Tiga jenis varietas yang ditanam merupakan jenis jagung hibrida. Jagung hibrida merupakan hasil perkawinan antara kedua jenis jagung yang terdiri dari galur
murni, sehingga terjadi perpaduan sifat unggul Riani et. al., 2001. Varietas hibrida mempunyai potensi hasil yang tinggi, daya adaptasi luas, pertumbuhan dan hasil
tanaman lebih seragam, tahan penyakit bulai dan karat daun. Perbedaan penampilan fenotipe dari berbagai varietas hibrida perbedaan pada beberapa komponen
pengamatan diakibatkan pengaruh genetik dan lingkungan. Gen-genyang beragam dari masing-masing varietas mempunyai karakter-karakter yang beragam pula.
Lingkungan memberikan peranan dalam rangka penampakan karakter yang sebenarnya terkandung dalam gen tersebut. Penampilan suatu gen masih labil, karena
masih dipengaruhi oleh faktor lingkungan sehingga sering didapatkan tanaman sejenis tapi dengan karakter yang berbeda. Setiap hibrida menunjukkan pertumbuhan
dan hasil yang beragam sebagai akibat dari pengaruh genetik dan lingkungan, di mana pengaruh genetik merupakan pengaruh keturunan yang dimiliki oleh setiap
galur sedangkan pengaruh lingkungan adalah pengaruh yang ditimbulkan oleh habitat dan kondisi lingkungan. Selanjutnya Sitompul dan Guritno 1995, menambahkan
bahwa faktor genetis tanaman merupakan salah satu penyebab perbedaan antara tanaman satu dengan lainnya.
c. Respon Beberapa Varietas pada Berbagai Dosis Pupuk
Varietas yang diuji menunjukkan perbedaan respon terhadap dosis yang diberikan, pemberian pupuk sesuai dengan dosis PUTK lebih mendukung
pertumbuhan tanaman, hal ini karena penentuan dosis PUTK merupakaan hasil penetapan berdasarkan kondisi kesuburan tanah, sedangkan dosis anjuran pemerintah
Universitas Sumatera Utara
bersifat umum, sedangkan dosis berdasarkan petani hanya berdasarkan kebiasaan yang dilakukan petani di lapangan sehingga kurang akurat. Dosis pupuk berdasarkan
anjuran Pemerintah adalah adalah Urea 180 gplot 300 kgha, SP-36 60 gplot 100 kgha, dan KCl 30 gplot 50 kgha; dosis pupuk berdasarkan PUTK adalah Urea
210 gplot 350 kgha, SP-36 120 gplot 200 kgha dan KCl 45 gplot 75 kgha; dosis yang digunakan petani Urea 90 gplot 150 kgha; SP-36 30 gplot 50 kgha,
dan KCl 15 gplot 25 kgha. Dosis yang diberikan berdasarkan PUTK menunjukkan keseimbangan antara pemberian ketiga jenis pupuk, sehingga tanaman memberikan
pertumbuhan dan produksi terbaik karena keseimbangan hara yang diterima mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sedangkan pemberian
berdasarkan anjuran pemerintah bersifat sangat umum sehingga tidak spesifik lokasi, begitu pula pemberian berdasarkan dosis petani tidak berdasarkan kebutuhan tanaman
di lapangan, keduanya menyebabkan tanaman mengalami defisiensi hara. Defisiensi hara dapat dilihat dari pertumbuhan dan produksi yang lebih rendah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas yang diuji memiliki karakteristik yang berbeda di tanah Inceptisol. Perbedaan tersebut nampak dari
karakter luas daun, laju asimilasi bersih, bobot biji pertanaman, bobot biji per plot, serapan N, serapan P dan serapan K. Perbedaan genetik menyebabkan perbedaan
pertumbuhan di suatu lokasi, dalam hal ini lahan Inceptisol. Perbedaan varietas menyebabkan perbedaan respon karena sifat genetik yang berbeda, hal ini dapat
dilihat dari persilangan dari kedua induk varietas-varietas tersebut misalnya pada varietas Pioneer 23 berasal dari galur murni F30B80dengan M30B80 yang memiliki
sifat homozygot baik itu resesif maupun dominan dengan golongan hibrida silang
Universitas Sumatera Utara
tunggal, sedangkan pada varietas Arjuna indukan berasal dari TC1 Early DMR S C2 introduksi dari Thailand yang disilangkan dengan metode seleksi masa dan
golongannya termasuk bersari bebas latar belakang inilah yang mengakibatkan perbedaan respon beberapa varietas tersebut pada berbagai dosis pupuk yang
digunakan. Dalam penelitian ini pertumbuhan dan produksi varietas jagung yang terbaik adalah Pioneer 23, yang diikuti Pioneer 12, NK 22 dan Arjuna. Varietas yang
diuji memiliki adaptasi yang berbeda terhadap lingkungan tumbuh, termasuk tingkat kesuburan tanah. Tanah Inceptisol merupakan tanah dengan kondisi kesuburan
rendah dan pH rendah telah diperoleh varietas yang memiliki produksi yang baik pada kondisi tersebut, yaitu Pioneer 23. Selama ini petani di Kabupaten Deli Serdang
menggunakan varietas hibrida yang diuji tersebut yaitu Pioneer 12 potensi hasil 10- 12 tonha, Pioneer 23 10,5 tonha, NK 22 10,47 tonha, Varietas Lokal yang biasa
digunakan adalah Arjuna 5-6 tonha. Dari hasil penelitian varietas lokal tersebut memiliki produksi terendah dibanding varietas hibrida.
