12
2.4 Total Zat Terlarut
Di dalam air minum total zat terlarut total dissolved solids pada umumnya disebabkan oleh adanya garam inorganik dan zat organik. Adanya
kontribusi ion karbonat, bikarbonat, klorida, sulfat, nitrat, natrium, kalium, kalsium, dan magnesium. Total zat terlarut dalam air akibat adanya kontak dengan
batuan dan tanah, dan polusi di daerah perkotaan juga memberikan kontribusi Gray, 2008; De Zuane, 1996.
Total zat terlarut dapat dihubungkan dengan kesadahan. Dimana total zat- zat terlarut dapat dihitung secara gravimetri dengan pengeringan dan pengukuran
residu dalam mgl. Metode lain dalam penentuan total zat terlarut yaitu dengan menggunakan konduktivitas Gray, 2008; De Zuane, 1996.
2.5 Total Zat Padat
Total zat padat yaitu semua zat padat total solids yang terdapat di dalam air minum yang dapat dihitung dengan penguapan dan pengeringan pada suhu 103
– 105 C. Total zat padat 500 mgl merupakan batas maksimal yang diinginkan
De Zuane, 1996.
2.6 Sumber-Sumber Air Yang Diolah Menjadi Air Minum 2.6.1 Air Hujan
Air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walaupun pada saat air jatuh ke bumi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung
mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung di atmosfer itu dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas
misalnya karbon dioksida, nitrogen dan amonia Chandra, 2006.
13
2.6.2 Air Permukaan
Air permukaan meliputi badan-badan air seperti sungai, danau, telaga, waduk, dan rawa. Sebagian besar air permukaan berasal dari air hujan yang jatuh
ke permukaan bumi Chandra, 2006.
2.6.3 Air Tanah
Air tanah berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi kemudian mengalami penyerapan ke dalam tanah dan proses filtrasi secara alami. Proses-
proses yang telah dialami air hujan membuat air tanah menjadi lebih baik dan lebih murni dibandingkan air permukaan. Sebelum mencapai lapisan tempat air
tanah, air hujan akan menembus beberapa lapisan tanah menyebabkan air mengandung zat-zat mineral dan menyebabkan terjadinya kesadahan pada air.
Zat-zat mineral tersebut antara lain kalsium, magnesium, besi, dan mangan Chandra, 2006.
2.7 Proses Pengolahan Air Minum 2.7.1 Klorinasi
Klorinasi dapat dilakukan dengan menggunakan gas klorin cair, larutan natrium hipoklorit atau butiran kalsium hipoklorit. Gas klorin cair dimasukkan ke
dalam tabung bertekanan. Gas dikeluarkan dari tabung dan ditakar ke dalam air menggunakan klorinator yang sekaligus dapat mengendalikan dan mengukur laju
alir gas WHO, 2004. Klorinasi digunakan terutama untuk desinfeksi mikroba. Namun, klorin juga
bertindak sebagai oksidan dan dapat menghilangkan beberapa zat kimia misalnya menguraikan pestisida yang mudah teroksidasi seperti oksidasi spesies terlarut
14 untuk membentuk produk tidak terlarut yang dapat disingkirkan melalui filtrasi
lanjut WHO, 2004.
2.7.2 Ozonasi
Ozon adalah oksidasi yang kuat dan banyak kegunaannya dalam pengolahan air, termasuk oksidasi zat kimia organik. Ozon dapat digunakan sebagai
desinfektan utama. Gas ozon O
3
dibentuk dengan melewatkan oksigen melalui medan listrik bertegangan tinggi. Hasil udara kaya ozon dialirkan langsung ke
dalam air dengan alat penghambur berpori pada dasar kolam penghubung. Pelarutan minimal 80 ozon akan tercapai, sementara sisanya dalam bentuk gas
akan keluar yang dialirkan menuju penghancur ozon dan keluar menuju atmosfer WHO, 2004.
2.7.3 Filtrasi
Zat partikulat dapat disingkirkan dari air mentah melalui filter gravitasi cepat, horizontal, bertekanan, dan filter pasir lambat. Filtrasi pasir lambat pada
dasarnya adalah proses biologis sedangkan lainnya adalah proses pengolahan fisik. Filter gravitasi cepat, horizontal, dan bertekanan dapat digunakan untuk
filtrasi langsung air mentah tanpa pengolahan awal WHO, 2004.
2.7.4 Aerasi
Proses aerasi didesain untuk mencapai pembuangan gas dan senyawa mudah menguap melalui penipisan udara. Penipisan udara dapat digunakan untuk
menyingkirkan materi organik mudah menguap beberapa senyawa penyebab bau dan rasa serta radon. Proses aerasi untuk mendapatkan penipisan udara harus
dilakukan dengan lebih teliti untuk memberikan kontak yang diperlukan antara udara dan air. Teknik paling umum adalah melalui aerasi bertingkat, biasanya
15 dalam tangki menara yang air nya dialirkan menuju semacam kincir air yang
digerakkan oleh tiupan udara WHO, 2004.
