2.2.3.3. Teori Pertumbuhan Ekonomi a.
Teori Pertumbuhan Adam Smith
Adam Smith membagi tahapan pertumbuhan ekonomi menjadi lima tahap yang berurutan, yaitu dimulai dari masa perburuan, beternak, bercocok tanam,
perdagangan dan tahap perindustrian. Menurut teori ini, masyarakat akan bergerak dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern yang kapitalis. Dalam
prosesnya, pertumbuhan ekonomi akan semakin terpacu dengan adanya system pembagian kerja antarpelaku ekonomi.
Proses pertumbuhan ekonomi sebagai suatu fungsi tujuan pada akhirnya harus tunduk terhadap fungsi kendala yaitu keterbatasan sumber daya ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi akan mulai mengalami perlambatan jika daya dukung alam tidak mampu lagi mengimbangi aktivitas ekonomi yang ada.
Mengenai Teori Pertumbuhan Adam Smith ini adalah pembagian kelompok masyarakat yang secara eksplisit dapat menabung dan tidak dapat
menabung hanya didasarkan pada jenis usaha yang digelutinya. Kuncoro, 2006 : 46-48 .
b. Teori Pertumbuhan Schumpeter
Teori ini menekankan tentang pentingnya peranan pengusaha didalam menciptakan pertumbuhan ekonomi. Dalam teori itu ditunjukkan bahwa para
pengusaha merupakan golongan yang akan terus membuat pembaharuan atau inovasi dalam kegiatan ekonomi. Inovasi tersebut meliputi: memperkenalkan
barang-barang baru, mempertinggi efisiensi dalam memproduksi barang-barang baru, memperluas pasar suatu barang kepasaran yang baru, mengembangkan
sumber bahan mentah yang baru dan mengadakan perubahan-perubahan dalam organisasi perusahaan dengan tujuan mempertinggi efisiensinya.
Didalam mengemukakan Schumpeter memulai analisisnya dengan memisalkan bahwa perekonomian sedang dalam keadaan tidak berkembang. Pada
waktu keadaan tersebut berlaku segolongan pengusaha menyadari tentang berbagai kemungkinan untuk mengadakan inovasi yang menguntungkan, dimana
mereka akan meminjam modal dan melakukan penanaman modal. Maka pendapatan masyarakat bertambah dan tingkat konsumsi menjadi bertambah
tinggi. Kenaikan tersebut akan mendorong perusahaan-perusahaan lain untuk menghasilkan lebih banyak barang dan melakukan penanaman modal baru.
Menurut Schumpeter semakin tinggi tingkat kemajuan suatu perekonomian maka semakin terbatas kemungkinan untuk mengadakan inovasi.
Maka pertumbuhan ekonomi akan menjadi bertambah lambat jalannya. Yang pada akhirnya nanti akan tercapai tingkat keadaan tidak berimbang atau
“stationary state”. Sukirno, 2004 : 434.
c. Teori Pertumbuhan Harrod - Domar
Teori Harrod-Domar bertujuan untuk menerangkan syarat yang harus dipenuhi supaya suatu perekonomian dapat mencapai pertumbuhan yang teguh
atau steady growth dalam jangka panjang.
Dalam analisisnya Harrod-Domar menunjukkan bahwa walaupun pada suatu tahun tertentu barang-barang modal sudah mencapai kapasitas penuh,
pengeluaran agregat dalam tahun itu akan menyebabkan kapasitas barang modal menjadi semakin tinggi pada tahun berikutnya. Dengan perkataan lain, investasi
yang berlaku dalam tahun tersebut akan menambah kapasitas barang modal untuk mengeluarkan barang dan jasa pada tahun berikutnya.