Total luas daun 6 mst menunjukkan bahwa varietas Pioneer 12, Piooner 23, NK 22 dan Arjuna menunjukkan respon yang tertinggi pada dosis pupuk berdasarkan
PUTK, diikuti dosis berdasarkan anjuran pemerintah dan berdasarkan petani. LAB 2-4 mst dan 4-6 mst menunjukkan bahwa varietas Pioneer 12, Pioneer
23, NK 22 dan Arjuna menunjukkan respon yang tertinggi pada dosis pupuk berdasarkan PUTK, diikuti dosis berdasarkan anjuran pemerintah dan berdasarkan
petani. Jumlah tongkol per plot menunjukkan bahwa varietas Pioneer 12 dan NK-22,
menunjukkan respon yang tertinggi pada dosis pupuk berdasarkan PUTK, diiukuti
Universitas Sumatera Utara
dosis berdasarkan anjuran pemerintah dan berdasarkan petani; Varietas Pioneer 23, menunjukkan respon yang tertinggi pada dosis pupuk berdasarkan PUTK, diikuti
dosis berdasarkan petani dan anjuran pemerintah; Varietas Arjuna, menunjukkan respon yang tertinggi pada dosis pupuk berdasarkan anjuran pemerintah, diikuti dosis
berdasarkan petani dan PUTK. Interaksi antara varietas dengan pengelolaan hara menunjukkan bahwa
varietas yang menggunakan Pioneer 23 dengan dosis PUTK menunjukkan daun terluas, LAB tertinggi, bobot biji per tanaman tertinggi, jumlah tongkol perplot
terbanyak, serapan N dan serapan K tertinggi, sedangkan sebaliknya daun tersempit, bobot biji per tanaman terendah, jumlah tongkol per plot terendah, serapan N dan P
terendah pada perlakuan varietas Arjuna dengan dosis pupuk anjuran petani. Hal ini menunjukkan bahwa varietas Pioneer 23 respon terhadap pemupukan sehingga
dengan dosis PUTK memperoleh hara sesuai dengan jumlah pupuk yang dibutuhkan. Faktor yang menyebabkan timbulnya masalah pemupukan adalah dosis yang tidak
sesuai dengan kebutuhan tanaman dan kesuburan tanah. Dosis pupuk yang diberikan berdasarkan dosis yang dipakai petani tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman dan
kesuburan tanah, hal ini menyebabkan unsur hara yang diberikan tidak dapat tersedia dengan baik. Ketidaksesuaian tersebut menyebabkan tanaman mengalami defisiensi
hara, kekurangan unsur Ca dan Mg. Sebaliknya pemupukan yang dilakukan berdasarkan PUTK dapat memenuhi kebutuhan hara tanaman jagung sesuai dengan
kebutuhan tanaman. Dosis petani kurang tepat karena tidak berdasarkan pengujian di lapangan.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini sesuai dengan Kuruseng dan Kuruseng 2008, yang menunjukkan pola intensifikasi dilakukan dengan penggunaan varietas unggul, penggunaan pupuk
yang cukup dan berimbang, Peningkatan produktivitas tanaman dengan penggunaan varietas unggul yang berdaya hasil tinggi dan tetap memperhatikan aspek lingkungan,
termasuk pemenuhan kebutuhan haranya. Kebutuhan hara tanaman harus tetap terpenuhi dalam jumlah yang cukup dan
berimbang untuk meningkatkan kesuburan tanah, mendukung pertumbuhan tanaman dan meningkatkan kualitas panen. Nitrogen N merupakan unsur hara esensil yang
banyak dimanfaatkan dalam praktek pertanian, karena berperan penting dalam meningkatkan produksi jagung, Nitrogen, Fosfor, dan Kalium di dalam tanah sering
menjadi unsur pembatas bagi tanaman jagung. Di daerah tropis dengan curah hujan tinggi ke tiga unsur tersebut sering kahat bagi tanaman jagung. Penggunaanpupuk
buatan antara lain urea sebagai sumber nitrogen, masih menjadi alternatif utama untuk mengatasi kekahatan hara Syafruddin et. al., 1997.
d. Respon Berbagai pengelolaan hara pada Berbagai Amandemen