Bati : Pengaruh Belanja Modal Dan Pendapatan Asli Daerah Pad Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Studi Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2009
USU Repository © 2008
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Pada umumnya pembangunan nasional di negara-negara berkembang difokuskan pada pembangunan ekonomi dalam rangka upaya pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi berkaitan erat dengan peningkatan produksi barang dan jasa, yang antara lain diukur dengan besaran Produk Domestik Bruto PDB pada tingkat
nasional dan Produk Domestik Regional Bruto PDRB untuk daerah, baik Tingkat I maupun Tingkat II. Pertumbuhan ekonomi dikaitkan sebagai peningkatan output
masyarakat yang disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah faktor produksi. Scumpeter, 1961 dalam Budiono 1992:48 menyatakan bahwa Pertumbuhan
ekonomi menurutnya adalah suatu sumber kenaikan output. Salah satu komponen yang mempengaruhi kenaikan output tersebut adalah
pengeluaran pemerintah. Syafrizal, 1997:27-38 dalam Adi 2006 menyatakan bahwa untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah, kebijakan utama yang perlu
dilakukan adalah mengusahakan semaksimal mungkin potensi yang dimiliki oleh propinsi daerah yang bersangkutan, mengingat potensi masing-masing daerah
bervariasi maka sebaiknya masing-masing daerah harus menentukan kegiatan sektor dominan unggulan.
Peran pemerintah dalam upaya menciptakan pertumbuhan ekonomi mulai di pandang sebagai suatu hal yang penting ketika mekanisme pasar sebagai motor
pergerakan mengalami kegagalan. Mangkoesoebroto 1999:2 menyatakan dalam perekonomian modern, peranan pemerintah dapat diklasifikasikan dalam 3 golongan
besar, yaitu; 1 peranan alokasi, yaitu peranan pemerintah dalam alokasi sumber- sumber ekonomi; 2 peranan distribusi, dan; 3 peranan stabilisasi. Pada kebanyakan
negara berkembang pelaksanaan 3 peran pemerintah ini banyak menghadapi kendala dan permasalahan dalam rangka akselerasi pertumbuhan ekonomi, terutama apabila
dihadapkan pada masalah pembangunan daerah. Salah satu indikator dari pertumbuhan ekonomi regional tercermin pada Produk Domestik Regional Bruto
PDRB. Dalam rangka mendorong terciptanya pertumbuhan ekonomi daerah yang
kondusif salah satu komponen yang diandalkan dan merupakan variabel yang signifikan adalah Belanja Modal. Keberadaan Anggaran Belanja Modal yang
bersumber dari bantuan pusat dan Pendapatan Asli Daerah, apabila dibandingkan dengan investasi swasta nilainya relatif kecil meskipun demikian dana tersebut
mempunyai peranan strategis, karena sasaran penggunaannya untuk membiayai pembangunan di bidang sarana dan prasarana yang dapat menunjang kelancaran
usaha swasta dan pemenuhan pelayanan masyarakat.
12
Menyadari keterbatasan anggaran yang bersumber dari dana pemerintah guna memacu peningkatan laju pertumbuhan ekonomi yang diharapkan, maka selain
ekstensifikasi upaya pengajuan program kepada pemerintah pusat yang lebih penting lagi adalah intensifikasi dan ekstesifikasi penggalian potensi dana yang bersumber
dari Pendapatan Asli Daerah PAD. Konsep otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab sebagaimana
yang dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah telah membentuk sistem baru bagi pemerintahan di daerah.
Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan atas pertimbangan bahwa daerah lebih mengerti dan mengetahui kebutuhan masyarakat di daerahnya. Otonomi daerah
membuka peluang, tantangan dan kendala terutama kepada daerah kabupaten dan kota untuk lebih leluasa mengelola pembangunan di daerahnya masing-masing sesuai
dengan aspirasi masyarakat. Salah satu peluang, tantangan dan kendala yang dihadapi daerah adalah masalah kesiapan sumber-sumber pembiayaan atau kemampuan daerah
menyelenggarakan urusan rumah tangga secara mandiri. Untuk itulah maka pemerintah daerah harus memanfaatkan peluang yang ada
ataupun menggali potensi-potensi baru dalam upaya meningkatkan Pendapatan Asli Daerah PAD sebagai suatu wujud nyata otonomi. Pengembangan dan penggalian
potensi PAD sebenarnya sudah merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendesak, mengingat PAD sangat mendukung terwujudnya pelaksanaan otonomi yang utuh,
nyata dan bertanggungjawab di daerah kabupaten atau kota. Hal ini berarti jika terjadi
13
peningkatan PAD akan membawa kearah kemajuan perekonomian daerah yang akan berdampak pada peningkatan pembangunan di daerah.
Pajak daerah dan retribusi daerah selama ini merupakan sumber pendapatan daerah yang dominan, oleh karena itu perlu ditingkatkan penerimaannya. Berdasarkan
alur pikir teori keuangan daerah, penerimaan pajak pada umumnya digunakan untuk membiayai jasa layanan yang bersifat murni publik publik goods, sedangkan
penerimaan retribusi umumnya digunakan untuk membiayai jasa pelayanan yang bersifat semi publik semi public goods di mana komponen manfaat individunya
relatif lebih besar. Menurut Harits 1995:81 dalam Adi 2006 bahwa dalam mengoptimalkan
PADS tingkat II, sektor retribusi daerah merupakan sektor yang sangat besar untuk digali dan diperluas pengelolaanya karena retribusi daerah dipungut atas balas jasa
yang disediakan pemerintah daerah. Di samping itu pelaksanaan pemungutan retribusi daerah dilakukan di luar waktu yang telah ditentukan oleh peraturan
perundang-undangan, selama pemerintah daerah dapat menyediakan jasa untuk mengadakan pemungutan.
Demikian pula halnya dengan Pemerintah KabupatenKota di Sumatera Utara yang telah berupaya terus menerus meningkatkan pendapatan asli daerahnya dengan
berbagai cara seperti memperluas cakupan pungutan pajak dan retribusi kota, efisiensi biaya pemungutan dan penyempurnaan mekanisme pengelolaan keuangan daerah.
14
Manajemen pemerintah daerah di Indonesia memasuki era baru seiring
dengan diberlakukannya desentralisasi fiskal. Kebijakan terkait yang tertuang dalam UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No 25 tahun 1999
tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah efektif diberlakukan per Januari Tahun 2001 UU ini dalam perkembangannya diperbaharui
dengan dikeluarkannya UU No. 32 Tahun 2004 dan UU No. 33 Tahun 2004. Diberlakukannya undang-undang ini memberikan peluang bagi daerah untuk
menggali potensi lokal dan meningkatkan kinerja keuangannya dalam rangka mewujudkan kemandirian daerah.
Dalam penciptaan kemandirian daerah, pemerintah daerah harus beradaptasi dan berupaya meningkatkan mutu pelayanan publik dan perbaikan dalam berbagai
sektor yang berpotensi untuk di kembangkan menjadi sumber PAD. Tuntutan untuk mengubah struktur belanja menjadi semakin kuat, khususnya pada daerah - daerah
yang mengalami kapasitas fiskal rendah Halim, 2001. Dalam upaya peningkatan kemandirian daerah pemerintah daerah juga dituntut untuk mengoptimalkan potensi
pendapatan yang dimiliki dan salah satunya memberikan proporsi belanja modal yang lebih besar untuk pembagunan pada sektor-sektor yang produktif di daerah.
Wong 2004 menunjukkan bahwa pembangunan infrastruktur industri mempunyai dampak yang nyata terhadap kenaikan pajak daerah. Dengan
terpenuhinya fasilitas publik maka masyarakat merasa nyaman dan dapat menjalankan usahanya dengan efisien dan efektif sehingga pada akhirnya akan
meningkatkan partisipasi publik dalam pembangunan. Semakin tinggi tingkat
15
investasi modal diharapkan mampu meningkatkan kualitas layanan publik dan pada gilirannya mampu meningkatkan tingkat partisipasi publik terhadap pembangunan
yang tercermin dari adanya peningkatan PAD Mardiasmo, 2002. Untuk mengatasi persoalan ketimpangan fiskal dan adanya kebutuhan
pendanaan daerah yang cukup besar, pemerintah memberikan dana perimbangan dan salah satu komponendana ini yang memberikankontribusi terbesar adalah Dana
Alokasi Umum 2005. Dalam beberapa tahun berjalan, proporsi DAU terhadap penerimaan daerah msih yang tertinggi dibanding dengan penerimaan daerah yang
lain termasuk PAD Adi, 2006 hal menunjukkan masih tingginya ketergantungan pemerintah daerah terhadap pasokan dana dari pemerintah usat ini. Namun demikian,
dalam jangka panjang, ketergantungan semacam ini harus menjadi semakin kecil. Berbagai investasi yang dilakukan pemerintah daerah diharapkan memberikan
hasil positif yang tercermin dalam peningkatan PAD. Tingkat pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu tujuan penting pemerintah daerah maupun pemerintah pusat.
