Pada tahap identifikasi ini, perusahaan harus memahami seluruh risiko yang sudah ada inherent risk yang terkait dengan pelaksanaan fungsi kepatuhan,
termasuk risiko yang bersumber dari cabang-cabang dan perusahaan anak dengan memperhatikan beberapa faktor diatas dengan melakukan identifikasi terhadap
semua peraturan yang berkaitan dengan kepatuhan.
2. Pengukuran Risiko Kepatuhan
Dalam mengukur risiko kepatuhan, perusahaan dapat menggunakan indikatorparameter berupa jenis, signifikasi, dan frekuensi pelanggaran terhadap
standar yang berlaku secara umum, sebagaimana yang dapat dilihat melalui tabel 3.1 , sebagai berikut:
Risiko Inheren Indikator
Keterangan 1. Jenis dan
signifikansi pelanggaran
yang dilakukan
Jumlah sanksi denda kewajiban membayar yang dikenakan kepada
perusahaan dari otoritas.
Jenis pelanggaran atau kepatuhan yang dilakukan perusahaan.
Jenis dan signifikansi pelanggaran merupakan jenis
dari ketentuan yang dilanggar oleh perusahaan yakni apakah
ketentuan yang tergolong prudensial atau hanya
merupakan pedoman. Pada prinsipnya sanksi yang
dikenakan juga berbeda terhadap perusahaan atas
pelanggaran yang dilakukannya tersebut.
2. Frekuensi
pelanggaran yang
dilakukan atau track
record kepatuhan
perusahaan Jenis dan frekuensi pelanggaran
yang sama yang ditemukan setiap tahunnya dalam 3 tahun terakhir.
Signifikasi tindaklanjut perusahaan atas temuan tersebut.
Frekuensi lebih bersifat historical dengan melihat
trend kepatuhan perusahaan selama 3 tahun terakhir
periode penilaian untuk mengetahui jenis pelanggaran
yang dilakukan apakah berulang ataukah memang
atas kesalahan tersebut tidak dilakukan perbaikan
signifikasi oleh perusahaan.
Tabel 3.1 Pengukuran Risiko Kepatuhan Sumber: PT. Pertamina MOR I Medan
Dalam praktiknya
sebagai contoh,
dengan memperhatikan
indikatorparameter dimaksud, sebuah perusahaan dapat melakukan pengukuran dengan menggunakan check list kepatuhan dalam bentuk risk event yang disusun
berdasarkan job description dan standar operating procedure dari setiap unit kerja. Untuk melakukan pengukuran ini maka compliance officer akan menjawab
pertanyaan checklist dengan menggunakan metode observasi, dengan melakukan berbagai aktivitas, seperti review pengalaman, interview dengan staff dan
manajemen unit kerja, inspeksi dokumen bukti dasar dan catatan ataupun dengan cara mengamati aktifitas dan operasional pada masing-masing unit kerja. Hasil
jawaban checklist akan terkelompok sesuai bidang kerja dengan kriteria passing grade seperti tabel 3.2 berikut:
3. Pelanggaran terhadap
ketentuan atas transaksi
keuangan tertentu
frekuensi pelanggaran atas ketentuan pada transaksi keuangan
tertentu karena tidak sesuai dengan kebiasaan yang berlaku
Dalam hal ini contohnya adalah pelanggaran terhadap
kode etik bisnis, ataupun standar-standar lainnya yang
umumnya digunakan di dunia keuangan.
Tabel 3.2 Kriteria Passing Grade
Range Score Peringkat Score
Tingkat Kepatuhan
Tren Kontrol 90 sd 100
80 sd 90 60 sd 80
30 sd 60 0 sd 30
Low Low to Moderate
Moderate Moderate to High
High Baik
Cukup Kurang
Sangat Kurang Buruk
Membaik jika skor meningkat stabil jika skor tetap
Memburuk jika skor menurun
Sumber: PT. Pertamina MOR I Medan
3. Pemantauan Risiko Kepatuhan
Dalam rangka memastikan pelaksanaan fungsi kepatuhan danatau memastikan pelaksanaan peraturan eksternal, termasuk peraturan internal, dapat
terlaksana dengan baik maka hasil identifikasi dan pengukuran risiko kepatuhan harus ditindaklanjuti dengan melakukan aktifitas pemantauan.
Dengan ungkapan lain dapat dikatakan bahwa unit kerja yang melaksanakan fungsi manajemen risiko kepatuhan wajib untuk memantau dan
melaporkan risiko kepatuhan yang terjadi kepada direksi perusahaan, baik sewaktu-waktu pada saat terjadinya risiko kepatuhan maupun secara berkala.
Suatu perusahaan dapat membuat laporan hasil pemantauan risiko kepatuhan setiap bulan dan disampaikan kepada pimpinan unit kerja terkait dan direktur
kepatuhan untuk dapat ditindaklanjuti dengan baik.
4. Sistem Informasi Manajemen Risiko Kepatuhan
Pelaksanaan sistem informasi manajemen risiko kepatuhan merupakan bagian dari sistem informasi manajemen yang harus dimiliki sebuah perusahaan
dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan perusahaan dalam rangka penerapan manajemen risiko yang efektif. Sebagai bagian dari proses manajemen risiko,
sistem informasi manajemen risiko perusahaan digunakan untuk mendukung pelaksanaan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian
risiko.
5. Sistem Pengendalian Internal
Dalam melakukan penerapan manajemen risiko untuk risiko kepatuhan, maka selain melaksanakan pengendalian intern sebagaimana dimaksud diatas,
perusahaan perlu memiliki sistem pengendalian intern untuk risiko kepatuhan antara lain untuk memastikan tingkat responsif perusahaan terhadap
penyimpangan terhadap standar yang berlaku secara umum, ketentuan, dan atau peraturan perundang-undangan.
C. Administrasi Perpajakan Pada PT Pertamina Persero MOR I Medan
Perusahaan sebagai entitas usaha merupakan Subjek Pajak yang memiliki kewajiban perpajakan. Karena itu, perusahaan membutuhkan sumber daya
manusia yang memahami hak serta kewajiban perpajakan perusahaan. Kebutuhan perusahaan akan hal ini tidak bisa dihindari karena dalam setiap transaksi bisnis
terdapat kewajiban pajak yang harus ditunaikan oleh perusahaan.