Contoh dari definisi ini adalah yang dipaparkan oleh Imam Sarkhasi: “Gharar adalah sesuatu yang akibatnya tidak dapat diprediksi”. Dan ini adalah pendapat mayoritas
ulama fiqih. Dari ketiga terminologi inilah penulis dapat melihat bahwa gharar yang ada
pada produk bank khusunya produk Penyaluran dana, dapat diprediksikan bahwa produk tersebut mengandung unsur gharar ketidak jelasannya. Hal ini karena
didalam terminologi tersebut sudah mencakup seluruh permasalahan cabang yang dibahas oleh para fuqaha terkait dengan permasalahan gharar.
Bahkan menurut Ibn Taimiyah, gharar itu dilibatkan apabila seseorang tidak tahu apa yang tersimpan bagi dirinya pada akhir suatu kegiatan bisnis, dan konsep
gharar menurut Ibn Taimiyah terbagi dua kelompok
2
: 1. Kelompok pertama adalah unsur resiko yang mengandung keraguan,
probabilitas dan ketidak pastian secara dominan 2. Sedangkan kelompok kedua unsur meragukan yang dikaitkan dengan
penipuan atau kejahatan oleh salah satu pihak terhadap pihak lainnya.
B. Karakteristik Gharar
Terdapat 4 empat karakteristik dasar yang berkaitan erat dengan pembahasan gharar yaitu konsep game, zero sum-game, normal exchange konsep
pertukaran normal dan konsep resiko
3
.
2
Afzalur Rahman. Doktrin Ekonomi Islam. Dana Bakti Wakaf Yogyakarta: 1996, Jilid IV hal 162
a. Game
Yang dimaksud game adalah sebuah pertukaran yang melibatkan dua pihak untuk tujuan tertentu yang dalam terminologi fiqh lebih dikenal dengan mu’awadhah
bi qashd al-ribh transaksi pengganti dengan keuntungan. Contohnya adalah jika ada
seseorang yang ingin menjual tanah kemudian ada orang lain yang mempunyai uang kemudian terjadi jual-beli diantara keduanya maka pada transaksi tersebut adanya
pertukaran kekayaan dengan faedah keuntungan. Di satu sisi ada orang yang memperoleh keuntungan kekayaan dan satu sisi ada keuntungan mendapatkan
manfaat faedah dari tanah tersebut.
b. Zero Sum Game
Seperti susunan katanya, ”permainan dengan hasil bersih nol” adalah konsep permainan yang hanya menghasilkan output win-lose menang-kalah. Kemenangan
yang diperoleh satu pihak adalah secara terbalik kerugian bagi pihak lain. Hasil yang diperoleh satu pihak tidak akan naik tanpa mengurangi hasil pihak lain. Zero sum-
game adalah permainan dengan hasil pareto optimal. Tidak ada hasil yang
mengakomodasi kedua belah pihak, tidak ada kerjasama. Disinilah terletak adanya unsur gharar sifat dari kontrak berjangka yang zero-sum game pasti ada yang untung
disebabkan pasti ada yang rugi juga mendukung transaksi ini lebih mendekatkan transaksi menjadi maysir ketika transaksi pertukaran dari kontrak tersebut sangat
3
Hendro wibowo, Indentifikasi dan pengukuran gharar dalam transaksi ekonomi., http:sciencestudypeople.blogspot.com201001jual-beli-terlarang-karena-prosesnya. html_ kamis 28
Januari 2010
berubah-ubah volatile pertukarannya dan sulit untuk ditebak pergerakannya khususnya pada kontrak berjangka valuta asing. Keuntungan dan kerugian yang
bahkan bisa tidak terbatas jumlahnya membuat kontrak ini bisa berubah menjadi sekedar a game of chance perjudian yang jelas mendorong prilaku spekulatif.
Disamping itu terlihat juga bahwa memakan uang dari pihak lain mengimplikasikan ketidakseimbangan antara hak dan kewajiban setiap pihak.
c. Normal Exchange
Pertukaran barang dan jasa, akan mendapatkan keuntungan dan kepuasaan bagi kedua belah pihak. Dalam teori ekonomi mikro lebih dikenal dengan istilah
utility dan profit maximis . Hal ini dapat dicapai jika marginal utility kepuasaan
maksimum yang dirasakan konsumen lebih besar dibandingkan harga barang yang dibeli dan biaya marginal kurang dari harga barang yang dijual.
Berdasarkan asumsi diatas, jelas bahwa tujuan konsumen rasional dari kegiatan konsumsinya adalah memaksimumkan kepuasaan materiil saja. Berarti
seorang konsumen dalam mengkonsumsi barang atau jasa sehingga memperoleh kepuasaan selalu menggunakan kerangka rasionalitas bersifat duniawi. Dan dari
pandangan lain utiliti ekonomi bukanlah suatu sifat yang selalu muncul dari asal barang dikonsumsi, tetapi barang tersebut benar-benar diperlukan dan digunakan
serta dapat bermanfaat. Dimana menurut Islam pertukaran barang dan jasa dapat terjadi dalam teori
konsumsi tujuannya adalah untuk memperoleh maslahah terbesar, sehingga ia dapat
mencapai kemenangan dunia dan akhirat serta kesejahteraan jadi tidak hanya kepuasaan materiil saja. Dalam meningkatkan kesejahteraan dan kemasalahatan,
Imam Al-Ghazali mengelompokkan dan mengidentifikasikan semua masalah baik yang berupa masalih utilitas, manfaat maupun mafasid disutilitis, kerusakan
dalam meningkatkan kesejahteraan. Jadi utilitas individu dalam Islam sangat tergantung pada utility individu lainnya interpendent utility sehingga dapat
terbentuk kemaslahatan.
d. Risk Concept
Para ilmuwan ekonomi membedakan istilah ketidakpastian dan risiko. Menurut Knight 1921 risiko menguraikan situasi dimana kemungkinan dari suatu
peristiwa kejadian dapat diukur. Karenanya, risiko ini dapat diperkirakan setidaknya secara teoritis. Sementara
itu menggunakan kata risiko untuk segala sesuatu yang terjadi secara tidak pasti di masa depan. Ia membaginya dalam 2 kategori, yaitu:
a. Pasive risk, yaitu risiko yang terjadi di mana benar-benar tidak terdapat perkiraan dan perhitungan yang dapat dipakai. Jadi, hal ini benar-benar suatu
teka-teki yang sama sekali tidak diketahui jawabannya. Perkiraan atas risiko ini hanya mengandalkan keberuntungan game of chance, karenanya
seseorang hanya dapat bersifat pasif.
b. Responsive risk, yaitu risiko yang munculnya memiliki penjelasan kausalitas dan memiliki distribusi probabilitas. Risiko jenis ini, karenanya dapat
diperkirakan dengan menggunakan cara-cara tertentu. Memperkirakan risiko responsive
ini sering disebut pula game of skill, karena perkiraanya didasarkan atas skill tertentu.
C. Hukum Gharar