BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Melamin
Melamin adalah suatu basa organik kuat dengan nama formula kimia C
3
H
6
N
6
dan nama IUPAC 2,4,6-triamine 1,3,5-triazine-2,4,6-triamine Anonim
c
Peralatan yang terbuat dari bahan melamin diproduksi dengan cara mencampurkan melamin dan formaldehida dalam suhu dan tekanan yang sangat
tinggi. Bahan-bahan ini dipolimerisasi, dilanjutkan dengan proses pengeringan dan pendinginan. Material yang telah didinginkan kemudian digiling untuk
, .....
Rumus bangun melamin :
Cikal bakal melamin dimulai tahun 1907 ketika ilmuwan kimia asal Belgia, Leo Hendrik Baekeland berhasil menemukan plastik buatan sintesis
pertama yang disebut bakelite. Penemuan itu merupakan salah satu peristiwa bersejarah keberhasilan teknologi kimia awal abad ke-20. Pada awalnya bakelite
banyak digunakan sebagai bahan dasar pembuatan telepon generasi pertama. Namun, pada perkembangannya kemudian, hasil penemuan Baekeland
dikembangkan dan dimanfaatkan pula dalam industri peralatan rumah tangga. Salah satunya adalah sebagai bahan dasar peralatan makan seperti sendok, garpu,
piring, gelas, cangkir, mangkuk, sendok sup, dan tempayan yang dihasilkan dari melamin Harjono, 2006.
2.2 Proses Produksi Peralatan Yang Terbuat dari Bahan Melamin
Universitas Sumatera Utara
menghasilkan bahan yang lunak. Pada proses ini dimasukkan bahan pengawet dan juga zat warna. Setelah proses penggilingan selesai, dilanjutkan dengan granulasi
yaitu membentuk bahan menjadi butiran-butiran kecil kemudian dicetak sesuai dengan bentuk yang diinginkan Shreve,1956.
2.3 Formaldehida
2.3.1 Rumus Molekul
Rumus molekul dari formaldehida adalah CH
2
Formaldehida merupakan suatu bahan kimia dengan berat molekul 30,03, yang pada suhu normal dan tekanan atmosfir berbentuk gas tidak berwarna,
berbau pedas menusuk dan sangat reaktif mudah terbakar. Bahan ini larut didalam air dan sangat mudah larut dalam etanol dan eter. Dalam perdagangan,
umumnya berbentuk larutan yang dikenal dengan nama formalin atau Formol O Ditjen POM, 1979
2.3.2 Sifat Fisika dan Kimia
Universitas Sumatera Utara
yang mengandung formaldehida tidak kurang dari 34,0 dan tidak lebih dari 38,0 Moffat, 1986. Penyimpanan dilakukan pada wadah tertutup, terlindung
dari cahaya dan sebaiknya pada suhu diatas 20° Ditjen POM, 1979.
2.3.3 Penggunaan Formalidehida
Formaldehida sudah sangat umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan sangat banyak manfaatnya, seperti sebagai anti bakteri atau pembunuh kuman
sehingga dapat dimanfaatkan untuk pembersih lantai, kapal, gudang dan pakaian, pembasmi lalat dan berbagai serangga lain. Dalam dunia fotografi biasanya
digunakan untuk pengeras lapisan gelatin dan kertas dan juga digunakan sebagai bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea, bahan pembuatan produk parfum,
pengawet produk kosmetika, dan sebagai pengeras kuku. Formaldehida juga dipakai sebagai pencegah korosi untuk sumur minyak. Dalam bidang industri
kayu digunakan sebagai bahan perekat untuk produk kayu lapis plywood. Dalam konsentrasi yang sangat kecil kurang dari 1 dapat juga digunakan sebagai
pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut, perawat sepatu, shampo mobil, lilin dan karpet.
