Hirarki Peraturan Perundang-Undangan LANDASAN TEORI

kedudukannya sama dengan Undang-Undang dalam UU No. 10 Tahun 2004. 3. Keputusan Menteri yang diatur dalam TAP MPRS No. XX Tahun 1966. Keputusan Menteri tersebut tidak mempunyai dasar yuridis. 4. Kata “ dan lain-lain “ yang tersebut dalam dalam TAP MPRS No. XX Tahun 1966 sempat membingungkan karena dapat menimbulkan berbagai penafsiran. 5. Soal “ Instruksi “ yang dimasukkan dalam golongan peraturan perundang- undangan adalah soal yang tidak tepat. 6. Menempatkan UUD 1945 sebagai peraturan perundang-undangan adalah suatu hal yang tidak tepat, karena UUD 1945 merupakan norma dasar atau kaidah-kaidah dasar bagi pengaturan Negara dan merupakan landasan filosofis dari Negara yang memuat aturan-aturan pokok Negara, sedangkan yang dimaksud dengan peraturan perundang-undangan adaalah dimulai dari Undang-Undang ke bawah sampai dengan Perda yang merupakan peraturan-peraturan pelaksanaan.

2.4 Sistem Temu Kembali Informasi Informtion Retrieval

Information retrieval system adalah sistem yang mampu melakukan penyimpanan, pengambilan informasi dan pemeliharaan informasi Gerald J.Kowalski, 2002. Informasi dalam konteks ini bisa berupa teks yang berisi data dan numerik, gambar, audio, video dan objek multimedia lainnya. Sistem temu kembali informasi pada prinsipnya adalah suatu sistem yang sederhana. Misalkan ada sebuah kumpulan dokumen dan seorang user yang menformulasikan sebuah pertanyaan request or query. Jawaban dari pertanyaan tersebut adalah sekumpulan dokumen yang relevan dan membuang dokumen yang tidak relevan. Secara matematis hal tersebut dapat dituliskan sebagai berikut : Q D ⎯ ⎯ → ⎯ n 2 dimana Q = pertanyaan queri, D = dokumen, n = jumlah dokumen, 2 n = jumlah kemungkinan himpunan bagian dari dokumen yang ditemukan. Sistem temu-kembali akan mengambil salah satu dari kemungkinan tersebut. Information retreival saat ini dijadikan sebuah alternatif untuk penyimpanan dan pencarian dokumen. Berbeda dengan Database Management SystemDBMS, information retrieval ditujukan kepada dokumen yang bersifat tidak mempunyai struktur yang baik, seperti data perudang-undangan maupun koleksi literature. Karena itu information retreival ditunjukan untuk kepentingan penyimpanan dan temu kembali dokumen yang ada dalam perpustakaan. Information retreival mempunyai dua proses utama dalam pengoperasianya, yaitu proses pembuatan indeks dan proses pemberian peringkat. Pada awalnya proses information retrieval dikembangkan dengan metode dasar atau algoritma Boolean: AND,OR dan NOT. Namun,metode dasar boolean ini memiliki beberapa kelemahan,yaitu : dokumen yang didapat melalui pencarian dengan metode Boolean,tidak dapat memperkirakan dokumen mana yang paling dekat atau mirip dengan pencarian yang dilakukan oleh user. Hal ini melandasi berkembangnya metode baru untuk information retrieval, dimana information retrieval membuat suatu sistem peringkat untuk hasil yang akan ditampilkan kepada user dan lebih memperluas hasil pencarian dibandingkan hasil pencarian dengan metode boolean dasar. Proses pembuatan indeks dalam information retreival ini menggunakan metode inverted file. Adapun konsep dari inverted file adalah sebagai berikut, asumsikan pada setiap dokumen diberi daftar keyword atau atribut dengan bobot relevansi opsional yang terkait dengan setiap kata kunci. Kemudian diurutkan keyword tersebut, dengan setiap keyword memiliki link ke dokumen yang berisi keyword tersebut. Ini adalah jenis teknik indexing yang ditemukan di sebagian besar sistem perpustakaan komersial. Penggunaan inverted file ini meningkatkan efesiensi beberapa kali lipat. Sistem temu-kembali informasi pada dasarnya dibagi dalam dua komponen utama yaitu sistem pengindeksan indexing yang menghasilkan basis data sistem dan temukembali yang merupakan gabungan dari user interface dan look-up-table. Pada bagian selanjutnya akan dijelaskan berbagai macam sistem pengindeksan dan teknik-teknik temu-kembali informasi yang telah dikembangkan.