Manajemen Risiko Kepatuhan Dalam Administrasi Perpajakan Pada PT Pertamina (Persero) MOR I Medan

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI DIPLOMA III MANAJEMEN KEUANGAN

MANAJEMEN RISIKO KEPATUHAN DALAM ADMINISTRASI

PERPAJAKAN PADA PT PERTAMINA (PERSERO)

MARKETING OPERATION REGION I

MEDAN

TUGAS AKHIR

Diajukan Oleh :

KAHFI LUFTHI

122101191

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Diploma III

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya hingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang berjudul

“Manajemen Risiko Kepatuhan Dalam Administrasi Perpajakan Pada PT Pertamina (Persero) MOR I Medan“ sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Diploma III Jurusan Manajeman Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatra Utara.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini tidak akan dapat diselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan moril maupun materil dari banyak pihak. Maka dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih sedalam-dalamnya atas bantuan dan bimbingan yang diberikan dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Yeni Absah, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi Diploma III Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam penulisan tugas akhir ini.

4. Seluruh staff pegawai PT Pertamina (Persero) MOR I Medan, khususnya Pak Yudi Erlambang yang telah banyak membantu penulis untuk memperoleh informasi perusahaan.


(4)

5. Khususnya penulis ucapkan terima kasih kepada orang tua tercinta Ayahanda Usmawadi dan Ibunda Zuhairah Manurung yang telah memberikan kasih

sayangnya, dorongan, do’a, semangat dan pengorbanannya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan studi.

6. Untuk abangku Rendi Rifki serta adikku tersayang Devi Fatia saya ucapkan terima kasih karena telah memberikan semangat, motivasi dan do’a kepada saya.

7. Para sahabatku Heriansyah Wiratama Adi Siregar, Gilang Fytrian, Dimas Prayoga, Boby Ansyori, Hermansyah yang telah berjuang bersama dan mengisi hari-hari penulis semasa kuliah.

8. Teman-teman Program Studi D-III Manajamen Keuangan stambuk 2012 dan semua rekan-rekan terbaik yang telah membantu dan memberikan semangat pada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga tugas akhir ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak. Semoga Allah SWT yang dapat membalas semua kebaikan yang penulis dapatkan baik pada waktu mengalami kesulitan maupun rintangan berupa amal dan pahala di akhirat kelak.

Medan, July 2015 Penulis

Kahfi Lufthi

122101191


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II PROFIL PERUSAHAAN ... 5

A. Sejarah Perusahaan... 5

B. Struktur Organisasi ... 8

C. Job Description... 9

D. Jaringan Usaha ... 17

E. Kinerja Usaha Terkini ... 18

F. Rencana Usaha ... 21

BAB III PEMBAHASAN ... 22

A. Manajemen Risiko Kepatuhan ... 22

B. Penerapan Manajemen Risiko Kepatuhan ... 27

C. Administrasi Perpajakan ... 35

D. Pengendalian Intern Administrasi Perpajakan ... 38

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 40

A. Kesimpulan ... 40

B. Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42


(6)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel .3.1 Pengukuran Risiko Kepatuhan ... 32 Tabel .3.2 Kriteria Passing Grade ... 34


(7)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar .2.1 Struktur Organisasi PT Pertamina (Persero) MOR I Medan ... 9 Gambar .3.1 Proses Manajemen Risiko Kepatuhan ... 30


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap perusahaan dalam melakukan aktivitas usahanya harus dilakukan secara terencana dan tersruktur dengan baik. Untuk memenuhi hal tersebut salah satu cara perusahaan adalah dengan mengantisipasi setiap risiko yang ada.

Risiko sudah biasa dipakai dalam percakapan sehari-hari oleh kebanyakan orang. Risiko merupakan bagian dari kehidupan kerja individual maupun organisasi. Berbagai macam risiko, seperti risiko kebakaran, tertabrak kendaraan lain di jalan, risiko terkena banjir di musim hujan dan sebagainya, dapat menyebabkan kita menanggung kerugian jika risiko-risiko tersebut tidak kita antisipasi dari awal. Risiko dikaitkan dengan kemungkinan kejadian atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Sebagaimana kita pahami dan sepakati bersama bahwa tujuan perusahaan adalah membangun dan memperluas keuntungan kompetitif organisasi.

Risiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi karena kurang atau tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Dalam beberapa tahun terakhir, manajemen risiko menjadi topik utama baik dalam perbincangan, praktik, maupun pelatihan kerja. Hal ini secara konkret menunjukkan pentingnya manajemen risiko dalam bisnis pada masa kini.

Risiko dapat dikurangi dan bahkan dihilangkan melalui manajemen risiko. Peran dari manajemen risiko diharapkan dapat mengantisipasi lingkungan


(9)

cepat berubah, mengembangkan corporate governance, mengoptimalkan strategic management, mengamankan sumber daya dan asset yang dimiliki organisasi, dan mengurangi reactive decision making dari manajemen puncak.

Di PT. Pertamina itu sendiri masih punya peluang untuk terjadinya berbagai macam risiko sama hal nya dengan perusahaan lain. Untuk mengatasi terjadinya risiko maka perusahaan harus memiliki manajemen yang sangat baik agar dapat meminimalisir setiap risiko yang ada.

Secara umum manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu pendekatan terstruktur dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk penilaian risiko dan pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan pengelolaan sumber daya.

Tujuan manajemen risiko di PT. Pertamina yaitu untuk melindungi perusahaan dari risiko yang menghambat kinerja perusahaan sehingga mendorong manajemen untuk bertindak proaktif untuk mengurangi risiko kerugian dengan cara memberikan kerangka kerja manajemen risiko yang konsisten atas risiko yang ada, mendorong setiap insan perusahaan untuk bertindak hati-hati dalam menghadapi risiko perusahaan, dan membangun kemampuan mensosialisasikan pemahaman mengenai risiko dan pentingnya pengelolaan risiko.

Manajemen risiko juga memerlukan manajer kepatuhan untuk pertama kali menilai semua risiko internal perusahaan. Kemudian, manajer harus meminimalkan risiko atau suatu hal yang berurusan dengan risiko. Tentu saja, manajemen risiko tersebut harus mematuhi hukum dan peraturan yang organisasi ikuti di dalam perusahaan dan sebagai bagian peraturan tetap di perusahaan.


(10)

Manajemen risiko kepatuhan sebenarnya dapat pula diterapkan di berbagai bidang termasuk administrasi perpajakan. Karena salah satu yang menjadi indikator dalam mengukur aktifitas peningkatan kegiatan perusahaan adalah kegiatan penatausahaan (clerical works) yaitu pencatatan (recording), penggolongan (classifying) dan penyimpanan (filing).

Hal yang dilakukan oleh pihak administrasi perpajakan yang ada di PT. Pertamina salah satunya adalah memastikan mitra kerja perusahaan sudah membayar pajak atas pembelian produk-produk dari Pertamina baik berbentuk barang ataupun jasa. Oleh sebab itu pihak administrasi perpajakan di PT. Pertamina telah menerapkan sistem manajemen risiko kepatuhan sehingga mitra kerja perusahaan sudah dipastikan untuk tidak telat membayar pajak atas produk pertamina tersebut.

Dengan demikian strategi manajemen pajak yang efektif dan efisien dari perusahaan dalam rangka memenuhi kewajiban perpajakan secara benar serta memahami risiko-risiko pajak yang akan timbul mutlak di perlukan, sehingga perusahaan dapat memaksimalkan seluruh potensi usaha yang ada untuk meraih keuntungan dan likuiditas sesuai dengan tujuan perusahaan.

Berdasarkan uraian tersebut maka penulis ingin mengetahui sejauh mana penerapan manajemen risiko kepatuhan dalam administrasi perpajakan yang telah

diterapkan oleh perusahaan. Untuk itu penulis mengambil judul : “Manajemen Risiko Kepatuhan dalam Administrasi Perpajakan pada PT PERTAMINA


(11)

B. Rumusan Masalah

Dengan melihat keadaan yang telah disebutkan di atas, maka penulis akan merumuskan permasalahan sebagai berikut : Apakah manajemen risiko kepatuhan dalam administrasi perpajakan pada PT Pertamina (Persero) sudah diterapkan dengan efektif dan efisien?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui apakah manajemen risiko kepatuhan dalam administrasi perpajakan yang diterapkan pada PT Pertamina (Persero) MOR I Medan sudah dilaksanakan dengan efektif dan efisien.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu :

1. Sebagai bahan masukan bagi PT. Pertamina mengenai penerapan manajemen risiko kepatuhan dalam administrasi perpajakan,

2. Sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang akan melakukan penelitian bidang yang sama,

3. Memberikan sumbangan wawasan terhadap penelitian manajemen risiko yang berhubungan dengan administrasi perpajakan,

4. Bagi penulis sendiri untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan pada program D-III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.


(12)

BAB II

PROFIL PERUSAHAAN

A. Sejarah Perusahaan

Di Indonesia sendiri, pemboran sumur minyak pertama dilakukan oleh Belanda pada tahun 1871 di daerah Cirebon. Namun demikian, sumur produksi pertama adalah sumur Telaga Said di wilayah Sumatera Utara yang dibor pada tahun 1883. Sejak era itu, kegiatan eksploitasi minyak di Indonesia dimulai.

Era 1900: Masa Perjuangan

Setelah diproduksinya sumur Telaga Said, maka kegiatan industri perminyakan di tanah air terus berkembang. Penemuan demi penemuan terus bermunculan. Sampai dengan era 1950an, penemuan sumber minyak baru banyak ditemukan di wilayah Jawa Timur, Sumatera Selatan, Sumatera Tengah, dan Kalimantan Timur. Pada masa ini Indonesia masih dibawah pendudukan Belanda yang dilanjutkan dengan Pendudukan Jepang.

Ketika pecah perang Asia Timur Raya produksi minyak mengalami gangguan. Pada masa pendudukan Jepang usaha yang dilakukan hanyalah merehabilitasi lapangan dan sumur yang rusak akibat bumi hangus atau pemboman lalu pada masa perang kemerdekaan produksi minyak terhenti.

Namun ketika perang usai dan bangsa ini mulai menjalankan pemerintahan yang teratur, seluruh lapangan minyak dan gas bumi yang ditinggalkan oleh Belanda dan Jepang dikelola oleh negara.


(13)

1957: Tonggak Sejarah Pertamina

Untuk mengelola aset perminyakan tersebut, pemerintah mendirikan sebuah perusahaan minyak nasional pada 10 desember 1957 dengan nama PT Perusahaan Minyak Nasional, disingkat PERMINA. Perusahaan itu lalu bergabung dengan PERTAMINA menjadi PERTAMINA pada 1968. Untuk memperkokoh perusahaan yang masih muda ini, pemerintah menerbitkan UU No. 8 pada 1971, yang menempatkan Pertamina sebagai perusahaan minyak dan gas bumi milik negara. Berdasarkan UU ini, semua perusahaan minyak yang hendak menjalankan usaha di Indonesia wajib bekerja sama dengan Pertamina. Karena itu Pertamina memainkan peran ganda yakni sebagai regulator bagi mitra yang menjalin kerja sama melalui mekanisme Kontrak Kerja Sama (KKS) di wilayah kerja (WK) Pertamina. Sementara disisi lain Pertamina juga bertindak sebagai operator karena juga menggarap sendiri sebagian wilayah kerjanya.

Era 2000: Perubahan Regulasi

Sejalan dengan dinamika industri migas di dalam negeri, Pemerintah menerbitkan Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi No. 22 tahun 2001. Sebagai konsekuensi penerapan UU tersebut, Pertamina beralih bentuk menjadi PT Pertamina (Persero) dan melepaskan peran gandanya. Peran regulator diserahkan ke lembaga pemerintah sedangkan Pertamina hanya memegang satu peran sebagai operator murni.

Peran regulator di sektor hulu selanjutnya dijalankan oleh BPMIGAS yang dibentuk pada tahun 2002. Sedangkan peran regulator disektor hilir dijalankan oleh BPH MIGAS yang dibentuk dua tahun setelahnya pada 2004.


(14)

Di sektor hulu, Pertamina membentuk sejumlah anak perusahaan sebagai entitas bisnis yang merupakan kepanjangan tangan dalam pengelolaan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak, gas, dan panas bumi, pengelolaan transportasi pipa migas, jasa pemboran, dan pengelolaan portofolio di sektor hulu. Ini merupakan wujud implementasi amanat UU No. 22 tahun 2001 yang mewajibkan PT Pertamina (Persero) untuk mendirikan anak perusahaan guna mengelola usaha hulunya sebagai konsekuensi pemisahaan usaha hulu dengan hilir.

2005: Entitas Bisnis Murni

Atas dasar itulah PT Pertamina EP didirikan pada 13 September 2005. Sejalan dengan pembentukan PT Pertamina EP maka pada tanggal 17 September 2005, PT Pertamina (Persero) telah melaksanakan penandatanganan Kontrak Kerja Sama (KKS) dengan BPMIGAS (sekarang SKKMIGAS) – yang berlaku surut sejak 17 September 2003 – atas seluruh wilayah kuasa Pertambangan Migas yang dilimpahkan melalui perundangan yang berlaku. Sebagian besar wilayah PT Pertamina (Persero) tersebut dipisahkan menjadi Wilayah Kerja (WK) PT Pertamina EP. Pada saat bersamaan, PT Pertamina EP juga melaksanakan penandatanganan KKS dengan BPMIGAS (sekarang SKKMIGAS) yang berlaku sejak 17 September 2005.

Dengan demikian WK PT Pertamina EP adalah WK yang dahulu dikelola oleh PT Pertamina (Persero) sendiri dan WK yang dikelola PT Pertamina (Persero) melalui TAC (Technical Assistance Contract) dan JOB EOR (Joint Operating Body Enhanced Oil Recovery).


(15)

Dengan tingkat pertumbuhan produksi rata-rata 6-7 persen per tahun, PT Pertamina EP memiliki modal optimisme kuat untuk tetap menjadi penyumbang laba terbesar PT Pertamina (Persero). Keyakinan itu juga sekaligus untuk menjawab tantangan pemerintah dan masyarakat yang menginginkan peningkatan produksi migas nasional.

B. Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan kerangka pembagian tanggung jawab dan fungsional kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan dan agar perusahaan dapat berjalan kearah tujuan yang diinginkan. Struktur organisasi merupakan wadah dari pelaksanaan kegiatan dan mencerminkan atas pendeklarasian wewenang dan tanggung jawab terhadap masing-masing bagian dalam perusahaan yang disusun dengan pertimbangan yang sempurna dengan menempatkan dan menetapkan orang-orang pada setiap unit perusahaan yang harus sesuai dengan pengetahuan dan ketrampilan atau keahlian yang dimiliki sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai dengan efektif dan efisien.

Struktur organisasi ini berguna untuk mencegah adanya kesenjangan maupun tumpang tindihnya wewenang dan tanggung jawab serta memudahkan pimpinan perusahaan dalam mengawasi aktifitas yang dilakukan sehari-hari. Sebaiknya untuk struktur organisasi perusahaan harus disusun sedemikian rupa serta fleksibel untuk memungkinkan diadakan perubahan sesuai dengan perkembangan organisasi dan penentuan struktur organisasi ini harus sesuai dengan sifat dan jenis aktivitas serta kebutuhan perusahaan.


(16)

PT Pertamina (Persero) MOR I menyusun struktur organisasinya sedemikian rupa sehingga terlihat jelas pembagian tugas dan wewenangnya serta pertanggungjawaban atas tugas yang didelegasikan dalam usahanya mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pada dasarnya struktur organisasi yang dimiliki oleh perusahaan ini berbentuk garis dan staff (struktur terlampir), artinya disamping pucuk pimpinan yang mempunyai wewenang komando, juga diperlukan staff atau pejabat yang dapat memberikan masukan dan nasehat sesuai dengan bidang keahliannya. Struktur PT Pertamina (Persero) MOR I Medan dapat dilihat pada gambar 1.1 dibawah ini.

Gambar 1.1. STRUKTUR ORGANISASI Sumber : PT Pertamina (Persero) MOR I Medan


(17)

C. Job Description

Berikut ini adalah deskripsi jabatan dari struktur organisasi PT Pertamina (Persero) MOR I Medan dan setiap bagisannya memiliki tugas :

1. General Marketing Operation Region I

Berfungsi sebagai pengkordinasian, penyelenggaraan kegiatan pembekalan dan pemasaran bahan bakar minyak dan gas bumi, di wilayah kerja Pertamina unit pemasaran - I yang meliputi : Provinsi Sumatera Utara, Daerah Istimewa Aceh, Sumatera Barat, Provinsi Riau dan Kepulauan Riau. Tugas utama :

a. Mengkoordinasikan kegiatan pemasaran bahan bakar, minyak dan gas bumi di wilayah kerja PT Pertamina (Persero) MOR I.

b. Mengkoordinasikan kegiatan pemasaran yang meliputi pengadaan, penjualan, pengangkutan, penimbun, penyaluran dan menjaga mutu produk yang dijual. c. Mengendalikan dan melaksanakan pengawasan kegiatan operasi di wilayah

kerja PT Pertamina (Persero) MOR I.

d. Mengkoordinasikan kegiatan administrasi penunjang serta pembinaan sumber daya manusia sehubungan dengan kegiatan pemasaran BBM agar terwujud suatu sistem kerja yang produktif, efektif dan efisien.

e. Mengkoordinasikan hubungan kerja secara terpadu dengan pihak luar sehubung dengan operasi wilayah kerja PT Pertamina (Persero) MOR I. f. Mengkoordinasikan penyusunan laporan mengenai kegiatan perusahaan

wilayah kerja PT Pertamina (Persero) MOR – I

2. Finance Marketing Operation Region I


(18)

a. Menyelenggarakan penyusunan dan pengawasan pemakaian anggaran PT Pertamina (Persero) MOR I.

b. Menyelenggarakan kegiatan perbendaharaan PT Pertamina (Persero) MOR I. c. Menyelenggarakan kegiatan Akuntansi PT Pertamina (Persero) MOR I. d. Menyelenggarakan pengendalian keuangan PT Pertamina (Persero) MOR I.

