3. Menilai derajat asma PDPI, 2006.
b.
Arus Puncak Ekspirasi APE APE dengan ekspirasi paksa membutuhkan kooperasi penderita atau
instruksi yang jelas. Manfaat APE dalam diagnosis asma, adalah: 1. Reversibiliti, yaitu perbaikan nilai APE 155 setelah inhalasi
bronkodilator atau bronkodilator oral 10-14 hari, atau respons terapi kortikosteroid inhalasioral, 2 minggu
2. Variabiliti, menilai variasi diurnal APE yang dikenal dengan variabiliti APE harian selama 1-2 minggu. Variabiliti juga dapat digunakan menilai
derajat berat penyakit
3.7.3 Peran Pemeriksaan Lain Untuk Diagnosis a.
Uji Provokasi Bronkus
Pada penderita dengan gejala asma dan faal paru normal sebaiknya dilakukan uji provokasi bronkus. Pemeriksaan uji provokasi bronkus mempunyai
sensitiviti yang tinggi, tetapi spesifisiti rendah, artinya hasil negatif dapat menyingkirkan diagnosis asma persisten, tetapi hasil positif tidak selalu berarti
bahwa penderita itu asma Dewi, 2008.
b. Pengukuran Status Alergi
Komponen alergi pada asma dapat diidentifikasi melalui pemeriksaan uji kulit atau pengukuran IgE spesifik serum. Uji tersebut mempunyai nilai kecil
untuk mendiagnosis asma, tetapi membantu mengidentifikasi faktor resiko atau pencetus sehingga dapat dilaksanakan kontrol lingkungan dalam penatalaksanaan.
Universitas Sumatera Utara
Uji kulit adalah cara utama untuk mendiagnosis status alergi atau atopi, umumnya dilakukan dengan prick test. Pada uji ini juga dapat menghasilkan
positif maupun negatif palsu. Sehingga konfirmasi terhadap pajanan alergen yang relevan dan hubungannya dengan gejala harus selalu dilakukan. Pengukuran IgE
spesifik dilakukan pada keadaan uji kulit tidak dapat dilakukan antara lain: dermatophagoism, dermatitis atau kelainan kulit pada lengan tempat uji kulit, dan
lain-lain. Pemeriksaan kadar IgE total tidak mempunyai nilai dalam diagnosis
alergi atau atopi Dewi, 2008.
3.8 Komplikasi
Menurut Dewi 2008, bahwa komplikasi yang ditimbulkan dari asma yang terus berkelanjutan, adalah:
a. Status asmatikus b. Bronkhitis kronik
c. Atelektasis d. Pneumothoraks
3.9 Penatalaksanaan
Dalam lingkungan kedaruratan, penderita asma mula-mula diobati dengan agonis beta mis: terbutalin, salbutamol, aminophilin dan kortikosteroid
mis:prednisolon, metilprednisolon, deksametason. Penderita juga membutuhkan oksigen supplemental dan cairan intravena untuk hidrasi Patu, 2009.
Universitas Sumatera Utara
Terapi oksigen dilakukan untuk mengatasi dispnea, sianosis dan hipoksemia. Oksigen aliran rendah yang dilembabkan baik dengan masker atau
kateter hidung diberikan. Aliran oksigen yang diberikan didasarkan pada nilai gas darah. PaO
2
dipertahankan antara 65 mmHg dan 85 mmHg. Pemberian sedative merupakan kontraindikasi. Jika tidak terdapat respon terhadap pengobatan
berulang, dibutuhkan perawatan di rumah sakit Ikarowina, 2008. Fungsi paru yang rendah mengakibatkan dan menyimpangkan gas dalam
darah, hal itu mungkin menandakan bahwa pasien menjadi lelah dan akan membutuhkan ventilasi mekanis adalah kriteria lain yang menandakan kebutuhan
akan perawatan di rumah sakit PPIDAI, 2004. Adapun tujuan penatalaksanaan asma adalah:
1. Agar penderita dapat memiliki kehidupan yang normal, terutama agar dapat berpartisipasi dalam hampir semua aktivitas yang diinginkannnya.
2. Agar penderita terbebas dari serangan asma di waktu malam. 3. Agar penderita tidak perlu menggunakan obat-obatan yang mengurangi asma
setiap hari, kecuali pada saat setelah berolahraga yang berat. 4. Agar penderita memiliki fungsi paru-paru yang normal atau optimal.
Hasting, 2005.
Universitas Sumatera Utara
4 Perawatan Keluarga Terhadap Anggota Keluarga yang Menderita Asma di Rumah
Kemampuan keluarga untuk dapat mendeteksi dini perburukan dari anggota keluarga yang menderita asma adalah penting dalam keberhasilan
penanganan serangan akut. Bila keluarga dapat membantu dan merawat anggota keluarga yang mengalami serangan asma di rumah, maka keluarga tidak hanya
mencegah keterlambatan pengobatan tetapi juga meningkatkan kemampuan untuk mengontrol asma Sinclair, 1995.
Asma bukan merupakan penyakit yang harus dititik beratkan untuk mendapatkan perawatan di rumah sakit, tetapi dapat juga mendapatkan perawatan
di rumah oleh keluarga. Ada beberapa pertimbangan mengapa hal ini dilakukan, antara lain:
a. Asma merupakan penyakit yang berulang, maka dengan adanya perawatan awal dari keluarga dapat mencegah serangan akut.
b. Perawatan di rumah jauh lebih murah dari perawatan di rumah sakit. c. Perawatan di rumah merupakan perawatan gabungan antara perawatan
keluarga yang penuh kasih sayang dan perawatan rumah sakit dengan mengirimkan petunjuk-petunjuk baik untuk pasien maupun untuk
keluarganya. Dengan demikian dapatlah dijalin suatu kerjasama antara pihak rumah sakit dengan pihak keluarga di rumah.
d. Apa yang dibutuhkan oleh pasien hanya bersifat pertolongan sementara dari keluarga. Suatu waktu pasien memang memerlukan perawatan di
rumah sakit dan keluarga dapat membawanya kerumah sakit.
Universitas Sumatera Utara
e. Perasaan terisolasi dari keluarga dengan segala kekosongan di rumah sakit dapat dihindarkan. Sebaliknya suasana ditengah-tengah keluarga
merupakan bagian dari suasana alamiah yang dapat memberikan pula daya penolong yang tidak kecil artinya.
f. Mengingat ciri-ciri asma pada segala usia yang: a. Merupakan penyakit menetap dan tidak dapat disembuhkan secara
mutlak b. Pada umumnya sering disertai dengan komplikasi penyakit lainnya,
misalnya penyakit lambung dan penyakit jantung Patu, 2009.
4.1 Menjauhi Sumber Alergen