Dalam teori Harrod-Domar tidak diperhatikan syarat untuk mencapai kapasitas penuh apabila ekonomi terdiri dari tiga atau empat sektor. Walau
bagaimanapun berdasarkan teorinya diatas dengan mudah dapat disimpulkan hal yang perlu berlaku apabila pengeluaran meliputi komponen lebih banyak, yaitu
meliputi pengeluaran pemerintah dan ekspor. Sukirno, 2004 : 435-436. 2.2.3.4 Pengukuran Pertumbuhan Ekonomi
Untuk menentukan Pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu Negara, dihitung berdasarkan laju perubahan Pendapatan Nasional riil per tahun dalam
persentase atau besarnya pertambahan riil Pendapatan Nasional riil tahun t sekarang dari tahun t-
1
sebelumnya, kemudian dikalikan 100 atau dengan menggunakan rumus persamaan sebagai berikut :
Gt = PNRt − PNRt-
1
PNRt-
1
Dimana : Gt
= Pertumbuhan ekonomi tahun t PNRt
= Pendapatan Nasional riil tahun t
PNRt-
1
= Pendapatan Nasional riil tahun t-1
2.2.4. Kurs Valuta Asing 2.2.4.1. Pengertian Kurs Valuta Asing
Valuta asing atau foreign exchange atau foreign currency dapat diartikan sebagai mata uang asing dan alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk
melakukan atau membiayai transaksi ekonomi dan keuangan internasional dan biasanya mempunyai catatan kurs resmi pada Bank Sentral atau Bank Indonesia.
Hady, 2001 : 24 Mata uang yang sering digunakan sebagai alat pembayaran dan kesatuan
hitung dalam transaksi ekonomi dan keuangan internasional disebut hard currency, yaitu mata uang yang nilainya relatif stabil dan kadang-kadang
mengalami apresiasi atau kenaikan nilai terhadap mata uang lainnya. Hard currency pada umumnya berasal dari negara-negara industri maju. Sedangkan soft
currency dalah mata uang lemah yang jarang digunakan sebagai alat pembayaran dan kesatuan hitung karena nilainya relatif tidak stabil dan sering mengalami
depresiasi atau penurunan nilai terhadap mata uang lainnya. Soft currency pada umumnya berasal dari negara-negara yang sedang berkembang. Hady, 2001 : 24
Kurs valuta asing atau kurs mata uang asing menunjukkan harga atau nilai mata uang suatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain. Kurs valuta
asing dapat didefinisikan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu
banyaknya rupiah yang dibutuhkan, untuk memperoleh satu unit mata uang asing. Sukirno, 2004 : 392
2.2.4.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kurs Valuta Asing
Perubahan dalam permintaan dan penawaran suatu valas, yang selanjutnya menyebabkan perubahan dalam kurs valuta, disebabkan oleh faktor-faktor sebagai
berikut : a.
Perubahan dalam citarasa masyarakat Citarasa masyarakat mempengaruhi corak konsumsi mereka. Maka
perubahan citarasa masyarakat akan mengubah corak konsumsi mereka atas barang-barang yang diproduksikan di dalam negeri maupun yang diimpor.
Perbaikan kualitas barang-barang dalam negeri menyebabkan keinginan mengimpor berkurang dan ia dapat pula menaikkan ekspor. Sedangkan perbaikan
kualitas barang-barang impor menyebabkan keinginan masyarakat untuk mengimpor bertambah besar. Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi
permintaan dan penawaran valuta asing. Sukirno, 2004 : 402 b.
Perubahan harga barang ekspor dan impor Harga suatu barang merupakan salah satu faktor penting yang menentukan
apakah suatu barang akan diimpor atau diekspor. Barang-barang dalam negeri yang dapat dijual dengan harga yang relatif murah akan menaikkan ekspor dan
apabila harganya naik maka ekspornya akan berkurang, pengurangan harga barang impor akan menambah jumlah impor, dan sebaliknya, kenaikan harga
barang impor akan mengurangi jumlah impor. Dengan demikian perubahan harga- harga barang ekspor dan impor akan menyebabkan perubahan dalam penawaran
dan permintaan atas mata uang negara tersebut. Sukirno, 2004 : 402 c.
Kenaikan harga umum inflasi Infalasi sangat besar pengaruhnya terhadap kurs pertukaran valuta asing.
Inflasi yang berlaku pada umumnya cenderung untuk menurunkan nilai suatu valuta asing. Kecenderungan seperti ini disebabkan efek inflasi yang : 1. Inflasi
menyebabkan harga-harga di dalam negeri lebih mahal dari harga-harga di luar negeri dan oleh sebab itu infalasi berkecenderungan menambah impor. Dan
keadaan ini menyebabkan permintaan atas valuta asing bertambah, 2. Inflasi menyebabkan barang-barang ekspor menjadi lebih mahal, oleh karena itu inflasi
berkecenderungan mengurangi ekspor. Dan keadaan ini menyebabkan penawaran atas valuta asing berkurang, maka harga valuta asing akan bertambah yang berarti
harga mata uang negara yang mengalami inflasi merosot. Sukirno, 2004 : 402. d.