3. Unit Manager Human Resources Sumbagut

Memiliki tugas antara lain :

a. Mengkoordinir kegiatan pembinaan perawatan Sumber Daya Manusia, penelitian dan usul perbaikan norma-norma dan syarat-syarat kerja serta mengadakan material untuk kebutuhan kantor dan rumah tangga.

b. Mengkoordinir kegiatan penyediaan jasa perawatan kesehatan pekerja dan pengaturan fasilitas pekerja dan keluarganya.

c. Mengkoordinir kegiatan jasa konsultasi manajemen antara lain mengenai sistem dan tata kejra organisasi dan evaluasi jabatan maupun tata laksananya.

4. IT Sumatera Region I

Memiliki tugas antara lain:

a. Menerima, memprioritaskan dan menyelesaikan permintaan bantuan IT. b. Instalasi, perawatan dan penyediaan dukungan harian baik untuk hardware

dan software, peralatan termasuk printer, scanner, tinta dan lain lain. c. Maintain dan perawatan jaringan LAN.

d. Maintain dan perawatan komputer.

e. Memperbaiki berbagai masalah seputar hardware, software dan konektivitas, termasuk di dalamnya akses pengguna dan konfigurasi komponen.


(19)

f. Bertanggung jawab untuk administrasi dan pemeliharaan teknis yang menyangkut perusahaan dalam pembagian sistem database.

5. HSSE Area Manager Sumbagut

Memiliki tugas antara lain :

a. Menyelenggarakan perencanaan, pengawasan, evaluasi dan penyuluhan dalam bidang pencemaran lingkungan kerja.

b. Menyelenggarakan perencanaan, pengembangan, dan evaluasi sarana dan fasilitas di Terminal BBM, depot filling plant LPG dan DPPU yang berkaitan dengan HSSE.

c. Menyelenggarakan pencegahan dan penanggulangan kebakaran.

d. Menyelenggarakan pengarahan dan penyuluhan pencegahan terhadap bahaya kecelakaan kerja.

6. Fuel Retail Marketing Region Manager I

Memiliki tugas antara lain :

a. Mengkoordinir perencanaan, pengawasan pelaksanaan/penjualan BBM subsidi dan BBK di wilayah Marketing Operation Region I.

b. Mengkoordinir perencanaan, pengawasan pelaksanaan penjualan BBM Subsidi, BBK dan pengawasan mutu BBM yang disalurkan ke lembaga penyalur.

c. Mengendalikan dan melaksanakan pengawasan kegiatan penjualan dan pemasaran BBM subsidi dan BBK.

d. Mengkoordinasi kegiatan penyelenggaraan administrasi penjualan BBM subsidi dan BBK.


(20)

Memiliki tugas antara lain :

a. Mengkoordinir perencanaan dan pengawasan pelaksanaan penjualan BBM Nonsubsidi ke agen BBM Industri, Customer Industri dan Perkapalan termasuk SPBB.

b. Mengkoordinasi perencanaan, pengawasan pelaksanaan penjualan BBM Nonsubsidi dan BBK, dan pengawasan mutu BBM yang disalurkan kea gen BBM Industri, Customer Industri dan perkapalan termasuk SPBB.

c. Mengendalikan dan melaksanakan pengawasan kegiatan penjualan dan pemasaran BBM Nonsubsidi dan BBK oleh agen BBM Industri, Customer Industri dan perkapalan termasuk SPBB.

d. Mengkoordinasi kegiatan penyelenggaraan administrasi penjualan BBM Nonsubsidi dan BBK.

8. S&D Region Manager I

Memiliki tugas antara lain :

a. Mengkoordinasi kegiatan pengadaan, penyimpanan, penerimaan dan pembekalan BBM/NBBM serta pengaturan layanan dan transportasi.

b. Mengkoordinasi kegiatan penerimaan, penimbunan BBM dan NBBM untuk penyaluran ke depot dan konsumen.

c. Menyusun rencana dan melakukan pengawasan distribusi BBM dan NBBM serta gas untuk kebutuhan di wilayah kerja Pertamina MOR I.

9. Aviation Area Manager Sumbagut

Memiliki tugas antara lain :

a. Mengkoordinir perencanaan dan pengawasan pelaksanaan penjualan produk Avtur dan Avigas.


(21)

b. Mengkoordinasi perencanaan dan pengawasan pelaksanaan penjualan produk Avtur dan Avigas.

c. Mengendalikan dan melaksanakan pengawasan kegiatan penjualan produk Avtur dan Avigas.

d. Mengkoordinasi kegiatan penyelenggaraan administrasi penjualan produk Avtur dan Avigas.

10. Domestic Gas Region Manager I

Memiliki tugas antara lain :

a. Mengkoordinir perencanaan dan pengawasan pelaksanaan penjualan LPG Subsidi dan Nonsubsidi.

b. Mengkoordinasi perencanaan dan pengawasan pelaksanaan penjualan LPG Subsidi dan Nonsubsidi.

c. Mengendalikan dan melaksanakan pengawasan kegiatan penjualan LPG Subsidi dan Nonsubsidi.

d. Mengkoordinasi kegiatan penyelenggaraan administrasi penjualan LPG Subsidi dan Nonsubsidi.

11. Petrochemical Marketing Area Manager Sumatera

Memiliki tugas antara lain :

a. Mengkoordinir perencanaan dan pengawasan pelaksanaan penjualan produk-produk Petrochemical.

b. Mengkoordinasi perencanaan dan pengawasan pelaksanaan penjualan produk-produk Petrochemical.

c. Mengendalikan dan melaksanakan pengawasan kegiatan penjualan produk-produk Petrochemical.


(22)

d. Mengkoordinasi kegiatan penyelenggaraan administrasi penjualan produk-produk Petrochemical.

12. Technical Services Region Manager I

Memiliki tugas antara lain :

a. Menyelenggarakan koordinasi perencanaan dan pembangunan baru dan pemeliharaan seluruh sarana distribusi dan pemasaran di Pertamina Marketion Operation Region I.

b. Menyelenggarakan pelaksanaan koordinasi terhadap kegiatan pembangunan baru dan pemeliharaan distribusi dan pemasaran di Pertamina Marketing Operation Region I.

c. Melaksanakan koordinasi penyelenggaraan administrasi teknis.

d. Melaksanakan proses lelang dan pengawasan proyek pengadaan pemeliharaan dan pembangunan di wilayah Marketing Operation I.

13. Marketing Branch Manager NAD

Memiliki tugas antara lain :

a. Mengkoordinir perencanaan dan pengawasan dan pelaksanaan penjualan BBM Subsidi dan BBK di wilayah Nanggroe Aceh Darussalam.

b. Mengkoordinasi perencanan dan pengawasan pelaksanaan penjualan BBM Subsidi dan BBK serta pengawasan mutu BBM yang disalurkan ke lembaga penyalur.

c. Mengendalikan dan melaksanakan pengawasan kegiatan penjualan dan pemasaran BBM Subsidi dan BBK oleh lembaga penyalur.

d. Mengkoordinasi kegiatan penyelenggaraan administrasi penjualan BBM Subsidi dan BBK.


(23)

14. Marketing Branch Manager Sumbar/Riau

Memiliki tugas antara lain :

a. Mengkoordinir perencanaan dan pengawasan dan pelaksanaan penjualan BBM Subsidi dan BBK di wilayah Sumatera Barat dan Riau.

b. Mengkoordinasi perencanan dan pengawasan pelaksanaan penjualan BBM Subsidi dan BBK serta pengawasan mutu BBM yang disalurkan ke lembaga penyalur.

c. Mengendalikan dan melaksanakan pengawasan kegiatan penjualan dan pemasaran BBM Subsidi dan BBK oleh lembaga penyalur.

d. Mengkoordinasi kegiatan penyelenggaraan administrasi penjualan BBM Subsidi dan BBK.

15. Marketing Branch Manager Kepri

Memiliki tugas antara lain :

a. Mengkoordinir perencanaan dan pengawasan dan pelaksanaan penjualan BBM Subsidi dan BBK di wilayah Kepulauan Riau.

b. Mengkoordinasi perencanan dan pengawasan pelaksanaan penjualan BBM Subsidi dan BBK serta pengawasan mutu BBM yang disalurkan ke lembaga penyalur.

c. Mengendalikan dan melaksanakan pengawasan kegiatan penjualan dan pemasaran BBM Subsidi dan BBK oleh lembaga penyalur.

d. Mengkoordinasi kegiatan penyelenggaraan administrasi penjualan BBM


(24)

D. Jaringan usaha

Jaringan usaha PT Pertamina MOR I Medan mencakup antara lain : 1. PT Nusantara Regas

2. Dana Pensiun Pertamina (DP Pertamina) 3. PT Pertamina Dana Ventura

4. PT Pertamina Bina Medika 5. PT Tugu Prtama Indonesia

6. PT Pertamina Training & Consulting 7. PT Patra Jasa

8. PT Patra Dok Dumai 9. PT Pelita Air Service

10. PT Pertamina Trans Kontinental 11. PT Pertamina Retail

12. PT Pertamina Patra Niaga

13. Pertamina EnergyService PTE LIMITED 14. PT Usayana

15. PT Pertamina Gas

16. PT Pertamina Drilling Service Indonesia 17. PT PertaminaGeotgermal Energy

18. PT Pertamina Hulu Energy 19. PT Pertamina EP Cepu 20. PT Pertamina EP


(25)

E. Kinerja Usaha Terkini

Kegiatan Pertamina dalam menyelenggarakan usaha di bidang energy dan petrokimia, terbagi ke dalam dua sektor, yaitu Hulu dan Hilir, serta ditunjang oleh kegiatan kegiatan anak-anak perusahaan dan perusahaan petungan.

Kegiatan usaha Pertamina Hulu Pertamina meliputi eksplorasi dan produksi minyak, gas, dan panas bumi. Untuk kegiatan eksplorasi dan produksi minyak dan gas dilakukan dibeberapa wilayah Indonesia maupun di luar negeri. Pengusahaan di dalam negeri dikerjakan oleh Hulu dan melalui kerja sama dengan mitra sedangkan untuk penusahaan di luar negeri dilakukan melalui aliansi strategis bersama dengan mitra. Berberda dengan kegiatan usaha di bidang minyak dan gas bumi, kegiatan eksplorasi dan produksi panas bumi masih dilakukan di dalam negeri. Untuk mendukung kegiatan intinya, Pertamina Hulu juga memiliki usaha di bidang pemboran minyak dan gas.

Kegiatan eksplorasi ditujukan untuk mendapatkan penemuan cadangan migas baru sebagai pengganti hidrokarbon yang telah di produksikan. Upaya ini dilakukan untuk menjaga agar kesinambungan produksi migas dapat terus dipertahankan.

Aktivitas eksplorasi dan produksi dilakukan melakui operasi sendiri dan konsep kemitraan dengan pihak ketiga. Pola kemitraan dalam bidang minyak dan gas berupa JOB-EOR (Joint Operating Body for Enhanced Oil Recovery), JOB-PSC (Joint Operating Body for Production Sharing Contract), TAC (Technical Assistance Contract), BOB (Badan Operasi Bersama), Penyertaan berupa IP (


(26)

pinjaman, sedangkan pengusahaan panas bumi berbentuk JOC ( Joint Operating Contract).

Pengusahaan minyak dan gas melalui operasi sendiri dilakukan di 7 (tujuh) Daerah Operasi Hulu (DOH). Ketujuh daerah operasi tersebut adalah DOH Nangroe Aceh Darussalam (NAD) Sumatera Bagian Utara yang berpusat di Rantau Parapat, DOH Sumatera Bagian Tengah berpusat di Jambi, DOH Sumatera Bagian Selatan berpusat di Prabumulih, DOH Jawa Bagian Barat berpusat di Cirebon, DOH Jawa Bagian Timur berpusat di Cepu, DOH Kalimantan berpusat di Balikpapan, dan DOH Papua berpusat di Sorong.

Pengusahaan bidang panas bumi dilakukan di 4 (empat) area panas bumi dengan total kapasitas terpasang sebesar 402 MW. Keempat area panas bumi tersebut adalah Area Kamojang – Jawa Barat (200 MW), Lahendong – Sulawesi Utara (80 MW), Sibayak – Sumatera Utara (12 MW), dan Ulubelu – Lampung (110 MW).

Sampai akhir tahun 2004 jumlah kontrak pengusahaan migas bersama dengan mitra sebanyak 92 kontrak yang terdiri dari 6 JOB-EOR, 15 JOB-PSC, 44 TAC, 27 IP/PPI (termasuk BOB-CPP), dan 5 proyek loan. Sedangkan untuk bidang panas bumi terdapat 8 JOC.

Dalam hal pengembangan usaha, Pertamina telah mulai mengembangkan usahanya baik di dalam dan luar negeri melalui aliansi strategis dengan mitra. Pertamina juga memiliki usaha yang prospektif di bidang jasa pemboran minyak dan gas melalui Pertamina Drilling Services (PDS) yang memiliki 26 unit rig pemboran serta anak perusahaan PT Usayana yang memiliki 7 rig pemboran.


(27)

Dalam kegiatan transmisi gas, Pertamina memiliki jaringan pipa gas dengan panjang total 3800 km dan 64 stasiun kompresor.

Kegiatan usaha Pertamina Hilir meliputi pengolahan, pemasaran & niaga, dan perkapalan serta distribusi produk Hilir baik didalam maupun keluar negeri yang berasal dari kilang Pertamina maupun impor yang didukung oleh sarana transportasi darat dan laut.

Usaha hilir merupakan integrasi Usaha Pengolahan, Usaha Pemasaran, Usaha Niaga, dan Usaha Perkapalan.

Bidang pengolahan mempunyai 7 unit kilang dengan kapasitas total 1.041,20 Ribu Barel. Beberapa kilang minyak terintegrasi dengan kilang petrokimia dan memproduksi NBBM. Disamping kilang minyak, Pertamina hilir mempunyai kilang LNG di Arun dan di Bontang. Kilang LNG Arun dengan 6 train dan LNG Badak di Bontang dengan 8 train. Kapasitas LNG Arun sebesar 12,5 Juta Ton sedangkan LNG Badak 18,5 Juta Ton per tahun.

Beberapa kilang tersebut juga menghasilkan LPG, seperti di Pangkalan Brandan, Dumai, Musi, Cilacap, Balikpapan, Balongan, dan Mundu.

Kilang Cilacap adalah satu-satunya penghasil lube base oil dengan grade HVI- 60, HVI- 95, HVI-160 S, dan HVI-650. Produksi lube base oil ini disalurkan ke Lube Oil Blending Plant (LOBP) untuk diproduksi menjadi produk pelumas dan kelebihannya diekspor.


(28)

F. Rencana Usaha

Adapun rencana kegiatan PT Pertamina (Persero) MOR I Medan saat ini adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan produksi dari kegiatan eksiting.

2. Melakukan ekspansi kegiatan usaha dan operasi termasuk melalui cara anorganik (akuisisi).

3. Mengembangkan potensi CBM di wilayah Pertamina.

4. Melakukan aliansi strategis untuk ekspansi maupun membangun kemampuan spesifik.

5. Meningkatkan bisnis perniagaan gas di dalam negeri serta memanfaatkan peluang untuk memperbesar bisnis transportasi dan pemrosesan gas melalui sinergisitas dengan anak perusahaan Pertamina lainnya.

6. Pro aktif dalam perumusan pricing policy selaras dengan kebijakan nasional.

7. Peningkatan kapasitas dan kemampuan spesifik jasa pengeboran untuk menunjang rencana ekspansi perusahaan.


(29)

BAB III

PEMBAHASAN

A. Manajemen Risiko Kepatuhan Pada PT Pertamina (Persero) MOR I Medan

Manajemen risiko merupakan salah satu elemen penting dalam menjalankan bisnis perusahaan karena semakin berkembangnya dunia perusahaan serta meningkatnya kompleksitas aktivitas perusahaan mengakibatkan meningkatnya tingkat risiko yang dihadapi perusahaan.

Secara umum manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu pendekatan terstruktur dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk penilaian risiko dan pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan pengelolaan sumber daya.

Dengan kata lain manajemen risiko bisa diartikan sebagai suatu sistem pengawasan risiko dan perlindungan harta benda, hak milik dan keuntungan badan usaha atau perorangan atas kemungkinan timbulnya kerugian karena adanya suatu risiko.

Sasaran utama dari implementasi manajemen risiko adalah melindungi perusahaan terhadap kerugian yang mungkin timbul. Lembaga perusahaan mengelola risiko dengan menyeimbangkan antara strategi bisnis dengan pengelolaan risikonya sehingga perusahaan akan mendapatkan hasil optimal dari operasionalnya.


