reaksi radang, fibrosis paru, atau reaksi alergi seperti alveolotis alergika Weiss, 1975, dikutip dari Mahdi, 1999.
3.4 Patogenesis
Terdapat bermacam-macam mekanisme yang berhubungan dengan terjadinya asma, yaitu:
3.4.1 Aksi dari Otot Polos Bronkhial
Pada keadaan normal, secara fisiologik tegangan otot polos bronkhial diatur keseimbangannya oleh pengaruh vagus kolinergik yang menyebabkan
kontraksi dari otot polos dengan akibat penyempitan saluran napas dan stimulasi dari saraf simpatik B adrenergik memberi hasil yang berlawanan Mahdi, 1999.
Otot polos bronkhial memegang peranan utama dalam penyempitan saluran udara bila terdapat partikel asing yang masuk ke dalam bronkus. Karena
adanya penyempitan saluran udara ini, maka volume udara yang masuk secara inspirasi dan ekspirasi jumlahnya akan menurun pada tiap siklus pernapasan.
Sedangkan luas permukaan mukosa tidak berubah, hingga perbandingan antara luas permukaan mukosa terhadap volume udara yang masuk secara inspirasi
meningkat. Hal ini menimbulkan refleks, yaitu kontriksi dari bronkus yang merupakan refleks otonom yang mempunyai mekanisme untuk melindungi
alveolus dari stimulus yang berbahaya Mahdi, 1999. Pada seorang penderita asma, kontriksi bronkus terjadi secara berlebihan
hingga mengakibatkan gangguan fungsi pernapasan. Pada saluran nafas besar,
Universitas Sumatera Utara
cincin tulang rawan berfungsi untuk mengurangi kontriksi otot polos. Pada saluran napas kecil, tulang rawan tersebut diganti oleh jaringan membran dan otot polos
berbentuk spiral Rab, 1992. Kontraksi dari otot polos menyebabkan penyempitan saluran napas.
Penyempitan bronkus dapat terjadi secara reflektoris karena latihan jasmani yang berat, batuk yang paroksismal atau bernapas dalam udara dingin. Perubahan-
perubahan diameter dari saluran udara dapat terganggu oleh karena faktor regional, misalnya perubahan kosentrasi zat asam dan karbon dioksida. Keaktifan
susunan saraf pusat karena stimulus pada pusat lebih tinggi dapat mempengaruhi tonus otot bronkus dan dapat menyebabkan kontriksi bronkus.
3.4.2 Mekanisme Immunologik
Meskipun secara potensial banyak stimulus yang dapat menimbulkan reaksi asam, tetapi stimulus antigenik yang lebih menonjol, karena stimulus
tersebut merangsang timbulnya respon imunologik. Paru mempunyai 2 macam bentuk pertahanan tubuh, yaitu:
1. Imunitas alamiah atau nonspesifik: sistem mukosilier, refleks batuk, bersin.
2. Imunitas yang spesifik, melalui mekanisme respon imun dari individu untuk menghadapi zat atau bahan yang merusak Rab, 1992
Universitas Sumatera Utara
3.4.3 Kombinasi dari Aksi Otot Polos Bronkhial dan Mekanisme Immunologik