Perubahan suku bunga atau tingkat pengembalian investasi Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi sangat penting peranannya
dalam mempengaruhi aliran modal. Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang rendah cenderung akan menyebabkan modal dalam negeri
mengalir ke luar negeri. Sedangkan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang tinggi cenderung akan menyebabkan modal luar negeri masuk ke
negara itu. Apabila lebih banyak mengalir ke suatu negara, permintaan atas mata
uangnya bertambah, maka nilai mata uang tersebut bertambah. Nilai mata uang suatu negara akan merosot apabila lebih banyak modal negara dialirkan ke luar
negeri karena suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang lebih tinggi di negara-negara lain. Sukirno, 2004 : 402
e. Pertumbuhan ekonomi.
Efek yang akan diakibatkan oleh suatu kemajuan ekonomi kepada nilai mata uangnya tergantung pada corak pertumbuhan ekonomi yang berlaku.
Apabila kemajuan ini terutama diakibatkan oleh perkembangan ekspor, maka permintaan atas mata uang negara itu bertambah lebih cepat dari penawarannya
dan oleh karenanya nilai mata uang negara itu naik. Sebaliknya, apabila kemajuan tersebut menyebabkan impor bertambah dari permintaannya dan oleh karenanya
nilai mata uang negara tersebut akan merosot. Sukirno, 2004 : 403.
2.2.4.3. Sistem Penetapan Kurs Valuta Asing
Sistem penetapan kurs valuta asing terdiri dari : a
Sistem Kurs Tetap Fixed Exchange Rate Sistem kurs tetap, baik yang disetarakan oleh suatu lembaga keuangan
internasional IMF maupun oleh masing-masing negara sesuai dengan kemampuan ekonominya biasanya berdasarkan nilai dari hard currency adalah
sistem kurs yang mematok nilai kurs mata uang asing terhadap mata uang negara
yang bersangkutan dengan nilai tertentu yang selalu sama dalam periode tertentu. Putong, 2003 : 278
b Sistem Kurs Mengambang Floating Exchange Rate
Sistem kurs ini menentukan bahwa nilai mata uang suatu negara ditentukan oleh kekuatan permintaaan dan penawaran pada pasar uang resmi. Sistem ini
dibagi menjadi dua macam yaitu, clean float mengambang murni, merupakan penentuan nilai kurs tanpa adanya campur tangan pemerintah dan dirty float
mengambang terkendali, merupakan penentuan nilai kurs dengan adanya campur tangan pemerintah secara langsung melalui pasar uang maupun tidak
langsung melalui himbauan dan semacamnya. c
Sistem Kurs Terkait Pegged Exchange Rate Penentuan nilai kurs dalam sistem ini dikaitkan dengan nilai mata uang negara
lain, atau sejumlah mata uang tertentu yang mana menggunakan nilai kurs tengah mata uang tertentu yang mensyaratkan lebih atau kurang dari kurs tengah sebesar
2,5. Putong, 2003 : 278
2.2.5 Produksi 2.2.5.1 Pengertian Produksi
Produksi dapat diartikan sebagai cara, metode, dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan
menggunakan sumber-sumber tenaga kerja, mesin, bahan-bahan dan dana
yang ada. Suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan input menjadi keluaran output. Assauri, 1993 : 11 .
2.2.5.2. Sistem Produksi Menurut Assauri, 1993 : 28 . Yang dimaksud system produksi
adalah suatu keterkaitan unsur-unsur yang berbeda secara terpadu, menyatu
dan menyeluruh dalam pentrasformasian masukan menjadi keluaran.
Sistem produksi yang sering dipergunakan dapat dibedakan atas dua macam, yaitu :
a. Sistem seri, dimana dua atau lebih merupakan system satu system yang
lebih besar b.
Sistem pararel, dimana perusahaan memproduksi barang-barang yang serupa di beberapa pabrik dengan lokasi yang berbeda tetapi saat
pengerjaan yang sama, sehingga dapat berproduksi dengan jumlah yang lebih besar.
2.2.5.3. Proses Produksi Menurut Assauri, 1993 : 28 . Proses produksi dapat dibedakan atas
tiga jenis, yaitu :
1. Proses produksi yang terus-menerus
Continuous Processes
Dimana peralatan produksi yang digunakan disusun dan diatur dengan memperhatikan urt-urutan kegiatan atau routing dalam menghasilkan
produk tersebut, serta arus bahan dalam proses telah distandarisir.
2. Proses produksi yang terputus-putus
Intermittent Processes
Dimana kegiatan produksi dilakukan tidak standart, tetapi didasarkan pada produk yang dikerjakan sehingga peralatan produksi yang digunakan
disusun dan diatur dapat bersifat luwes flexible untuk dapat dipergunakan untuk menghasilkan produk dan berbagai ukuran.
3. Proses produksi yang bersifat proyek
Dimana kegiatan produksi yang dilakukan pada tempat dan waktu yang berbeda-beda, sehingga peralatan produksi yang digunakan ditempatkan
ditempat atau lokasi dimana proyek tersebut dilaksanakan dan pada saat yang direncanakan.
2.2.5.4. Jenis Proses Produksi 1.
Proses produksi yang terus-menerus Continuous Processes
Biasanya produk yang dihasilkan dalam jumlah besar produksi massa
dengan variasi yang sangat kecil dan susah distandartisasi
Apabila terjadi salah satu alat mesin terhenti atau rusak maka seluruh proses produksi akan terhenti
Persediaan bahan mentah dan bahan dalam proses adalah lebih rendah
dari intermittent process
Oleh karena mesin-mesin bersifat khusus dan variasi dari produksinya kecil maka job strukturnya sedikit dan jumlah tenaga kerjanya tidak
perlu banyak
2. Proses produksi yang terputus-putus
Intermittent Processes
Biasanya produk yang dihasilkan dalam jumlah yang sangat kecil
dengan variasi yang sangat besar berbeda dan didasarkan atas pesanan
Proses produksi yang tidak mudah terhenti walaupun terjadi kerusakan atau peralatan
Persediaan bahan mentah biasanya tinggi, karena tidak dapat ditentukan
pesanan apa yang akan dipesan oleh pembeli dan juga persediaan bahan dalam prosesnya lebih tinggi dari continuous process, karena prosesnya
terputus-putus.
2.2.6. Tenaga Kerja 2.2.6.1. Pengertian Penduduk
Definisi penduduk menurut Anonim, 1997 : 11 , adalah sejumlah orang yang mendiami suatu tempat atau wilayah tertentu. Dalam hal ini
penduduk adalah manusia yaitu yang memgang peranan penting dalam
kegiatan ekonomi karena penduduk merupakan tenaga kerja, tenaga ahli, pimpinan perusahaan dan tenaga usahawan. Berikut ini beberapa factor yang
mempengaruhi factor penduduk dalam pembangunan, yaitu :
1. Jumlah penduduk
Jumlah penduduk yang samgat besar, apabila dapat dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang efektif akan merupakan modal pembangunan yang
besar dan sangat menguntungkan bagi usaha pembangunan di segala bidang. Jika tidak demikian, maka akan timbul pengangguran dan problem social yang
dapat melemahkan ketahanan social.
2. Komposisi Penduduk
Komposisi penduduk adalah susunan penduduk berdasarkan suatu pendekatan tertentu. Masalah-masalah yang muncul dari komposisi penduduk yang tidak
seimbang jika tidak teratasi maka akan timbul kegoncangan social.
3. Persebaran penduduk
Persebaran penduduk yang ideal adalah persebaran yang sekaligus dapat memenuhi persyaratan kesejahteraan dan keamanan yaitu persebaran dan
proporsional.
4. Kualitas Penduduk
Faktor yang mempengaruhi kualitas penduduk ialah factor fisik meliputi kesehatan gizi dan kebugaran sedangkan factor non fisik meliputi mentalitas
dan intelektualitas.
Jadi, penduduk adalah sejumlah orang yang mendiami suatu tempat atau wilayah tertentu. Dalam hal ini manusia yaitu yang memegang peranan
penting dalam kegiatan ekonomi. Anonim, 1997 : 11 ,
2.2.5.2. Pengertian Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah semua orang yang bersedia untuk sanggp bekerja. Pengertian tenaga kerja ini meliputi mereka yang bekerja untuk diri sendiri
ataupun untuk anggota keluarga yang tidak menerima bayaran berupa upah ataupun mereka yang bersedia dan mampu untuk bekerja, dalam arti mereka
menganggur dengan terpaksa karena tidak ada kesempatan kerja. Sumarsono, 2003 : 5.