Di industri perikanan, formaldehida digunakan untuk menghilangkan bakteri yang biasa hidup di sisik ikan. Formaldehida juga diketahui sering digunakan dan
efektif dalam pengobatan penyakit ikan akibat ektoparasit seperti fluke dan kulit berlendir dan banyak digunakan dalam pengawetan spesimen ikan untuk
keperluan penelitian dan identifikasi. Di dunia kedokteran, formaldehida digunakan untuk pengawetan mayat manusia yang dipakai dalam pendidikan
mahasiswa kedokteran Judarwanto, 2006 .
Universitas Sumatera Utara
2.3.4 Dampak terhadap Kesehatan
Formaldehida merupakan zat yang sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit dan tertelan. Akibat yang ditimbulkan dapat berupa : iritasi pada
saluran pernafasan, reaksi alergi, luka bakar pada kulit, dan bahaya kanker pada manusia Judarwanto, 2006
. Uap formaldehida dapat membuat mata pedih, lakrimasi, bahkan
kerusakan mata bila terpapar terus menerus. Gejala iritasi pada mata sudah dapat dirasakan pada kadar 0,01-2,0 ppm Sakamoto, 1999. Menghisap uap ini pada
kadar rendah sekitar 1 ppm menyebabkan rasa tidak enak dan iritasi pada selaput lendir saluran nafas mengakibatkan batuk kering, penyempitan saluran nafas
hingga serangan asma. Kontak dengan kulit dalam jangka panjang menimbulkan iritasi kulit semacam eksim. Bila bahan ini termakan atau terminum, akan
menyebabkan rasa terbakar di mulut dan tenggorokan, mual, vertigo, penurunan kesadaran, kejang, hingga sampai pada kematian Anonim
d
, ..... Jika kandungan dalam tubuh tinggi, formaldehida akan bereaksi secara
kimia dengan hampir semua zat di dalam sel, sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel yang menyebabkan kerusakan pada organ tubuh
Penemuan di bidang patologi menunjukkan bila bahan ini terhirup dapat menyebabkan nekrosis pada membrane mukosa. Selain itu, ditemukan perubahan
degeneratif pada hati, ginjal dan otak Dreisbach, 1971.
2.4 Pemeriksaan Kualitatif Formaldehida 2.4.1 Reaksi dengan Pereaksi Asam Kromotropat
Formaldehida dengan adanya asam kromotropat dalam asam sulfat disertai pemanasan beberapa menit akan terjadi pewarnaan violet Schunack, 1990.
Universitas Sumatera Utara
S O
O OH
OH OH
S O
O HO
O S
O O
HO S
O O
OH HO
HO
H
S O
O OH
S O
O HO
+
Asam Kromotropat Warna Violet
Reaksi asam kromatropat mengikuti prinsip kondensasi senyawa fenol dengan formaldehida membentuk senyawa berwarna dibenzo [c,h] xanten
Schunack, 1990.
2.4.2 Reaksi dengan Pereaksi Asam Salisilat
Dengan penambahan 2 tetes larutan asam salisilat 20 mg yang dilarutkan ke dalam 5 ml asam sulfat ke dalam senyawa yang mengandung formaldehida,
lalu dipanaskan secara perlahan maka akan terbentuk warna merah USP Convention, 1970.