2.7.5 Koagulasi Kimiawi Pengolahan berbasis koagulasi merupakan metode paling umum digunakan
untuk mengolah air permukaan. Koagulan kimia biasanya garam aluminium atau besi dialirkan ke dalam air mentah dalam kondisi yang terkendali untuk
membentuk hidroksida logam flokulen padat. Flok akan mengikat kontaminan yang melayang dan terlarut melalui mekanisme netralisasi muatan, adsorpsi, dan
penangkapan. Efisiensi proses koagulasi bergantung pada mutu air mentah, koagulan yang digunakan, dan faktor operasional termasuk kondisi pencampuran,
dosis koagulasi, dan pH WHO, 2004.
2.7.6 Adsorpsi Karbon Teraktivasi
Karbon teraktivasi dihasilkan melalui termalisasi terkendali dari materi karbon terutama kayu, tempurung kelapa dan sayuran busuk. Aktivasi tersebut
menghasilkan materi berpori yang luas 500-1500 m
2
g dan afinitas yang tinggi terhadap senyawa organik. Karbon teraktivasi digunakan untuk menyingkirkan
pestisida dan zat kimia organik lain, senyawa berasa dan berbau, racun sianobakterial, dan karbon organik total WHO, 2004.
2.7.7 Penukaran Ion
Penukaran ion adalah proses ketika ion dengan muatan yang sama bertukar antara fase air dan fase resin padat. Pelunakan air dicapai melalui penukaran
kation. Air dialirkan melalui kolam resin kation, ion kalsium serta ion magnesium dalam air akan digantikan oleh ion natrium. Apabila resin penukar ion terpakai
16 habis maka resin akan dibentuk kembali dengan menggunakan larutan natrium
klorida WHO, 2004.
2.7.8 Proses Membran
Proses membran yang paling signifikan dalam pengolahan air adalah osmosis balik reverse osmosis, ultrafiltrasi, mikrofiltasi, dan nanofiltrasi. Proses
ini biasanya digunakan untuk menghasilkan air dalam aplikasi industri, farmasi dan sekarang digunakan untuk pengolahan air minum WHO, 2004.
Apabila dua larutan dipisahkan oleh membran semipermeabel, pelarut biasanya mengalir dari larutan berkonsentrasi rendah ke larutan berkonsentrasi
tinggi. Namun, pelarut dapat dipaksa mengalir ke arah yang berlawanan dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah dengan menaikkan tekanan pada larutan
berkonsentrasi tinggi. Selisih tekanan yang diperlukan disebut tekanan osmotik dan proses nya dikenal sebagai reverse osmosis WHO, 2004.
2.8 Kadar Kalsium Dan Magnesium Dalam Air Minum
Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan kandungan kalsium dan magnesium dalam air minum telah dilakukan oleh Pasaribu 2013, Florencia
2014, Zahra 2014, dan Hartanty 2015 dengan menggunakan metode spektrofotometri serapan atom. Sampel air minum yang diteliti adalah air minum
isi ulang AMIU, air minum dalam kemasan AMDK, air minum dari sumur bor, sumur galian dan PDAM Tirtanadi. Kadar kalsium dan magnesium yang
diperoleh dari sampel air minum secara spektrofotometri serapan atom dapat di lihat pada Tabel 2.2
17
Tabel 2.2 Kadar Kalsium dan Magnesium dalam Sampel
No Sampel
Kadar Mineral Sumber
Kalsium mgl
Magnesium mgl
1 AMIU Tanpa
Merek Teknik Filterisasi I
6,5113 ± 0,34 1,7817 ± 0,08
Pasaribu 2013
2 AMIU Tanpa
Merek Teknik Filterisasi II
14,3137 ± 0,24 3,1492 ± 0,14
3 AMIU Tanpa
Merek Teknik Filterisasi III
10,4956 ± 0,20 3,1408 ± 0,05
4 Aqua
40,8789 ± 0,28 14,7650 ± 0,11
Florencia 2014
5 Amoz
30,6852 ± 0,29 19,9454 ± 0,15
6 Air Minum Isi
Ulang I 11,6847 ± 0,09
6,9720 ± 0,07 7
Air Minum Isi Ulang II
25,6405 ± 0,20 12,9050 ± 0,08
8 Sumur Bor I
10,7070 3,6806
Zahra 2014
9 Sumur Bor II
7,9817 2,4456
10 Sumur Galian I
28,2705 3,8930
11 Sumur Galian II
25,4733 3,0278
12 PDAM Sibolangit
musim hujan 9,9015 ± 0,0338
7,1237 ± 0,1267 Hartanty
2015 13
PDAM Sibolangit musim kemarau
9,0872 ± 0,0642 6,3572 ± 0,0770
14 PDAM Sunggal
musim hujan 7,4037 ± 0,0461
4,6288 ± 0,0811 15
PDAM Sunggal musim kemarau
4,8441 ± 0,0109 2,6320 ± 0,0458
16 PDAM Deli Tua
musim hujan 8,8416 ± 0,4285
5,3615 ± 0,2212 17
PDAM Deli Tua musim kemarau
7,0511 ± 0,0313 4,2380 ± 0,0237
2.9 Dampak Negatif Air Minum Yang Rendah Mineral dan Demineral