Tenaga kerja man power adalah penduduk dalam usia kerja 16-64 tahun atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu Negara yang dapat
memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga kerja mereka dan mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut. Subri,
2003:57. Tenaga kerja adalah mencakup penduduk yang sudah atau sedang
bekerja, sedang mencari pekerjaan dan melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Tiga golongan yang disebut terakhir
pencari kerja, bersekolah dan mengurus rumah tangga walaupun sedang
tidak bekerja, mereka dianggap fisik mampu dan sewaktu-waktu dapat ikut bekerja. Simanjuntak, 2001 : 2 .
Dengan demikian dalam konteks ketenagakerjaan, penduduk dipilah-
pilah menurut angkatan kerja yaitu sebagai berikut :
Gambar 1 : Komposisi Penduduk, Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja
Tenaga Kerja berusia
≥ 10 tahun Angkatan Kerja :
• Pekerja • Pengangguran
Bukan Tenaga Kerja berusia 10 tahun
Bukan Angkatan Kerja : • Pelajar
• Pengurus rumah tangga • Penerima pendapatan lain
Penduduk
Sumber : Dumairy, 1997. Perekonomian Indonesia, Penerbit Erlangga, Jakarta, hal 75.
Keterangan :
Gambar 1 diatas menunjukkan bahwa tenaga kerja man power dipilah menjadi dua kelompok, yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan
kerja. Angkatan kerja dibedakan pula menjadi dua sebab, yaitu :
1. Pekerja adalah orang-orang yang mempunyai pekerjaan dan memang
sedang bekerja, serta orang-orang yang mempunyai pekerjaan namun untuk sementara waktu kebetulan sedang tidak bekerja
2. Pengangguran adalah orang yang tidak mempunyai pekerjaan,
lengkapnya orang yang tidak bekerja dan masih atau sedang mencari pekerjaan.
Sedangkan tenaga kerja yang bukan angkatan kerja dibedakan menjadi beberapa kelompok, yaitu penduduk dalam usia kerja yang sedang bersekolah,
mengurus rumah tangga tanpa mendapat upah, serta penerimaan pendapatan
lain. Dumairy, 1997 : 75 . Tenaga Kerja = Angkatan Kerja + Bukan Angkatan Kerja
2.2.6.3. Pengertian Angkatan Kerja Menurut Dumairy, 1997: 75 . ngkatan kerja adalah bagian penduduk
yang mampu dan bersedia melakukan pekerjaan. Kata “mampu” disini
menunjukkan kepada tiga hal, yaitu : a.
Mampu fisik, yaitu sudah cukup umur, jasmani, sudah cukup kuat dan tidak mempunyai cacat mental.
b. Mampu mental, yaitu mempunyai mental yang sehat dan tidak memiliki
kelainan untuk melakukan pekerjaan normal.
c. Mampu Yuridis, yaitu tidak kehilangan kebebasan dan bersedia untuk
memiliki dan melakukan pekerjaan. Kata “bersedia” berarti orang yang bersangkutan dapat secara aktif mampu dan pasif atas kemauannya sendiri
mencari pekerjaan. Menurut Irawan dan Suparmoko1999 : 67, angkatan kerja adalah
penduduk yang bekerja dan penduduk yang belum bekerja, namun siap untuk bekerja atau sedang mencari pekerjaan pada tingkat upah yang berlaku.
Sedangkan penduduk yang bekerja adalah mereka yang melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa untuk memperoleh penghasilan, baik
bekerja penuh maupun tidak bekerja penuh. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa angkatan
kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja atau mempunyai pekerjaan, namun untuk sementara sedang tidak mencari
pekerjaan.
2.2.6.4. Pengertian Bukan Angkatan Kerja Menurut Dumairy 1997 : 75. Bukan Angkatan kerja adalah tenaga
kerja atau penduduk dalam usia yang tidak bekerja, tidak mempunyai
pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan. Menurut Soemarsono 2003 : 116. Bukan Angkatan kerja adalah
bagian dari tenaga kerja yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan.
Kelompok ini merupakan bagian dari tenag kerja yang sebenarnya tidak terlibat, tidak berusaha terlibat dalam kegiatan produktif, yaitu
memproduksi barang dan jasa. Terdiri dari :
1. Golongan yang bersekolah, yaitu mereka yang kegiatanya hanya sekolah
2. Golongan yang mengurus rumah tangga, yaitu mereka yang mengurus
rumah tangga tanpa memperoleh upah
3. Golongan yang menerima pendapatan, yaitu mereka yang tidak
melakukan suatu kegiatan ekonomi, tapi memperoleh pendapatan seperti tunjangan pension, lanjut usia, cacat. Simanjuntak, 2001 : 6 .