2.5 Pemeriksaan Kuantitatif Formaldehida 2.5.1 Reaksi Netralisasi Titrasi Asam-Basa
2.5.1.1 Menurut Farmakope Indonesia Edisi III 1979
Timbang seksama 3 g formalin, tambahkan pada campuran 25 ml tangas air hingga pembuihan berhenti. Titrasi dengan asam klorida 1 N menggunakan
indikatorlarutan fenolftalein P. Lakukan titrasi blangko. 1 ml natrium hidroksida 1 N setara dengan 30,03 mg CH
2
HCHO + H O
Reaksi :
2
O
2
HCOOH + H
2
HCOOH + NaOH HCOONa + H
O
2
NaOH + HCl NaCl + H
O
2
O H
2
SO
4
2 C
O H
H +
+ H
2
O
Universitas Sumatera Utara
2.5.1.2 Menurut The United States Pharmacopeia Edisi XVIII 1970
Pindahkan 3 ml larutan formaldehida ke dalam labu erlenmeyer yang sudah ditara yang berisi 10 ml air, labu erlenmeyer ditutup dan tentukan berat
larutan yang diambil. Tambahkan 50,0 ml natrium hidroksida 1 N, dan tambahkan secara perlahan-lahan, melalui corong kecil, 50 ml hidrogen peroksida yang telah
dinetralkan sebelumnya dengan natrium hidroksida 1 N terhadap bromtimol biru. Panaskan campuran tersebut sengan hati-hati dalam penangas air selama 5 menit,
sambil sesekali dikocok dengan gerakan memutar. Biarkan campuran tersebut menjadi dingin, bilas corong dan dinding bagian dalam labu erlenmeyer dengan
air, diamkan selama 30 menit, tambahkan 2 – 5 tetes bromtimol biru dan titrasi kelebihan alkali dengan asam sulfat 1 N. Lakukan titrasi blangko.
1 ml natrium hidroksida 1 N setara dengan 30,03 mg CH
2
C H
2
O O
CH
3
H
3
C
O
2.5.2 Metode Spektrofotmetri dengan Pereaksi Nash
Formaldehida dengan penambahan pereaksi Nash disertai pemanasan selama 30 menit akan menghasilkan warna kuning yang mantap, sehingga dapat
diukur serapannya menggunakan spektrofotometri sinar tampak pada panjang gelombang 415 nm Herlich, 1990.
C H
OH O
CH
3
H
3
C
2,4-Pentandion Bentuk enol
C H
OH O
CH
3
H
3
C H
O
H N
H H
H
N H
C
O
H
3
C C
O
CH
3
H
3
C CH
3
3,5-diasetil-2,6-dimetil-1,4-dihidro-piridin warna kuning
+ +
2
- 3 H
2
O
Universitas Sumatera Utara
2.6 Spektrofotometri
Spektrofotometri adalah pengukuran absorbsi energi cahaya oleh suatu molekul pada suatu panjang gelombang tertentu yang dapat digunakan untuk
informasi kualitatif dan sekaligus dapat digunakan untuk analisis kuantitatif Rohman, 2007. Spektrofotometer yang sesuai untuk pengukuran di daerah
spektrum UV dan cahaya tampak terdiri dari suatu sistem optik dengan kemampuan menghasilkan cahaya monokromatik dalam jangkauan 200 nm
hingga 800 nm Ditjen POM, 1995. Sebuah spektrofotometer adalah suatu instrumen untuk mengukur
transmitans atau absorbans suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang Day, 2002. Instrumentasi untuk spektrofotometri terdiri dari :
a. Suatu sumber energi cahaya yang berkesinambungan yang meliputi daerah spektrum dalam mana instrumen itu dirancang untuk beroperasi. Sumber
energi cahaya yang biasa untuk daerah tampak dari spektrum itu maupun daerah ultraviolet dekat dan inframerah dekat adalah sebuah lampu pijar
dengan kawat rambut terbuat dari wolfram. b. Suatu monokromator yaitu suatu piranti yang berfungsi untuk mengubah
cahaya polikromatis menjadi cahaya yang momokromatis. Alatnya dapat berupa prisma atau kisi difraksi.
c. Suatu wadah untuk sampel berupa sel yang digunakan untuk menaruh cairan yang terbuat dari kaca sel kuarsa atau cahaya silika dengan ketebalan 1 cm.
d. Suatu detektor yang berupa transduser yang mengubah energi cahaya menjadi suatu isyarat listrik
Universitas Sumatera Utara
e. Suatu pengganda amplifier dan rangkaian yang berkaitan yang membuat isyarat listrik itu memadai untuk dibaca.
f. Suatu sistem baca yang menunjukkan besarnya isyarat listrik tersebut.
2.7 Hukum Lambert Beer