Hasil uji autokorelasi di atas menunjukkan nilai statistik Durbin-Watson D-
W sebesar 1,567, maka disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi baik positif maupun negatif masih dalam kisaran angka D-W -2 dan +2.
5.3. Hasil Analisis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah PAD berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap pertumbuhan
ekonomi daerah di KabupatenKota di Sumatera Utara dapat diterima. Pengujian
goodness of fit dilakukan untuk menentukan kelayakan suatu model regresi, karena
variabel penelitian lebih dari dua variabel maka kelayakan tersebut dapat dilihat dari nilai Adjusted R Square. Nilai Adjusted R Square yang diperoleh dari hasil
pengolahan data dapat dilihat pada Tabel 5.7 di bawah ini :
Tabel 5.7. Pengujian Kelayakan Model
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .533
a
.284 .254
.93071
a.
Predictors: Constant, PAD_X2, Belj_Modal_X1
b.
b. Dependent Variable: PDRB_Y Sumber : Hasil Olah Data SPSS. Lampiran 2.
Nilai Adjusted R Square pada Tabel 5.7 diatas sebesar 0,254. Hal ini
menunjukkan bahwa 25,4 variabel Pertumbuhan Ekonomi dapat dijelaskan oleh variabel independen yang ada yaitu Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah
PAD sedangkan sisanya sebesar 74,6 dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model penelitian ini. Untuk melihat tingkat kepercayaan hasil uji
73
hipotesis, selanjutnya dilakukan uji signifikan. Uji signifikan dibedakan atas uji signifikan simultan uji F dan uji signifikan parsial uji t dengan taraf signifikan
= 5.
5.4. Model Uji Hipotesis 5.4.1. Uji Signifikan Simultan Uji F
Secara simultan variabel Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah PAD berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi daerah di KabupatenKota di Sumatera
Utara. Indikator signifikansi parameter koefesien Adjusted R
2
signifikan atau tidak maka dapat dilakukan pengujian dengan bantuan alat uji statistik metode Fisher Uji
F dengan tingkat keyakinan confident level sebesar 95 . Kriteria pengujian yang digunakan adalah apabila F
hitung
F
tabel
maka Ho ditolak; dan apabila F
hitung
≤ F
tabel
maka Ho dapat diterima. Hal tersebut ditunjukkan dalam Tabel 5.8 dibawah ini :
Tabel 5.8 Hasil Regresi Uji F ANOVA
b
Model Sum of
Squares df
Mean Square
F Sig.
Regression 16.468
2 8.234
9.505 .000
a
Residual 41.579
48 .866
1
Total 58.047
50
a. Predictors: Constant, PAD_X2, Belj_Modal_X1 b. Dependent Variable: PDRB_Y
Sumber : Hasil Olah Data SPSS. Lampiran 2.
74
Dari Tabel 5.8 diperoleh nilai F
hitung
sebesar 9,505 sedangkan F
tabel
pada tingkat kepercayaan 95
α = 0,05 adalah 6,07. Hal ini berarti bahwa nilai F
hitung
F
tabel
9,5056,07. Hal ini memberikan arti bahwa variabel Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah PAD berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap
pertumbuhan ekonomi daerah di KabupatenKota di Sumatera. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah PAD
tidak berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap pertumbuhan ekonomi daerah di KabupatenKota di Sumatera ditolak Ho ditolak sedangkan H
1
diterima.
5.4.2. Uji Signifikan Parsial Uji t
Secara parsial Pendapatan Asli Daerah PAD berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi daerah di KabupatenKota di Sumatera Utara dapat diterima
ditunjukkan pada Tabel 5.9 berikut :
Tabel 5.9 : Uji t Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients Model
B Std. Error
Beta
t Sig.
Constant 4.817
.246 19.600
.000 Belj_Modal_
X1 .002
.004 .091
.526 .601
1
PAD_X2 .008
.003 .464
2.671 .010
a. Dependent Variable: PDRB_Y Sumber : Hasil Olah Data SPSS. Lampiran 2.
75
Dari Tabel 5.9 diatas dapat disusun persamaan regresi berganda berikut :
Y = 4,817 + 0,002X
1
+ 0,008X
2
+ e
Model persamaan regresi berganda tersebut bermakna : 1.