(30)

Pengertian Manajemen Risiko Menurut Ahli

1. Menurut Djohanputro (2008) “Manajemen risiko merupakan proses terstruktur dan sistematis dalam mengidentifikasi, mengukur, memetakan, mengembangkan alternatif penanganan risiko, dan memonitor dan mengendalikan penanganan risiko.”

2. Menurut Noshworthy (2000) “Manajemen risiko adalah identifikasi dari ancaman dan implementasi dari pengukuran yang ditujukan pada mengurangi kejadian ancaman tersebut dan menimalisasi setiap kerusakan. Analisa risiko dan pengontrolan risiko membentuk dasar manajemen risiko dimana pengontrolan risiko adalah aplikasi dari pengelolaan yang cocok untuk memperoleh keseimbangan antara keamanan, penggunaan dan biaya.”

3. Menurut Djojosoedarso (2003) “Manajemen risiko adalah pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dalam penanggulangan resiko, terutama resiko yang dihadapi oleh organisasi/perusahaan, keluarga dan masyarakat. Jadi mencakup kegiatan merencanakan, mengorganisir, menyusun, memimpin/mengkordinir, dan mengawasi (termasuk mengevaluasi) program penanggulangan resiko.” 4. Menurut Fahmi (2010) “Manajemen resiko adalah suatu bidang ilmu yang

membahas tentang bagaimana suatu organisasi menerapkan ukuran dalam memetakan berbagai permasalahan yang ada dengan menempatkan berbagai pendekatan manajemen secara komprehensif dan sistematis.”

5. Menurut Dorfman (1998) “Manajemen risiko dikatakan sebagai suatu proses logis dalam usahanya untuk memahami eksposur terhadap suatu kerugian.”


(31)

6. Menurut Siagian dan Sekarsari (2001) “Manajemen risiko adalah luas tidak hanya terfokus pada pembelian asuransi tapi juga harus mengelola keseluruhan risiko-risiko organisasi. Definisi tentang manajemen risiko memang bermacam-macam, akan tetapi pada dasarnya manajemen risiko bersangkutan dengan cara yang digunakan oleh sebuah perusahaan untuk mencegah ataupun menanggulangi suatu risiko yang dihadapi.”

Kebijakan Umum Manajemen Risiko PT Pertamina (Persero) MOR I Medan

1. Pengelolaan (sistem manajemen) risiko merupakan bagian dari sistem manajemen Perseroan yang dilaksanakan secara terus menerus, proaktif, sistematis dan menjadi budaya Perseroan.

2. Terselenggaranya manajemen risiko yang efektif dan terintegrasi membutuhkan peran aktif Dewan Komisaris, Direksi, manajemen dan seluruh pekerja Perseroan.

Tujuan Manajemen Risiko PT Pertamina (Persero) MOR I Medan

1. Melindungi perusahaan dari risiko signifikan yang dapat menghambat pencapaian tujuan perusahaan.

2. Memberikan kerangka kerja manajemen risiko yang konsisten atas risiko yang ada pada proses bisnis dan fungsi-fungsi dalam perusahaan.

3. Mendorong menajemen untuk bertindak proaktif mengurangi risiko kerugian, menjadikan pengelolaan risiko sebagai sumber keunggulan bersaing, dan keunggulan kinerja perusahaan.


(32)

4. Mendorong setiap insan perusahaan untuk bertindak hati-hati dalam menghadapi risiko perusahaan, sebagai upaya untuk memaksimalkan nilai perusahaan.

5. Membangun kemampuan mensosialisasikan pemahaman mengenai risiko dan pentingnya pengelolaan risiko.

6. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui penyediaan informasi tingkat risiko yang dituangkan dalam peta risiko (risk map) yang berguna bagi manajemen dalam pengembangan strategi dan perbaikan proses manajemen risiko secara terus menerus dan berkesinambungan.

Organisasi Pengelolaan Manajemen Risiko PT Pertamina (Persero) MOR I Medan

1. Penerapan manajemen risiko melibatkan Komisaris, Direksi, Manajemen dan pekerja.

2. Membentuk suatu fungsi yang secara khusus menangani dan mengkoordinir pelaksanaan manajemen risiko.

3. Komisaris memberi saran mengenai perumusan kebijakan dan melakukan pengawasan serta memberikan arahan kepada Direksi.

4. Direksi, manajemen dan seluruh pekerja bertanggung jawab menggunakan pendekatan manajemen risiko dalam melakukan kegiatannya.

5. Fungsi Manajemen Risiko bertanggung jawab untuk: a. Merumuskan sistem manajemen risiko.


(33)

b. Merumuskan kebijakan pokok yang berhubungan dengan manajemen risiko.

c. Mengidentifikasi dan menangani risiko-risiko serta membuat pemetaan risiko.

d. Mengimplementasikan dan mengupayakan penerapan manajemen risiko. e. Mengkoordinir pelaksanaan manajemen risiko.

f. Memantau & mengevaluasi, serta melaporkannya kepada Direksi.

6. Satuan Pengawasan Internal memastikan bahwa kebijakan dan sistem manajemen risiko telah diterapkandan dievaluasi secara berkala

Untuk menjalankan aktifitas di perusahaan tentunya setiap individu yang ada di dalam perusahaan tersebut harus mengikuti aturan-aturan yang berlaku baik di perusahan itu sendiri maupun aturan yang berlaku di dunia bisnis untuk memastikan perusahaan terhindar dari setiap risiko yang merugikan yang dikarenakan melanggar ketentuan-ketentuan yang ada.

Untuk menghindari setiap risiko dari melanggar peraturan-peraturan yang dibuat di perusahaan atau di dunia bisnis, maka di dalam perusahaan diperlukan manajemen risiko kepatuhan sehingga perusahaan bisa memastikan kegiatannya mematuhi semua peraturan dan ketentuan yang wajib maupun sukarela.

Risiko kepatuhan merupakan risiko yang disebabkan perusahaan tidak mematuhi atau tidak melaksanakan peraturan dan ketentuan lain yang berlaku. Pada prakteknya risiko kepatuhan melekat pada risiko perusahaan yang terkait pada peraturan dan ketentuan lain yang berlaku.


(34)

B. Penerapan Manajemen Risiko Kepatuhan Pada PT. Pertamina (Persero) MOR I Medan

Adapun penerepan manajemen risiko kepatuhan pada PT. Pertamina sebagai berikut:

1. Perusahaan harus melakukan identifikasi dan analisis terhadap beberapa faktor yang dapat meningkatkan eksposur risiko kepatuhan dan berpengaruh secara kuantitatif kepada rugi laba dan permodalan perusahaan, seperti:

a. Aktivitas usaha perusahaan, yaitu jenis dan kompleksitas usaha Perusahaan. b. Ketidakpatuhan perusahaan, yaitu jumlah (volume) dan materialitas

ketidakpatuhan perusahaan terhadap kebijakan dan prosedur intern, peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku, praktek dan standar etika bisnis yang sehat.

2. Perusahaan harus memastikan efektivitas penerapan manajemen risiko kepatuhan, antara lain yang berkaitan dengan :

a. Kebijakan

1. Ketepatan penetapan limit risiko yang telah ditetapkan

2. Konsistensi kebijakan manajemen risiko dengan arah dan strategi usaha perusahaan.

3. Penerapan kepatuhan, pengaturan tanggung jawab dan akuntabilitas pada seluruh jenjang organisasi.

4. kebijakan mengecualikan suatu pengambilan keputusan yang menyimpang (irregularities).


(35)

5. Penerapan kebijakan pengecekan kepatuhan melalui prosedur secara berkala.

b. Prosedur

1. Ketepatan waktu mengkomunikasikan kebijakan kepada seluruh pegawai pada setiap jenjang organisasi.

2. Kecukupan pengendalian terhadap pengembangan produk baru 3. Kecukupan laporan dan sistem data.

4. Kecukupan pengawasan komisaris dan direksi perusahaan.

5. Kecukupan pengendalian intern perusahaan, termasuk aspek pemisahan fungsi dan pengendalian berlapis (dual control).

6. Sistem informasi manajemen yang tepat waktu dan tepat guna

7. Efektivitas dari pengendalian terhadap akurasi, kelengkapan, dan integritas data.

8. Kecukupan proses menginterpretasikan (penafsiran) perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku.

9. Komitmen perusahaan untuk memastikan bahwa sumber daya perusahaan telah tepat dialokasikan untuk kepentingan pelatihan karyawan dan peningkatan budaya kepatuhan.

10. Identifikasi dan tindakan korektif yang tepat waktu terhadap pengaruh pelanggaran dan ketidakpatuhan terhadap perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku.


