31
terhadap perusahaan. Dengan meningkatnya kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan, dimungkinkan pihak kreditur tertarik menanamkan dananya ke
perusahaan Weston dan Brigham, 1994, dalam Hesti, 2010. Variabel ukuran perusahaan diukur dengan logaritma natural Ln dari
total asset. Hal ini dikarenakan besarnya total asset masing-masing perusahaan berbeda bahkan mempunyai selisih yang besar, sehingga didapat menyebabkan
nilai yang ekstrim. Untuk menghindari adanya data yang tidak normal tersebut maka data total asset perlu di Ln kan.
Penggunaan total aktiva sebagai alat ukuran perusahaan didasarkan pada penelitian Hasan dan Bashir 2003, Nugraheni dan Hapsoro 2007, dan Arini
2009. Variabel ukuran perusahaan dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
������ ������ℎ��� = �� ����� ������ x 100 Total aktiva dipilih sebagai proksi ukuran perusahaan dengan
mempertimbangkan bahwa nilai aktiva relatif lebih stabil dibandingkan dengan nilai market capitalized dan penjualan Wuryatiningsih, 2002 dalam Hesti, 2010.
2.1.5.1. Klasifikasi Ukuran Perusahaan
Keputusan ketua Bapepam No. Kep. 11PM1997 menyebutkan perusahaan kecil dan menengah berdasarkan aktiva kekayaan adalah badan
hukum yang memiliki total aktiva tidak lebih dari seratus milyar, sedangkan perusahaan besar adalah badan hukum yang total aktivanya diatas seratus milyar.
Menurut UU No. 20 Tahun 2008 ukuran perusahaan diklasifikasikan ke dalam 4 kategori yaitu usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, dan usaha
32
besar. Pengklasifikasian ukuran perusahaan tersebut didasarkan pada total aset yang dimiliki dan total penjualan tahunan perusahaan tersebut.
UU No. 20 Tahun 2008 tersebut mendefinisikan usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, dan usaha besar sebagai berikut:
“Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan: Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan atau
badan usaha perorangan yang memiliki kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.
Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha
besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang- undang ini.
Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha
Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang- Undang ini.
Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar
dari Usaha Menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara atau swasta,
33
usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia”.
Adapun kriteria ukuran perusahaan yang diatur dalam UU No.20 tahun 2008 Pasal 6 adalah sebagai berikut:
Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut: memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 lima puluh juta
rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 tiga
ratus juta rupiah. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:
memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 lima puluh juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 lima ratus juta rupiah
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 tiga ratus
juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 dua milyar lima ratus juta rupiah.
Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut: memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 lima ratus juta rupiah
sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 sepuluh milyar rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan
tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 dua milyar lima ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 lima puluh milyar rupiah.
34
2.2. Tinjauan Peneliti Terdahulu
Penelitian mengenai pengaruh struktur modal dan good corporate governance terhadap kinerja keuangan dengan ukuran perusahaan sebagai
variabel moderating telah diteliti oleh peneliti sebelumnya dan menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Rincian mengenai peneliti terdahulu dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
NO Peneliti
dan Tahun Judul Penelitian
Variabel Hasil Penelitian
1. Nirajini,A
dan Priya,K B
2013 Impact of Capital
Structure on Financial Performance of the
Listed Trading Companies in Sri
Lanka
Variabel Independen:
Struktur modal
Variabel Dependen: Kinerja Keuangan
Struktur modal berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kinerja
keuangan
2. Robert
Oginda Siro 2013
Effect of Capital Structure on Financial
Performance of Firms Listed at The Nairobi
Securities Exchange Variabel Independen:
Struktur modal Variabel Dependen:
Kinerja keuangan Struktur modal dan
kinerja keuangan memiliki hubungan
yang terbalik
3. Do Xuan
Quang dan Wu Zhong
Xin 2013
The Impact of Ownership Structure
and Capital Structure on Financial
Performance of Vietnamese Firms
Variabel Independen: Struktur Kepemilikan
dan Struktur Modal Variabel Dependen:
Kinerja Keuangan Struktur modal
berpengaruh negatif dengan statistik yang
signifikan terhadap kinerja keuangan
4. Morita
2010 Pengaruh Struktur
Modal Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan Studi Kasus Pada
Perusahaan Makanan dan Minuman Yang
Terdaftar di BEJ Variabel Independen:
Struktur modal DER Variabel Dependen:
Kinerja Keuangan ROE
Struktur modal berpengaruh positif
terhadap kinerja keuangan
5. Rahmawati
2011 Pengaruh Current
Ratio, Inventory Variabel Independen:
Current Ratio, Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa