dokter, 51,3 responden setuju selama serangan asma keluarga dapat membantu memberikan inhaler pada penderita secara efektif, 50 responden setuju keluarga
yang merawat penderita asma harus teliti dalam memperhatikan kebutuhan anggota keluarga yang sakit, 53,8 responden sangat setuju keluarga harus
membawa anggota keluarga ke rumah sakit apabila terjadi serangan asma yang semakin parah.
Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase dari pengetahuan keluarga tentang perawatan anggota keluarga yang menderita asma
No. Kategori
Frekuensi n
Persentase 1.
2. 3.
Pengetahuan keluarga baik Pengetahuan keluarga cukup
Pengetahuan keluarga kurang 47
33 58,8
41,3
Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 80 responden sebagian besar masuk dalam kategori pengetahuan keluarga baik sebanyak 47 keluarga 58,8 dan
dalam kategori pengetahuan keluarga cukup sebanyak 33 keluarga 41,3.
2. Pembahasan
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pengetahuan keluarga tentang perawatan anggota keluarga yang menderita asma di rumah di Kabupaten
Kecamatan Jeumpa sebagian besar masuk ke dalam kategori pengetahuan baik yaitu sebanyak 47 keluarga 58,8. Hal ini menggambarkan bahwa keluarga
memilki pengetahuan yang sudah baik. Peneliti membuktikan bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan keluarga, karena dari data responden
Universitas Sumatera Utara
sebagian besar tingkat pendidikan responden adalah SMU sebanyak 24 orang 30. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Notoatmodjo 1997, bahwa
semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki. Setelah memiliki pengetahuan yang tinggi maka keluarga akan
melakukan sosialisasi pengetahuan didalam lingkungan keluarga karena sesungguhnya ilmu adalah harta yang tidak bisa ditiru Pitaloka, 2003.
Sebenarnya sekolah hanyalah sarana bagi keluarga untuk mendapatkan pengetahuan sehingga dapat memberikan asuhan yang baik kepada anggota
keluarga, karena rumah merupakan tempat yang utama bagi anggota keluarga untuk mendapatkan pengetahuan dan khususnya mendapatkan perawatan
kesehatan dari keluarga. Oleh karena itu, keluarga perlu menyusun dan menjalankan aktivitas-aktivitas pemeliharaan kesehatan berdasarkan atas apakah
anggota keluarga yakin menjadi sehat dan mencari informasi mengenai kesehatan yang benar yang dapat bersumber dari petugas kesehatan langsung ataupun dari
media massa Friedman, 1998. Dalam keluarga terutama orangtua adalah sebagai pemberi perawatan
kesehatan bagi anggota keluarga yang menderita asma yang meliputi menghindarkan atau menjauhi sumber alergen yang dapat memicu timbulnya
asma, membiasakan penderita asma untuk sering melakukan olahraga untuk menambah ketahanan tubuh, menganjurkan penderita asma untuk latihan napas
dalam untuk melancarkan pernapasan dan memberikan terapi obat-obatan sesuai dengan resep dokter.
Universitas Sumatera Utara
Untuk menghindari sumber alergen yang dapat memicu timbulnya asma didapat dari hasil penelitian bahwa 48,8 responden menyatakan setuju
keluarga melarang anggota keluarga yang menderita asma untuk dekat dengan sumber-sumber alergen, seperti; debu, bulu binatang, serbuk-serbuk bunga dan
asap rokok dan 56,3 responden juga setuju jika keluarga peduli terhadap benda-benda yang dapat menimbulkan sesak napas pada penderita asma. Hasil
penelitian ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sinclair 1995, Asma bukan merupakan penyakit yang harus dititik beratkan untuk mendapatkan
perawatan di rumah sakit, tetapi dapat juga mendapatkan perawatan di rumah oleh keluarga, menurut Oliver 1992 apabila telah diketahui bahwa benda-benda
tertentu mempresipitasi serangan, perawatan di rumah yang utama adalah membantu penderita asma untuk menghindari benda-benda tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian didapat 51,3 responden setuju untuk ketahanan tubuh pada penderita asma keluarga dapat mengajarkan senam asma
atau aerobik. Hal ini sesuai dengan pendapat Hasting 2005 untuk meningkatkan kebugaran tubuh penderita asma, maka keluarga dapat mengajari penderita
dengan olahraga karena dapat menghasilkan kebugaran fisis secara umum. Menambah rasa percaya diri dan meningkatkan ketahanan tubuh. Adapun salah
satu olahraga yang dapat mencegah asma diantaranya dengan senam aerobik. Sedangkan menurut PDPI 2006 yang dikenal oleh Yayasan asma di seluruh
Indonesia menyatakan bahwa Senam Asma Indonesia SAI adalah salah satu bentuk olahraga yang dianjurkan karena dapat melatih dan menguatkan otot-otot
pernapasan khususnya, selain manfaat lain pada olahraga umumnya.