(36)

11. Kecukupan mengintegrasikan aspek kepatuhan pada setiap tahap perencanaan perusahaan (corporate planning).

c. Sumber daya manusia

1. Ketepatan program kompensasi dan pengelolaan kinerja karyawan dan pejabat perusahaan.

2. Tingkat turn over karyawan dan pejabat perusahaan yang menduduki posisi yang strategis pada perusahaan (high risk taking unit).

3. Kecukupan program pelatihan.

4. Kecukupan kompetensi komisaris dan direksi perusahaan.

5. Tingkat pemahaman dan kesesuaian arah strategi usaha dengan risk tolerance.

d. Sistem pengendalian

1. Efektivitas dan independensi fungsi audit dan Satuan Kerja Manajemen Risiko.

2. Akurasi, kelengkapan, dan integritas laporan serta sistem informasi manajemen.

3. Keberadaan sistem pemantauan terhadap irregularities yang mampu mengidentifikasi dan mengukur peningkatan frekuensi dan jumlah eksposur risiko.

4. Tingkat responsif perusahaan terhadap penyimpangan terhadap kebijakan dan prosedur intern perusahaan.


(37)

5. Tingkat responsif perusahaan terhadap penyimpangan dalam sistem pengendalian intern perusahaan.

Alur Proses Manajemen Risiko Kepatuhan

Organization for Economic Co-Opeation Development (OECD) menggambarkan sebuah model yang menggambarkan proses Manajemen Risiko Kepatuhan sebagaimana yang dapat dilihat melalui ilustrasi gambar 3.1 dibawah ini.

Gambar 3.1. Proses Manajemen Risiko Kepatuhan Sumber : PT Pertamina (Persero) MOR I Medan


(38)

Model tersebut menjelaskan suatu proses menajamen risiko kepatuhan yang dapat diterapkan oleh suatu unit kerja di sebuah perusahaan. Model tersebut selaras dengan berbagai literatur yang dipergunakan di berbagai negara dan juga sejalan dengan standar pengelolaan risiko yang dikeluarkan oleh berbagai organisasi internasional dan juga digunakan oleh negara-negara anggota OECD. Tidak jauh berbeda dengan di Indonesia, proses pengelolaan manajemen risiko kepatuhan perperusahaanan yang dikeluarkan oleh Pertamina juga selaras dengan model yang dibangun oleh OECD dimaksud.

Dalam pedoman penerapan manajemen risiko di perusahaan, PT. Pertamina menjelaskan proses manajemen risiko kepatuhan, yang intinya adalah penerapan manajemen risiko kepatuhan dapat dilakukan melalui proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko, serta didukung sistem informasi sebagai berikut:

1. Identifikasi Risiko Kepatuhan

Perusahaan harus melakukan identifikasi dan analisis terhadap beberapa faktor yang dapat meningkatkan eksposur risiko kepatuhan, diantaranya:

a. Jenis dan kompleksitas kegiatan usaha perusahaan, termasuk produk dan aktivitas baru.

b. Jumlah (vulome) dan materialitas ketidakpatuhan perusahaan terhadap kebijakan dan prosedur intern, peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku, serta praktik dan standar etika bisnis yang sehat.


(39)

Pada tahap identifikasi ini, perusahaan harus memahami seluruh risiko yang sudah ada (inherent risk) yang terkait dengan pelaksanaan fungsi kepatuhan, termasuk risiko yang bersumber dari cabang-cabang dan perusahaan anak dengan memperhatikan beberapa faktor diatas dengan melakukan identifikasi terhadap semua peraturan yang berkaitan dengan kepatuhan.

2. Pengukuran Risiko Kepatuhan

Dalam mengukur risiko kepatuhan, perusahaan dapat menggunakan indikator/parameter berupa jenis, signifikasi, dan frekuensi pelanggaran terhadap standar yang berlaku secara umum, sebagaimana yang dapat dilihat melalui tabel 3.1 , sebagai berikut:

Risiko Inheren Indikator Keterangan 1. Jenis dan

signifikansi pelanggaran yang

dilakukan

Jumlah sanksi denda kewajiban membayar yang dikenakan kepada perusahaan dari otoritas.

Jenis pelanggaran atau kepatuhan yang dilakukan perusahaan.

Jenis dan signifikansi

pelanggaran merupakan jenis dari ketentuan yang dilanggar oleh perusahaan yakni apakah ketentuan yang tergolong prudensial atau hanya merupakan pedoman. Pada prinsipnya sanksi yang dikenakan juga berbeda terhadap perusahaan atas pelanggaran yang dilakukannya tersebut. 2. Frekuensi pelanggaran yang dilakukan atau track record kepatuhan perusahaan

Jenis dan frekuensi pelanggaran yang sama yang ditemukan setiap tahunnya dalam 3 tahun terakhir. Signifikasi tindaklanjut perusahaan atas temuan tersebut.

Frekuensi lebih bersifat historical dengan melihat trend kepatuhan perusahaan selama 3 tahun terakhir periode penilaian untuk mengetahui jenis pelanggaran yang dilakukan apakah berulang ataukah memang atas kesalahan tersebut tidak dilakukan perbaikan


(40)

Tabel 3.1 Pengukuran Risiko Kepatuhan Sumber: PT. Pertamina MOR I Medan

Dalam praktiknya sebagai contoh, dengan memperhatikan indikator/parameter dimaksud, sebuah perusahaan dapat melakukan pengukuran dengan menggunakan check list kepatuhan dalam bentuk risk event yang disusun berdasarkan job description dan standar operating procedure dari setiap unit kerja.

Untuk melakukan pengukuran ini maka compliance officer akan menjawab pertanyaan checklist dengan menggunakan metode observasi, dengan melakukan berbagai aktivitas, seperti review pengalaman, interview dengan staff dan manajemen unit kerja, inspeksi dokumen (bukti dasar) dan catatan ataupun dengan cara mengamati aktifitas dan operasional pada masing-masing unit kerja. Hasil jawaban checklist akan terkelompok sesuai bidang kerja dengan kriteria passing grade seperti tabel 3.2 berikut:

3. Pelanggaran terhadap ketentuan atas transaksi keuangan tertentu

frekuensi pelanggaran atas

ketentuan pada transaksi keuangan tertentu karena tidak sesuai dengan kebiasaan yang berlaku

Dalam hal ini contohnya adalah pelanggaran terhadap kode etik bisnis, ataupun standar-standar lainnya yang umumnya digunakan di dunia keuangan.


(41)

Tabel 3.2 Kriteria Passing Grade Range Score Peringkat Score Tingkat

Kepatuhan

Tren Kontrol

90% s/d 100% 80% s/d 90% 60% s/d 80% 30% s/d 60% 0% s/d 30%

Low

Low to Moderate Moderate

Moderate to High High Baik Cukup Kurang Sangat Kurang Buruk

Membaik jika skor meningkat stabil (jika skor tetap)

Memburuk (jika skor menurun)

Sumber: PT. Pertamina MOR I Medan

3. Pemantauan Risiko Kepatuhan

Dalam rangka memastikan pelaksanaan fungsi kepatuhan dan/atau memastikan pelaksanaan peraturan eksternal, termasuk peraturan internal, dapat terlaksana dengan baik maka hasil identifikasi dan pengukuran risiko kepatuhan harus ditindaklanjuti dengan melakukan aktifitas pemantauan.

Dengan ungkapan lain dapat dikatakan bahwa unit kerja yang melaksanakan fungsi manajemen risiko kepatuhan wajib untuk memantau dan melaporkan risiko kepatuhan yang terjadi kepada direksi perusahaan, baik sewaktu-waktu pada saat terjadinya risiko kepatuhan maupun secara berkala. Suatu perusahaan dapat membuat laporan hasil pemantauan risiko kepatuhan setiap bulan dan disampaikan kepada pimpinan unit kerja terkait dan direktur kepatuhan untuk dapat ditindaklanjuti dengan baik.


(42)

4. Sistem Informasi Manajemen Risiko Kepatuhan

Pelaksanaan sistem informasi manajemen risiko kepatuhan merupakan bagian dari sistem informasi manajemen yang harus dimiliki sebuah perusahaan dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan perusahaan dalam rangka penerapan manajemen risiko yang efektif. Sebagai bagian dari proses manajemen risiko, sistem informasi manajemen risiko perusahaan digunakan untuk mendukung pelaksanaan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko.

5. Sistem Pengendalian Internal

Dalam melakukan penerapan manajemen risiko untuk risiko kepatuhan, maka selain melaksanakan pengendalian intern sebagaimana dimaksud diatas, perusahaan perlu memiliki sistem pengendalian intern untuk risiko kepatuhan antara lain untuk memastikan tingkat responsif perusahaan terhadap penyimpangan terhadap standar yang berlaku secara umum, ketentuan, dan atau peraturan perundang-undangan.

