahan Medan Estet, Kec. Percut Sei Tuan, Kab. Deli Serdang ketinggian ± 25 mdpl; di Desa Tumpatan Nibung, Kec. Batang Kuis, Kab. Deli Serdang ketinggian ± 25 mdpl; dan Desa Pasar Miring, Kec. Pagar Merbau, Kab. Deli Serdang ketinggian ± 20 mdpl. Hasil analisis menunjukkan bahwa kelurahan Medan Estet memiliki kandungan hara yang terendah dibandingkan dengan kedua lokasi lainnya. Sehingga dengan metode dan sistem pengelolaan hara yang sesuai diharapkan dapat mengoptimalisasikan pertumbuhan dan produksi dari tanaman jagung tersebut. Penelitian Tahap II a. Respon Pertumbuhan dan Produksi pada berbagai Pengelolaan Hara Penelitian menguji tiga metode pengelolaan hara yaitu berdasarkan PUTK, dosis pemerintah dan dosis petani. Pertumbuhan dan produksi tanaman yang menunjukkan respon yang tertinggi pada dosis pupuk berdasarkan PUTK, diikuti dosis berdasarkan anjuran pemerintah dan berdasarkan petani. Dosis pupuk berdasarkan anjuran Pemerintah adalah Urea 180 gplot 300 kgha, SP-36 60 gplot 100 kgha, dan KCl 30 gplot 50 kgha; dosis pupuk berdasarkan PUTK adalah Urea 210 gplot 350 kgha, SP-36 120 gplot 200 kgha dan KCl 45 gplot 75 kgha; dosis yang digunakan petani Urea 90 gplot 150 Universitas Sumatera Utara kgha; SP-36 30 gplot 50 kgha, dan KCl 15 gplot 25 kgha. Dosis yang diberikan berdasarkan PUTK menghasilkan pertumbuhan dan produksi tertinggi. Peningkatan produksi mencapai 4,93 dari dosis petani dan 0,46 dari dosis anjuran pemerintah. Hal ini karena pemberian pupuk berdasarkan PUTK dilakukan berdasarkan hasil analisis dengan perangkat uji yang langsung digunakan pada lokasi penelitian. Pengujian dilakukan terhadap beberapa parameter yaitu berdasarkan pH, P-tersedia, C-organik dan N-total. Berdasarkan parameter tersebut ditetapkan dosis pupuk Urea, SP-36 dan KCl. Unsur hara N, P dan K tersebut diberikan sesuai dengan kondisi tanah sehingga tidak terjadi kelebihan maupun kekurangan hara, artinya tidak ada salah satu dari unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman tersebut terganggu keberadaannya didalam tanah misalnya kelebihan unsur hara K dapat mengganggu keberadaan unsur hara N, Ca dan Mg dan sebaliknya kekurangan unsur hara Nitrogen N juga dapat mengakibatkan defisiensi pada tanaman hal ini dapat terlihat pada tanaman yang kekurangan unsur hara N dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat, tanaman tampak kurus, kerdil dan berwarna pucat dibandingkan dengan tanaman yang sehat. Kekurangan N membatasi produksi protein dan bahan-bahan penting lainnya dalam pembentukan sel-sel baru. Warna pucat pada tanaman yang kekurangan N berasal dari terhambatnya pembentukan klorofil, selanjutnya pertumbuhan akan berjalan dengan lambat karena klorofil dibutuhkan pada pembentukan karbohidrat dalam proses fotosintesis. Warna pucat yang disebabkan kekerungan N terjadi lebih dahulu pada daun-daun tua terutama sepanjang tulang daun, klorofil menjadi rusak dan habis disekitar tulang- tulang daun karena tidak ada penggantinya. Warna coklat kekuningan nampak Universitas Sumatera Utara sepanjang tulang daun pada bagian ujung daun tua, dan terus meluas. Sebagian N yang tersedia ditranslokasikan dan digunakan oleh bagian-bagian lainnya yang sedang tumbuh. Pemberian hara berdasarkan PUTK menunjukkan keseimbangan antara pemberian ketiga jenis pupuk, sehingga tanaman memberikan pertumbuhan dan produksi terbaik karena keseimbangan hara yang diterima mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sedangkan pemberian berdasarkan anjuran pemerintah bersifat sangat umum sehingga tidak spesifik lokasi, begitu pula pemberian berdasarkan dosis petani tidak berdasarkan kebutuhan tanaman di lapang. Bila dilihat dosis yang diberikan maka baik dosis pemerintah maupun petani lebih rendah daripada dosis PUTK untuk ketiga jenis pupuk, baik Urea, SP-36 maupun KCl. Pemberian pupuk lebih rendah daripada kebutuhan tanah dan tanaman menyebabkan tanaman mengalami defisiensi hara. Defisiensi hara dapat dilihat dari pertumbuhan dan produksi yang lebih rendah, karena peranan N, P dan K yang sangat penting dalam proses pertumbuhan dan produksi tanaman. Hal ini juga didukung oleh keadaan tanah Inceptisol yang membutuhkan hara yang cukup untuk meningkatkan kesuburannya.

b. Respon Beberapa Varietas pada Berbagai Amandemen