Nilai konstanta sebesar 4.817 artinya apabila nilai variabel Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah PAD bernilai nol, maka Pertumbuhan Ekonomi akan
naik sebesar 4.817 satuan. 2.
Variabel Belanja Modal berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi dengan nilai koefisien berpengaruh sebesar 0.002, artinya setiap pertambahan 1
satuan Belanja Modal maka akan menaikkan Pertumbuhan Ekonomi sebesar 0.002 satuan.
3. Variabel Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan
Ekonomi dengan nilai koefisien berpengaruh sebesar 0.008, artinya setiap pertambahan 1 satuan variabel PAD akan menaikkan Pertumbuhan Ekonomi
sebesar 0.008 satuan. Tabel 5.9 diatas menunjukkan bahwa variabel independen Belanja ModalX
1
0,5262,000 tidak berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi daerah di Sumatera Utara dimana nilai t
hitung
t
tabel
. Dengan demikian menolak H
1
dan menerima H
o
. Sedangkan variabel Pendapatan Asli Daerah X
2
dengan arah positif 2,6712,000 berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi daerah di
Sumatera Utara dengan nilai t
hitung
t
tabel
.
76
5.5. Pembahasan
Hipotesis dalam penelitian ini adalah Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah PAD berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap pertumbuhan
ekonomi daerah di KabupatenKota di Sumatera Utara dapat diterima. Dalam model pembangunan tentang perkembangan pengeluaran pemerintah
yang dikembangkan oleh Rostow dan Musgrave Mangkoesoebroto, 1999 bahwa pada tahap awal perkembangan ekonomi, persentase investasi pemerintah terhadap
total investasi sangat besar. Hal ini disebabkan pada tahap ini pemerintah harus menyediakan prasarana. Peranan pemerintah tetap besar pada tahap menengah oleh
karena peranan swasta yang semakin besar ini banyak menimbulkan kegagalan pasar. Investasi pemerintah daerah dalam hal ini dinyatakan dalam belanja modal
yang dapat berpengaruh terhadap peningkatan PAD. Dana tersebut digunakan untuk memberdayakan berbagai sumber ekonomi untuk mendorong pemerataan dan
peningkatan pendapatan perkapita. Dana pembangunan juga merupakan salah satu input produksi yang dapat menghasilkan output.
Infrastruktur dan sarana prasarana yang ada di daerah akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi daerah. Jika sarana dan prasarana memadai maka masyarakat
dapat melakukan aktivitas sehari–harinya secara aman dan nyaman yang akan berpengaruh pada tingkat produktivitasnya yang semakin meningkat, dan dengan
adanya infrastruktur yang memadai akan menarik investor untuk membuka usaha di daerah tersebut. Dengan bertambahnya belanja modal maka akan berdampak pada
77
periode yang akan datang yaitu produktivitas masyarakat meningkat dan bertambahnya investor akan meningkatkan pendapatan asli daerah Abimanyu, 2005.
Peningkatan Pemerintah Daerah dalam investasi modal belanja modal diharapkan mampu meningkatkan kualitas layanan publik dan pada gilirannya
mampu meningkatkan tingkat partisipasi kontribusi publik terhadap pembangunan yang tercermin dari adanya peningkatan PAD Mardiasmo, 2002. Wong 2004
menunjukkan bahwa pembangunan infrastruktur industri mempunyai dampak yang nyata terhadap kenaikan pajak daerah. Dalam penelitian Adi 2006 menyatakan
bahwa Belanja pembangunan memberikan dampak yang positif dan signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah. Dengan kata lain, pembangunan berbagai fasilitas
sektor publik akan berujung pada peningkatan pendapatan daerah. Belanja pembangunan tidak hanya ditujukan untuk pengembangan infrastruktur industri,
tetapi juga ditujukan untuk berbagai infrastruktur jasa yang langsung terkait dengan pemberian layanan kepada publik. Upaya peningkatan PAD melalui retribusi ataupun
pajak harus diimbangi dengan kesungguhan pemda untuk meningkatkan kualitas layanan publik. Dalam penerapan desentralisasi, pembangunan menjadi prioritas
utama pemerintah daerah untuk menunjang peningkatan PAD. Perlu diklasifikasikan dengan jelas, jenis belanja modal yang dikeluarkan
Pemerintah daerah, apakah belanja modal yang terdapat dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah tersebut memang murni belanja modal untuk pelayanan publik.