C. Administrasi Perpajakan Pada PT Pertamina (Persero) MOR I Medan

Perusahaan sebagai entitas usaha merupakan Subjek Pajak yang memiliki kewajiban perpajakan. Karena itu, perusahaan membutuhkan sumber daya manusia yang memahami hak serta kewajiban perpajakan perusahaan. Kebutuhan perusahaan akan hal ini tidak bisa dihindari karena dalam setiap transaksi bisnis terdapat kewajiban pajak yang harus ditunaikan oleh perusahaan.


(43)

Istilah dari tax specialist perusahaan sendiri di lapangan bisa beragam, ada yang menyebutnya sebagai tax accountant, tax administrator dan tax officer. Pada dasarnya istilah tersebut semuanya memiliki konteks yang sama, yaitu orang yang diberi kepercayaan untuk mengurus segala permasalahan pajak di perusahaan.

Administrasi perpajakan (Tax Administration) merupakan cara-cara atau prosedur pengenaan dan pemungutan pajak. Mengenai peran administrasi perpajakan. Adminsitrasi perpajakan dikatakan efektif apabila mampu mengatasi masalah-masalh berikut ini:

1. Wajib pajak tidak terdaftar (unregistered taxpayers).

2. Wajib Pajak yang tidak menyampaikan SPT (stop filling taxpayers) 3. Penyelundup pajak (tax evaders).

4. Penunggak pajak (delinquent tax payers).

Tanggung jawab dari pihak administrasi perpajakan di PT. Pertamina adalah sebagi berikut:

1. Melakukan verifikasi faktur pajak masukan & keluaran untuk memastikan keakuratan data.

2. Membuat laporan bulanan PPN, membuat SPT Tahunan PPH Ps 29 ( badan ), melakukan pengecekan Laporan PPH pasal 21 & pasal 23/26, membuat laporan penjualan & pembelian secara bulanan berdasarkan Laporan PPN dengan data yang diambil dari SAP yang diverifikasi & dilengkapi terlebih dahulu, agar semua sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.

3. Membuat SSP & PA setiap bulan untuk melakukan pembayaran kekurangan PPN via bank


(44)

4. Membuat rekapan laporan PPN & PPH 21, 23/26, dan semua laporan yang berhubungan dengan pajak, agar menjadi bahan informasi bagi perusahaan.

Beberapa sasaran administrasi perpajakan pada PT. Pertamina, seperti:

1. meningkatkan kepatuhan para pembayar pajak.

2. melaksanakan ketentuan perpajakan secara seragam untuk mendapatkan penerimaan maksimal dengan biaya yang optimal. Kepatuhan Wajib Pajak (tax compliance) dapat diidentifikasi dari kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri, kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan (SPT), kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran pajak terutang, dan kepatuhan dalam pembayaran tunggakan. Isu kepatuhan menjadi penting karena ketidakpatuhan secara bersamaan akan menimbulkan upaya menghindarkan pajak, seperti tax evasion dan tax avoidance, yang mengakibatkan berkurangnya penyetoran dana pajak ke kas negara.

Kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh kondisi sistem administrasi perpajakan yang meliputi tax service dan tax enforcement. Perbaikan administrasi perpajakan sendiri diharapkan dapat mendorong kepatuhan Wajib Pajak.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa tingkat kepatuhan Wajib Pajak dipengaruhi oleh bagaimana administrasi perpajakan dilakukan. (Rahman: 2009) Sistem administrasi perpajakan modern di PT. Pertamina melakukan reformasi perpajakan disegala aspek yang berkaitan dengan sektor pajak. Salah satu bentuk modernisasi pajak yaitu dengan adanya account representative (AR). Account representative adalah aparat pajak yang


(45)

bertanggung jawab dalam pelaksanaan pelayanan dan pengawasan secara langsung untuk sejumlah Wajib Pajak tertentu yang telah ditugaskan kepadanya.

Bagi Wajib Pajak, Account Representative berfungsi sebagai komunikator sekaligus sebagai wakil dari citra kantor pajak. Pada prinsipnya, seluruh Wajib Pajak akan memiliki Account Representative yang bertanggung jawab untuk memastikan bahwa wajib pajak memperoleh hak-haknya secara transparan sehingga Wajib Pajak patuh terhadap kewajibannya. Account Representative (AR) berkewajiban melaksanakan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan, melaksanakan bimbingan dan melaksanakan himbauan kepada Wajib Pajak (WP). Setiap Account Representative (AR) mempunyai beberapa Wajib Pajak (WP) yang harus diawasi. Penugasan pelayanan oleh Account Representative (AR) dilakukan berdasarkan jenis usaha sehingga meningkatkan profesionalisme dan meningkatkan produktivitas kerja karena pelaksanaan pekerjaan lebih terfokus.

D. Pengendalian Intern Administrasi Perpajakan pada PT Pertamina (Persero) MOR I Medan

Perusahaan menggunakan pengendalian internal untuk mengerahkan operasi perusahaan, melindungi berkas-berkas ataupun data, dan mencegah penyalahgunaan sistem perusahaan. PT Pertamina (Persero) MOR I Medan telah menerapkan prinsip-prinsip fungsi pengendalian intern yang baik dalam sistem administrasi perpajakan yaitu dengan di pimpin oleh manajer bidang perpajakan. Manajer bidang perpajakan bertanggung jawab atas semua kegiatan atau transaksi yang berhubungan dengan perpajakan perusahaan.


(46)

American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) 2005, mendefinisikan sebagai pengendalian intern meliputi struktur organisasi, semua cara dan alat-alat yang dikoordinasikan dan dipergunakan dalam perusahaan dengan tujuan untuk menjaga keamanan harta milik perusahaan, memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi, meningkatkan data efisiensi usaha dan menjaga agar kebijakan yang ditetapkan dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Berdasarkan tujuannya, pengendalian intern mencakup pengendalian akuntansi (accounting control) dan pengendalian administrasi (administrasion control). Pengendalian administrasi terdiri membuat laporan transaksi pajak dengan teliti dan tepat waktu, sesuai dengan peraturan yang berlaku, sehingga semua kewajiban pajak perusahaan dapat terlaksana dengan baik.

Sistem pengendalian intern berfungsi dengan baik, yaitu dalam menjaga keamanan harta perusahaan, ketelitian dan kebenaran informasi faktur pajak, meningkatkan efisiensi dan mematuhi kebijakan perusahaan, jika empat syarat berikut ini terpenuhi.

1. Adanya struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tetap.

2. Pemberian wewenang yang tepat dan prosedur verifikasi yang baik yang menunjang pengawasan administrasi terhadap faktur-faktur pajak.

3. Terselenggaranya praktik sehat dan melaksanakan fungsi masing-masing. 4. Karyawan dengan tingkat kecukupan memadai sesuai dengan tanggung


(47)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan uraian-uraian yang penulis sampaikan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis akan mencoba menarik kesimpulan dan mengajukan saran-saran yang akan bermanfaat dan berguna pada PT Pertamina (Persero) MOR I Medan di masa yang akan datang.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan dengan landasan teori yang berhubungan, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Manajemen risiko kepatuhan yang sudah diterapkan PT. Pertamina berjalan dengan efektif dan efisiensehingga kinerja dari pihak perusahaan tidak mempunyai kendala baik itu di dalam administrasi perpajakan karena sudah sesuai dengan peraturan-peraturan yang ditetapkan baik oleh perusahan maupun pemerintah.

2. Sistem Administrasi perpajakan di PT. Pertamina sudah memenuhi tanggung jawabnya sehingga verifikasi faktur pajak,laporan bulanan PPN, SPT tahunan PPH Pasal29, laporan PPH pasal 21 & pasal 23/26, laporan penjualan & pembelian sudah terlaksanakan dengan lancar dan memliki data yang akurat. 3. Sistem pengendalian intern di administrasi perpajakan pada PT. Pertamina

berfungsi dengan baik dalam menjaga keamanan harta perusahaan, ketelitian dan kebenaran informasi dari berkas-berkas ataupun faktur pajak, meningkatkan efisiensi dan mematuhi kebijakan perusahaan karena telah


(48)

memenuhi beberapa syarat yaitu mempunyai struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tetap, pemberian wewenang yang tepat dan prosedur verifikasi yang baik dalam pengawasan administrasi terhadap berkas berkas pajak dan terselenggaranya praktik kerja sehat dalam melaksanakan fungsinya masing-masing karena karyawan yang ada didalam perusahaan memiliki tingkat kecukupan yang memadai sesuai tanggung jawabnya.

B. Saran

Dari kesimpulan yang diperoleh, maka saran yang dapat disampaikan adalah penerapan manajemen risiko kepatuhan baik itu di dalam administrasi perpajakan pada PT. Pertamina sebaiknya dilakukan evaluasi lebih lanjut guna untuk mengantisipasi setiap risiko-risiko yang ada kedepannya karena adanya kebijakan-kebijakan baru yang mempengaruhi sistem penarapan manajemen risiko kepatuhan yang ada.