Upaya untuk meningkatkan pendapatan asli daerah tidak akan memberikan arti apabila tidak diikuti dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah. Terdapat dua
komponen penerimaan daerah yang berpengaruh positif secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi regional Brata, 2004. Kedua komponen tersebut adalah PAD
dan Bagian Sumbangan Bantuan. Namun demikian, penelitian Brata 2004 belum mencakup periode setelah otonomi daerah sehingga hubungan PAD dan Pertumbuhan
ekonomi dapat saja mengarah ke hubungan negatif jika daerah terlalu ofensif dalam upaya peningkatan penerimaan daerahnya. Pertumbuhan ekonomi sering di ukur
16
dengan mengunakan Pertumbuhan Produk Domestik Bruto PDBPDRB, namun demikian indikator ini dianggap tidak selalu tepat dikarenakan tidak mencerminkan
makna pertumbuhan yang sebenarnya. Indikator lain, yaitu pendapatan per kapita dapat digunakan untuk mengukur Pertumbuhan ekonomi ini Kuncoro,2004;
Gaspersz dan Feonay, 2003. Pertumbuhan ekonomi seyogyanya dapat memperlihatkan trend yang
meningkat dari tahun ke tahun. Melihat pertumbuhan ekonomi sebagaimana tergambar dalam PDRB Propinsi Sumatera Utara periode 2005-2007 mengalami
perkembangan yang berfluktuasi dan cenderung mengalami kenaikan dari tahun ketahun tahun 2005 sebesar 5,48, tahun 2006 sebesar 6,20 dan tahun 2007
sebesar 6,90 dan cederung mngalami kenaikan. Angka rata-rata pertumbuhan 6,19 selama periode 2005-2007 merupakan angka pertumbuhan ekonomi yang
menggembirakan. Angka 6,19 termasuk rendah apabila dibandingkan dengan angka pertumbuhan ekonomi di wilayah lain utamanya di wilayah Jawa. Sumatera Utara
merupakan propinsi yang PDRB terbesar ketujuh yaitu 181,82 trilyun atau 5,16 dari 33 propinsi di Indonesia.BPS, 2008
Indikator PDRB lebih komprehensif dalam mengukur pertumbuhan ekonomi dibandingkan indikator yang lain seperti jumlah ekspor ataupun tingkat inflasi
dikarenakan PDRB lebih menekankan pada kemampuan negaradaerah untuk meningkatkan PDBPDRB agar dapat melebihi tingkat pertumbuhan penduduk.
Indikator ini secara simultan menunjukkan apakah pertumbuhan ekonomi yang terjadi mampu meningkatkan kesejahteraan seiring dengan laju pertambahan penduduk.
17
Dari uraian dan data di atas tercermin suatu kondisi yang menggambarkan adanya indikasi perkembangan alokasi anggaran belanja yang cukup tinggi yang
diiringi oleh pertumbuhan ekonomiperkembangan PDRB yang sepadan, dengan kata lain optimisme pemerintah daerah melalui kebijakan fiskal khususnya upaya
peningkatan pengalokasian anggaran belanja modal yang selanjutnya untuk mengupayakan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.
Berdasarkan data BPS Badan Pusat Statistik Belanja modal di Propinsi Sumatera Utara dari tahun 2004 – 2005 cenderung meningkat, tahun 2004 sebesar
321,68 milyar, tahun 2005 sebesar 3,46,21 milyar, dan tahun 2006 sebesar 754,80 miliyar. Peningkatan ini dibarengi dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin naik.
Penggunaan variabel Belanja Modal yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dengan alasan Belanja Modal yang dilakukan oleh pemerintah daerah
digunakan untuk pembangunan meliputi pembangunan sektor pendidikan, kesehatan, transportasi, sehingga masyarakat juga menikmati manfaat dari pembangunan daerah.
Tersedianya infrastruktur yang baik diharapkan dapat menciptakan efisiensi dan efektivitas di berbagai sektor, produktivitas masyarakat diharapkan semakin tinggi
dan pada gilirannya akan terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi di suatu daerah. Dengan diberlakukannya system desentralisasi fiskal Pendapatan Asli Daerah
PAD Propinsi Sumatera Utara dari tahun 2004-2006 cenderung meningkat tahun 2004 sebesar 1.143,1 miliyar, tahun 2005 sebesar 1.361,8 miliyar, dan tahun 2006
sebesar 1502,6 milyar BPS Sumut, kenaikan ini menunjukkan pemkabpemko di Sumatera utara mampu menggali potensi yang ada didaerahnya masing-masing
18
walaupun masih ada dibeberapa pemkabpemko yang belum mampu menaikan PADnya.
Peningkatan Pendapatan Asli Daerah PAD akan merangsang pemerintah daerah untuk lebih meningkatkan mutu pelayanannya kepada publik sehingga tingkat
pertumbuhan ekonomi daerah akan meningkat seiring dengan meningkatnya pendapatan per Kapita.
Berdasarkan fenomena diatas, penelitian ini akan mencoba menganalisis “Pengaruh Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah PAD terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Daerah”, dengan melihat besaran koefisien detirminasinya sehingga dapat diukur seberapa besar variabel Anggaran Belanja Modal dan PAD mampu
memberikan kontribusi terhadap peningkatan PDRB atau pertumbuhan ekonomi daerah.
1.2. Rumusan Masalah