Temuan ini konsisten dengan penelitian–penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Adi 2006 dan Saragih 2003 dan Ismerdekaningsih Rahayu 2002. Temuan ini
78
juga konsisten dengan hasil penelitian. Bila dicermati dengan melihat perkembangan data belanja modal mengalami kenaikan, dan sebaliknya PDRB juga mengalami
peningkatan. Hal ini paling tidak memberikan indikasi adanya penggunaan sumber daya secara efisien dan efektif, tetapi berbagai fasilitas yang disediakan dapat
dioptimalkan kemanfaatannya, sehingga memberikan dampak yang cukup tinggi terhadap PDRB.
Temuan ini memberikan indikasi bahwa besarnya PDRB sangat ditentukan oleh besarnya Pendapatan Asli Daerah. Hal ini sejalan dengan pendapat BAPENAS
2003 yang menegaskan bahwa pertumbuhan PAD seharusnya sensitif terhadap kenaikan pertumbuhan ekonomi, karena dalam BAPPENAS 2003 pertumbuhan
ekonomi diukur dengan mengunakan PDRB dan Pendapatan Per Kapita. Temuan ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Brata 2004 yang menyatakan
bahwa PAD berpengaruh positif dengan pertumbuhan ekonomi di daerah, dan penelitian oleh Tambunan 2006 yang menyatakan Pertumbuhan PAD secara
berkelanjutan akan menyebabkan peningkatan tingkat Pertumbuhan Ekonomi daerah dan Saragih 2007 menyatakan Bahwa Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil
dan Dana Alokasi Umum mempunyai pengaruh positip dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Simalungun pada tingkat kepercayaan 99.
Pengelolaan keuangan daerah sangat besar pengaruhnya terhadap nasib suatu daerah karena daerah dapat menjadi daerah yang kuat dan berkuasa serta mampu
mengembangkan kebesarannya atau menjadi tidak berdaya tergantung pada cara mengelola keuangannya. Pengelolaan daerah yang dilakukan secara ekonomis,
79
efisien, dan efektif atau memenuhi value for money serta partisipasi, transparansi, akuntabilitas dan keadilan akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang selanjutnya
mengurangi jumlah pengangguran serta menurunkan tingkat kemiskinan. Untuk pengelolaan daerah tidak hanya dibutuhkan sumber daya manusia, tetapi juga sumber
daya ekonomi berupa keuangan yang dituangkan dalam suatu anggaran pemerintah daerah.
Anggaran daerah atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD merupakan instrumen kebijakan yang utama bagi pemerintah daerah. Anggaran
daerah menduduki posisi sentral dalam upaya pengembangan kapabilitas, efisiensi, dan efektifitas pemerintah daerah. Anggaran daerah seharusnya dipergunakan sebagai
alat untuk menentukan besarnya pendapatan, pengeluaran, dan pembiayaan, alat bantu pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan, alat otoritas
pengeluaran di masa yang akan datang, ukuran standar untuk evaluasi kinerja serta alat koordinasi bagi semua aktivitas di berbagai unit kerja. Anggaran sebagai
instrumen kebijakan dan menduduki posisi sentral harus memuat kinerja, baik untuk penilaian secara internal maupun keterkaitan dalam mendorong pertumbuhan
ekonomi yang selanjutnya mengurangi pengangguran dan menurunkan tingkat kemiskinan. Kinerja yang terkait dengan anggaran merupakan kinerja keuangan
berupa perbandingan antara komponen-komponen yang terdapat pada anggaran.
80
Sejak diberlakukannya otonomi daerah pemerintah berupaya melakukan perbaikan terhadap formulasi DAU dengan tujuan untuk lebih memenuhi rasa
keadilan, pemerataan serta merangsang kapasitas dan potensi Pendapatan Asli Daerah. Dalam era otonomi, PAD idealnya menjadi komponen utama pembiayaan
daerah. Transfer pemerintah pusat diharapkan dapat menjadi sumber pembiayaan daerah untuk menggali berbagai potensi lokal yang dimiliki untuk peningkatan PAD.