(49)

DAFTAR PUSTAKA

Djohanputro. 2008. Manajemen Risiko Korporat. Jakarta : PPM Manajemen. Djojosoedarso. 2003. Prinsip-prinsip Manajemen Risiko dan Asuransi. Edisi

Kedua. Jakarta : Salemba Empat.

Dorfman. 1998. Introduction To Risk Management And Insurance. Edisi Keenam. Upper Saddle River, N.J. : Prentice Hall.

Fahmi. 2010. Manajemen Risiko Teori, Kasus dan Solusi. Bandung : Alfabeta. Nosworthy. 2000. A Practical Risk Analysis Approach : Managing BCM Risk,

Computers & Security Vol. 19 no.4.

Siagian, Faira. 2001. Penerapan Model Manajemen Risiko pada Proyek Konstruksi Joint Venture di Indonesia Suatu Studi Kasus. Universitas Trisakti, Jakarta.


(1)

4. Membuat rekapan laporan PPN & PPH 21, 23/26, dan semua laporan yang berhubungan dengan pajak, agar menjadi bahan informasi bagi perusahaan.

Beberapa sasaran administrasi perpajakan pada PT. Pertamina, seperti:

1. meningkatkan kepatuhan para pembayar pajak.

2. melaksanakan ketentuan perpajakan secara seragam untuk mendapatkan penerimaan maksimal dengan biaya yang optimal. Kepatuhan Wajib Pajak (tax compliance) dapat diidentifikasi dari kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri, kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan (SPT), kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran pajak terutang, dan kepatuhan dalam pembayaran tunggakan. Isu kepatuhan menjadi penting karena ketidakpatuhan secara bersamaan akan menimbulkan upaya menghindarkan pajak, seperti tax evasion dan tax avoidance, yang mengakibatkan berkurangnya penyetoran dana pajak ke kas negara.

Kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh kondisi sistem administrasi perpajakan yang meliputi tax service dan tax enforcement. Perbaikan administrasi perpajakan sendiri diharapkan dapat mendorong kepatuhan Wajib Pajak.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa tingkat kepatuhan Wajib Pajak dipengaruhi oleh bagaimana administrasi perpajakan dilakukan. (Rahman: 2009) Sistem administrasi perpajakan modern di PT. Pertamina melakukan reformasi perpajakan disegala aspek yang berkaitan dengan sektor pajak. Salah satu bentuk modernisasi pajak yaitu dengan adanya account representative (AR). Account representative adalah aparat pajak yang


(2)

bertanggung jawab dalam pelaksanaan pelayanan dan pengawasan secara langsung untuk sejumlah Wajib Pajak tertentu yang telah ditugaskan kepadanya.

Bagi Wajib Pajak, Account Representative berfungsi sebagai komunikator sekaligus sebagai wakil dari citra kantor pajak. Pada prinsipnya, seluruh Wajib Pajak akan memiliki Account Representative yang bertanggung jawab untuk memastikan bahwa wajib pajak memperoleh hak-haknya secara transparan sehingga Wajib Pajak patuh terhadap kewajibannya. Account Representative (AR) berkewajiban melaksanakan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan, melaksanakan bimbingan dan melaksanakan himbauan kepada Wajib Pajak (WP). Setiap Account Representative (AR) mempunyai beberapa Wajib Pajak (WP) yang harus diawasi. Penugasan pelayanan oleh Account Representative (AR) dilakukan berdasarkan jenis usaha sehingga meningkatkan profesionalisme dan meningkatkan produktivitas kerja karena pelaksanaan pekerjaan lebih terfokus.

D. Pengendalian Intern Administrasi Perpajakan pada PT Pertamina (Persero) MOR I Medan

Perusahaan menggunakan pengendalian internal untuk mengerahkan operasi perusahaan, melindungi berkas-berkas ataupun data, dan mencegah penyalahgunaan sistem perusahaan. PT Pertamina (Persero) MOR I Medan telah menerapkan prinsip-prinsip fungsi pengendalian intern yang baik dalam sistem administrasi perpajakan yaitu dengan di pimpin oleh manajer bidang perpajakan. Manajer bidang perpajakan bertanggung jawab atas semua kegiatan atau transaksi yang berhubungan dengan perpajakan perusahaan.


(3)

American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) 2005, mendefinisikan sebagai pengendalian intern meliputi struktur organisasi, semua cara dan alat-alat yang dikoordinasikan dan dipergunakan dalam perusahaan dengan tujuan untuk menjaga keamanan harta milik perusahaan, memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi, meningkatkan data efisiensi usaha dan menjaga agar kebijakan yang ditetapkan dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Berdasarkan tujuannya, pengendalian intern mencakup pengendalian akuntansi (accounting control) dan pengendalian administrasi (administrasion control). Pengendalian administrasi terdiri membuat laporan transaksi pajak dengan teliti dan tepat waktu, sesuai dengan peraturan yang berlaku, sehingga semua kewajiban pajak perusahaan dapat terlaksana dengan baik.

Sistem pengendalian intern berfungsi dengan baik, yaitu dalam menjaga keamanan harta perusahaan, ketelitian dan kebenaran informasi faktur pajak, meningkatkan efisiensi dan mematuhi kebijakan perusahaan, jika empat syarat berikut ini terpenuhi.

1. Adanya struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tetap.

2. Pemberian wewenang yang tepat dan prosedur verifikasi yang baik yang menunjang pengawasan administrasi terhadap faktur-faktur pajak.

3. Terselenggaranya praktik sehat dan melaksanakan fungsi masing-masing. 4. Karyawan dengan tingkat kecukupan memadai sesuai dengan tanggung


(4)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan uraian-uraian yang penulis sampaikan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis akan mencoba menarik kesimpulan dan mengajukan saran-saran yang akan bermanfaat dan berguna pada PT Pertamina (Persero) MOR I Medan di masa yang akan datang.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan dengan landasan teori yang berhubungan, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Manajemen risiko kepatuhan yang sudah diterapkan PT. Pertamina berjalan dengan efektif dan efisiensehingga kinerja dari pihak perusahaan tidak mempunyai kendala baik itu di dalam administrasi perpajakan karena sudah sesuai dengan peraturan-peraturan yang ditetapkan baik oleh perusahan maupun pemerintah.

2. Sistem Administrasi perpajakan di PT. Pertamina sudah memenuhi tanggung jawabnya sehingga verifikasi faktur pajak,laporan bulanan PPN, SPT tahunan PPH Pasal29, laporan PPH pasal 21 & pasal 23/26, laporan penjualan & pembelian sudah terlaksanakan dengan lancar dan memliki data yang akurat. 3. Sistem pengendalian intern di administrasi perpajakan pada PT. Pertamina

berfungsi dengan baik dalam menjaga keamanan harta perusahaan, ketelitian dan kebenaran informasi dari berkas-berkas ataupun faktur pajak, meningkatkan efisiensi dan mematuhi kebijakan perusahaan karena telah


(5)

memenuhi beberapa syarat yaitu mempunyai struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tetap, pemberian wewenang yang tepat dan prosedur verifikasi yang baik dalam pengawasan administrasi terhadap berkas berkas pajak dan terselenggaranya praktik kerja sehat dalam melaksanakan fungsinya masing-masing karena karyawan yang ada didalam perusahaan memiliki tingkat kecukupan yang memadai sesuai tanggung jawabnya.

B. Saran

Dari kesimpulan yang diperoleh, maka saran yang dapat disampaikan adalah penerapan manajemen risiko kepatuhan baik itu di dalam administrasi perpajakan pada PT. Pertamina sebaiknya dilakukan evaluasi lebih lanjut guna untuk mengantisipasi setiap risiko-risiko yang ada kedepannya karena adanya kebijakan-kebijakan baru yang mempengaruhi sistem penarapan manajemen risiko kepatuhan yang ada.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Djohanputro. 2008. Manajemen Risiko Korporat. Jakarta : PPM Manajemen. Djojosoedarso. 2003. Prinsip-prinsip Manajemen Risiko dan Asuransi. Edisi

Kedua. Jakarta : Salemba Empat.

Dorfman. 1998. Introduction To Risk Management And Insurance. Edisi Keenam. Upper Saddle River, N.J. : Prentice Hall.

Fahmi. 2010. Manajemen Risiko Teori, Kasus dan Solusi. Bandung : Alfabeta. Nosworthy. 2000. A Practical Risk Analysis Approach : Managing BCM Risk,

Computers & Security Vol. 19 no.4.

Siagian, Faira. 2001. Penerapan Model Manajemen Risiko pada Proyek Konstruksi Joint Venture di Indonesia Suatu Studi Kasus. Universitas Trisakti, Jakarta.