2.2.6.5. Permintaan Tenaga Kerja
Permintaan tenaga kerja adalah kebutuhan yang sudah didasarkan atas kesediaan membayarkan upah tertentu sebagai imbalan pemberian kerja
bermaksud menggunakan atau meminta sekian orang karyawan dengan kesediaan membayar upah sekian rupiah setiap waktu. Jadi, dalam permintaan
ini sudah ikut dipertimbangkan tinggi rendahnya upah yang berlaku dalam masyarakat atau yang dibayarkan kepada tenaga kerja yang bersangkutan.
Suroto, 1992 : 21.
Suatu perusahaan dalam membeli atau menggunakan tenaga kerja tidak dapat menentukan tingkat upah tenaga kerja, melainkan hanya akan
mengikuti upah, pada umumnya yang berlaku di pasar tenaga kerja. Misalnya
tingkat upah tenaga kerja itu setinggi W, maka jumlah tenaga kerja yang akan digunakan oleh perusahaan agar jumlah laba yang didapatnya maksimum
adalan sebanyak N, yaitu ditentukan oleh perpotongan antara kurva VMPN dan kurva w W. Jumlah tenaga kerja yang digunakan tidak sebanyak N
1
, karena N
1
terlihat bahwa tingkat upah merupakan biaya atau pengorbanan yang harus dibayar oleh perusahaan lebih tinggi daripada manfaat dalam
bentuk nilai produksi yang disumbangkan terakhir. Dengan demikian hal ini tidak menguntungkan bagi perusahaan.
Sebaliknya bila jumlah tenaga kerja yang dipakai hanya sebanyak N
2
, ini berarti bahwa nilai produksi marginal lebih tinggi daripada tingkat upah yang
harus dibayar perusahaan, artinya perusahaan mendapat manfaat yang lebih tinggi daripada korban yang harus dipikulnya dengan sendirinya perusahaan
akan terdorong untuk menambah tenaga kerja lebih banyak lagi. Kedudukan keseimbangan tercapai pada posisi jumlah tenaga kerja N
Gambar 2 : Kurva Permintaan Tenaga Kerja
W
w W
VMPN
N N
N1
Sumber : Suparmoko. M, 2000, Pengantar Ekonomika Makro, Penerbit BPFE, UGM, yokyakarta, hal 161
2.2.6.6. Penawaran Tenaga Kerja
Persediaan tenaga kerja adalah istilah yang biasanya juga belum dihubungkan dengan factor upah. Sedangkan dalam istilah penawaran tenaga
kerja sudah ikut dipertimbangkan factor upahnya. Dalam hal ini pencari kerja bersedia menerima pekerjaan itu atau menawarkan tenaganya apabila
kepadanya diberikan upah sekian rupiah setiap waktu. Misalnya dengan menggunakan teknologi tertentu, seseorang
pengusaha mungkin membutuhkan 500 orang tenaga kerjanya. Akan tepai karena upah yang dituntut terlalu tinggi, mungkin ia hanya mampu
mempekerjakan atau meminta 400 orang saja, sedangkan yang lainnya ditunda dahulu atau dibatalkan, karena kebutuhan tenaga kerja merupakan permintaan
potensial. Dari uraian diatas menjadi jelas, bahwa persediaan tenaga kerja merupakan penawaran potensial Suroto, 1992 : 22 .
Penawaran tenaga kerja yang datangnya dari pemilik tenaga atau katakanlah buruh. Mereka ini mencari pekerjaan untuk mendapatkan
penghasilan dengan cara menjual tenaga mereka atau pada saat mereka mencari pekerjaan dikatakan bahwa mereka menawarkan tenaga kerja mereka.
Pada saat tingkat upah tinggi, akan sedikit jumlah tenaga kerja yang ditawarkan, sedangkan pada tingkat upah rendah, akan banyak tenaga kerja
yang ditawarkan. Pada tingkat upah W
1
, jumlah tenaga kerja yang ditawarkan lebih banyak yaitu sebanyak N
2
. Pada tingkat upah W
2
, jumlah tenaga kerja yang ditawarkan lebih sedikit yaitu sebanyak N
Gambar 3 : Kurva Penawaran Tenaga Kerja
W NS
W 2
W
1
N1 N2
N
Sumber : Suparmoko. M, 2000, Pengantar Ekonomika Makro, Penerbit BPFE, UGM, Yokyakarta, hal 163.