Hasil penelitian Adi 2007 menunjukkan fakta empirik yang menarik, yaitu selama era otonomi PAD mengalami peningkatan yang sangat signifikan dibanding dengan
periode sebelum otonomi, namun demikian kontribusi PAD terhadap pembiayaan daerah justru mengalami penurunan yang berarti. Temuan ini memberikan indikasi
penting adanya peningkatan pembiayaan daerah yang sangat tinggi. Peningkatan PAD yang tinggi, diimbangi pemerintah dengan melakukan alokasi belanja yang
lebih tinggi, sehingga pada gilirannya pemerintah daerah bisa memperoleh transfer pemerintah pusat yang semakin tinggi.
Pemerintah daerah di dalam membiayai belanja daerahnya, selain dengan menggunakan transfer dari pemerintah pusat, mereka juga menggunakan sumber
dananya sendiri yaitu PAD. Menurut UU No. 33 Tahun 2004, PAD adalah pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah,
hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan. Pemerintah daerah
di dalam membiayai belanja daerahnya, selain dengan menggunakan transfer dari pemerintah pusat, mereka juga menggunakan sumber dananya sendiri yaitu PAD.
81
Menurut UU No.33 Tahun 2004, PAD adalah pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan, dan lain-lain. Pendapatan Asli Daerah yang sah yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan Transfer yang diberikan kepada pemerintah
daerah memiliki kaitan yang erat dengan pertumbuhan perekonomian. Transfer dapat meningkatkan belanja daerah yang kemudian akan meningkatkan pertumbuhan
perekonomian. Holtz-Eakin et al 1994 dalam Adi 2006 menyatakan ada keterkaitan yang
sangat erat antara transfer dari pemerintah pusat dengan belanja modal. Maimunah 2006 juga membuktikan bahwa besarnya nilai DAU berpengaruh secara positif
terhadap belanja daerah. Selain itu penelitian yang dilakukan Adi 2006 membuktikan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu daerah memberikan dampak yang
positif terhadap PAD. Hal ini membuktikan bahwa PAD dan transfer pemerintah dalam bentuk DAU memiliki peran yang penting di dalam perekonomian suatu
daerah. Dalam APBD belanja daerah terdiri dari belanja rutin dan belanja
pembangunan. Belanja rutin merupakan belanja yang digunakan untuk mendanai penyelenggaraan pemerintah sehari-hari, seperti belanja pegawai, belanja operasional
dan pemeliharaan, serta belanja perjalanan dinas. Sedangkan belanja pembangunan digunakan untuk mendanai peningkatan kualitas pelayanan publik berupa
pembangunan sarana dan prasarana publik.
82
Variabel Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah PAD berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap pertumbuhan ekonomi daerah di
KabupatenKota di Sumatera, dengan demikian hipotesis yang dukemukan dimuka diterima. Gambaran ini mengemukakan bahwa belanja modal dan PAD dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah. Temuan ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmansyah 2004 Bahwa pengeluaran pemerintah
berupa pengeluaran pembangunan maupun pengeluaran rutin memberikan pengaruh positif dan signifikan secara ststistik terhadap pertumbuhan ekonomi. Brata 2004
yang menyatakan bahwa PAD berpengaruh positif dengan pertumbuhan ekonomi di daerah, penelitian Adi 2006 Belanja Pembangunanmodal mempunyai dampak yang
positif dan signifikan terhadap PAD maupun pertumbuhan ekonomi, Simanjuntak
2007 PAD dan Dau berpengaruh positip dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Labuhan Batu dan penelitian Saragih 2006 menyatakan Bahwa
Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil dan Dana Alokasi Umum mempunyai pengaruh positip dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Simalungun.
83
84
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan pada analisis data dan uji hipotesis penelitian serta pembahasan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah PAD berpengaruh secara simultan
terhadap pertumbuhan ekonomi daerah di KabupatenKota di Sumatera Utara. Hasil penelitian ini memperkuat penelitian Adi 2006
Bahwa pertumbuhan Ekonomi daerah mempunyai dampak yang signifikan terhadap peningkatan
PAD. Belanja Pembangunan mempunyai dampak yang positif dan signifikan terhadap PAD maupun pertumbuhan ekonomi.
2. Secara parsial variabel Pendapatan Asli Daerah PAD berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi daerah di KabupatenKota di Sumatera Utara. Sedangkan variabel Belanja Modal tidak berpengaruh dengan tingkat alpha 5
terhadap pertumbuhan ekonomi daerah di KabupatenKota di Sumatera Utara. Hasil tersebut konsisten dengan hasil penelitian Brata 2004, Simanjuntak
2007 Adi 2006 dan Saragih 2006.