Universitas Sumatera Utara
Untuk melancarkan pernapasan bagi penderita asma maka dianjurkan menganjurkan untuk latihan napas dalam, maka dari hasil penelitian didapat
55 responden setuju melancarkan pernapasan dapat diberikan oleh keluarga kepada penderita dengan latihan pernapasan dan 55 responden setuju jika
keluarga menganjurkan penderita asma untuk menarik dan mengeluarkan napas secara perlahan dan melonggarkan pakaian yang ketat. Hal ini sesuai dengan
pendapat Hasting 2005 bahwa pada umumnya kesulitas bernapas waktu mengeluarkan napas expirasi yang justru pada saat inilah otot-otot pernapasan
diperlukan aktif sehingga seluruh paru-paru dapat bekerja pada pernapasan, menurut Ikarowina 2007 dengan latihan pernapasan bisa meningkatkan kualitas
hidup, mengurangi gejala asma dan mengurangi jumlah obat-obatan yang diperlukan untuk mengontrol asma.
Dalam memberikan terapi obat-obatan dari hasil penelitian didapat 58,8 responden setuju jika keluarga memberikan obat kepada anggota yang menderita
asma harus sesuai dengan resep dokter. Hal ini sesuai dengan pendapat Stanhope 2005 bahwa oabat-obatan bisa membuat penderita penyakit asma menjalani
kehidupan normal. Pengobatan segera untuk mengendalikan serangan penyakit asma berbeda dengan pengobatan rutin yang sesuai dengan resep yang diberikan
untuk mencegah serangan penyakit asma. Untuk mengobati serangan penyakit asma yang sedang terjadi diperlukan obat yang menghilangkan gejala penyakit
asma dengan segera. Adapun terapi awal yang diberikan keluarga apabila terjadi serangan asma
pada penderita di rumah, yaitu: terapi dengan penggunaan inhaler, dari hasil
Universitas Sumatera Utara
penelitian didapat 51,3 responden setuju selama serangan asma keluarga dapat membantu memberikan inhaler pada penderita secara efektif. Sesuai dengan
pendapat Susi 2002 bahwa Inhaler merupakan cara yang sangat baik untuk memberikan obat kepada seorang penderita asma. Pertama-tama, sebagai obat
langsung mencapai tempat tujuan, dalam arti tidak hanya bekerja cepat tetapi juga dapat digunakan dosis yang lebih rendah dan menurut PDPI 2006 cara
penggunaan inhaler aerosol adalah membuka napas dan tahan dengan menutup mulut rapat-rapat pada corong hampa udara, kemudian tarik napas di saat
menekan bagian atas aerosol. Lakukan keduanya bersamaan, ini akan membantu agar obat masuk ke paru-paru.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Penelitian yang dilakukan mengenai Pengetahuan Keluarga Tentang Perawatan Anggota Keluarga yang Menderita Asma di Rumah di Kabupaten
Bireuen Kecamatan Jeumpa menghasilkan kesimpulan dan rekomendasi sebagai berikut:
1. Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa dari 80 responden, mayoritas responden berada kelompok usia 45 - 64 tahun sebanyak 48 orang 60 , pendidikan
terakhir umumnya SMU sebanyak 24 orang 30 , pekerjaan yang dilakukan dengan jenis pekerjaan lain sebanyak 22 orang 27,5, dengan penghasilan
perbulan berkisar Rp750.000 sebanyak 46 orang 57,5, mayoritas penderita berjenis kelamin laki-laki sebanyak 41 orang 48,8, lama menderita 1 – 19
tahun sebanyak 52 orang 65 , dan pengobatan yang banyak digunakan adalah paracetamol dan aminophilin sebanyak 29 orang 36,3.
Dari hasil analisa data dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan keluarga tentang perawatan anggota keluarga yang menderita asma dalam kategori
baik sebanyak 47 keluarga 58,8 dan pengetahuan keluarga dalam kategori cukup sebanyak 33 keluarga 41,3. Hal ini di pengaruhi oleh tingkat budaya
dari masyarakat setempat masih tinggi dan sebagian besar keluarga berpendapat bahwa olahraga belum efektif dilakukan untuk penderita asma karena dapat
Universitas Sumatera Utara