berhubungan dengan Performance, Information, Economy, Control, Efficiency dan Service atau sering disebut PIECES.
a. Performance kinerja, peningkatan terhadap kinerja hasil kerja sistem yang baru sehingga menjadi lebih efektif. Kinerja dapat
diukur dari throughput dan response time. Throughput adalah jumlah dari pekerjaan yang di dapat saat tertentu. Response time
adalah rata-rata waktu yang tertunda diantara dua transaksi atau pekerjaan di tambah dengan waktu response untuk menanggapi
pekerjaan tersebut. b. Information informasi, peningkatan terhadap informasi yang
disajikan. c. Economy ekonomis, peningkatan terhadap manfaat-manfaat atau
keuntungan-keuntungan atau penurunan-penurunan biaya yang terjadi.
d. Control pengendalian, peningkatan terhadap pengendalian untuk mendeteksi dan memperbaiki kesalahan-kesalahan serta
kecurangan-kecurangan yang ada dan akan terjadi. e. Efficency efisiensi, peningkatan terhadap efisiensi operasi.
Efisiensi berbeda dengan ekonomis. Bila ekonomis berhubungan dengan sumber daya yang digunakan sedangkan efisiensi
berhubungan dengan bagaimana sumber daya tersebut digunakan dengan pemborosan yang paling minimum.
f. Service pelayanan, peningkatan terhadap pelayanan yang diberikan oleh sistem.
2.2 Pengertian Sistem Perundang-Undangan
Menurut Davis 1985 Ladjamudin, 2005:3, sistem adalah bagian-bagian yang saling berkaitan yang beroperasi bersama untuk mencapai beberapa
sasaran atau maksud. Menurut Mc Leod Ladjamudin, 2005:3, sistem adalah sekelompok elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk
mencapai suatu tujuan. Dari beberapa pengertian diatas penulis dapat memahami bahwa Suatu sistem adalah seperangkat komponen, elemen,
unsure atau sub sistem dengan segala atributnya yang satu sama lain saling berkaitan, pengaruh mempengaruhi dan saling tergantung, sehingga
keseluruhannya merupakan suatu kesatuan yang terintegrasi serta mempunyai peranan atau tujuan tertentu.
Dari pengertian diatas, maka sistem peraturan perundang-undangan adalah satu kesatuan dari seluruh peraturan perundang-undangan yang satu sama lain
saling berhubungan dan merupakan sub-sub sistem yang terintergrasi dalam satu kesatuan yang bulat dan tidak bertentangan antara satu dengan yang
lainnya.
2.3 Hirarki Peraturan Perundang-Undangan
Mengenai tata urutan peraturan perundang-undangan diatur dalam UU No. 10 Tahun 2004 dan sekaligus merupakan koreksi terhadap pengaturan
hirarki peraturan perundang-undangan yang selama ini pernah berlaku yaitu TAP MPR No. XX Tahun 1966 dan TAP MPR No. III Tahun 2000.
Untuk lebih jelasnya Tata Urutan Peraturan Perundang-Undangan tersebut adalah :
1. TAP MPR No. XX Tahun 1966
1. UUD RI 1945 2. TAP MPR
3. UUPerpu 4. Peraturan Pemerintah
5. Keputusan Presiden 6. Peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya, seperti :
- Peraturan Menteri - Instruksi Menteri
- Dal lain-lainnya
2. TAP MPR No. III Tahun 2000
1. UUD RI 1945 2. TAP MPR RI
3. UU 4. Perpu
5. Peraturan Pemerintah
6. Keputusan Presiden 7. Peraturan Daerah
3. Undang-Undang No. 10 Tahun 2004
1. UUD RI 1945 2. UUPerpu
3. Peraturan Pemerintah 4. Peraturan Presiden
5. Peraturan Daerah a. Perda Provinsi dibuat DPRD Provinsi dengan Gubernur
b. Perda Kabupaten Kota dibuat oleh DPRD Kabupaten Kota bersama BupatiWalikota
c. Praturan Desa Peraturan yang setingkat dibuat oleh BPD atau nama lainnya bersama dengan Kepala Desa atau
nama lainnya. Dengan Undang-Undang No.10 Tahun 2004 ini, maka TAP MPR No.
XX Tahun 1966 dan TAP MPR No. III Tahun 2000 dicabut dan tidak berlaku lagi, karena tidak sesuai dengan prinsip demokrasi dan prinsip-prinsip Negara
hukum yang antara lain : 1. Soal Ketetapan MPRMPRS, karena Ketetapan MPRMPRS tidak tepat
dikategorikan sebagai peraturan perundang-undangan. 2. Soal Perpu, karena kedudukannya dibawah Undang-Undang, menurut
TAP MPR No. III Tahun 2000, soal ini tidak tepat dan menempatkan