2.2.7. Pengertian Investasi
Kata investasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu “Investment”, apabila dalam bahasa Indonesia investasi adalah “penanaman modal” investasi
adalah suatu kegiatan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu kegiatan usaha, karena ini sangat dibutuhkan sebagai faktor penunjang di
dalam memperlancar proses produksi. Menurut pendapat Prof. Robinson yang dikutip oleh Suherman Rosyidi
dalam bukunya yang berjudul Pengantar Teori Ekonomi mengatakan bahwa investasi itu penambahan barang-barang modal baru, sedangkan membeli
selembar kertas saham bukanlah investasi Rosyidi, 1994: 158. Investasi adalah pengeluaran yang ditunjukkan untuk meningkatkan
atau mmpertahankan stok barang modal. Stok barang modal terdiri dari pabrik mesin dan produk-produk tahan lama yang digunakan dalam proses
produksi. Dornbusch dan Fischer, 1995: 46. Menurut Sukirno 2001: 107, investasi diartikan sebagai pengeluaran
atau pembelanjaan penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk
menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian. Dalam prakteknya, suatu usaha untuk
mencatat nilai penanaman modal yang dilakukan dalam suatu tahun tertentu,
yang digolongkan sebagai investor atau pembentukan modal atau penanaman modal, meliputi pengeluaran atau pembelanjaan sebagai berikut:
a. Pembelian berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan peralatan
produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan.
b. Pembelanjaan untuk membangun rumah tempat tinggal, bangunan kantor,
bangunan pabrik, dan bangunan-bangunan lainnya. c.
Pertambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan mentah dan barang yang masih dalam proses produksi pada akhir tahun
perhitungan pendapatan nasional. Sukirno, 2001: 107. Dari berbagai penjelasan diatas tentang definisi investasi tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa investasi adalah pengeluaran yang disediakan untuk meningkatkan atau mempertahankan barang-barang modal, selain itu
bisa diartikan sebagai uasaha membina industri supaya dapat lebih maju dan merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup usaha sebagai
faktor penunjang di dalam memperlancar proses produksi.
2.2.7.1. Teori Investasi
Masalah investai adalah suatu masalah yang langsung berkaitan dengan besarnya pengharapan akan pendapatan dari barang modal dimasa
depan. Pengharapan dimasa depan inilah yang menjadi faktor terpenting
untuk penentu besarnya investasi menurut Suparmoko 2000: 84 terdapat 2 teori, yaitu:
a. Teori Klasik
Teori klasik tentang investasi didasarkan atas teori produktivitas batas marginal produktivity dari faktor produksi modal. Menurut teori
ini besarnya modal yang akan diinvestasikan dalam proses produksi ditentukan oleh produktivitas batasnya dibandingkan dengan tingkat
bunga-bunganya. Sehingga investasi ini akan terus dilakukan bilamana produktivitas batas dari investasi itu masih lebih tinggi daripada tingkat
bunga yang akan diterimanya bila seandainya modal itu dipinjamkan dan tidak diinvestasikan.
Dengan teori produktivitas batas, maka masalah investasi oleh para- para ahli ekonomi klasik dipecahkan atas dasar prinsip maksimalisasi laba
dari perusahaan-perusahaan industri. Sebab suatu perusahaan akan memaksimalisasi labanya dalam suatu persaingan sempurna. Bila
perusahaan itu menggunakan modalnya sampai pada jumlah produksi marginal kapitalnya sama dengan harga capital yaitu suku bunga, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1.
Suatu investasi akan dijalankan apabila pendapatan dari investasi lebih besar dari tingkat bunga. Pendapatan dari investasi merupakan jumlah
pendapatan yang akan diterima setiap akhir tahun selama barang modal digunakan dalam produksi.
2. Investasi dalam modal adalah menguntungkan bila biaya ditambah
bunga lebih kecil dari pendapatan yang diharapkan dari investasi itu. b.
Teori Keynes Masalah investasi baik penentu jumlah maupun kesempatan untuk
melakukan investasi oleh Keynes didasarkan atas konsep Marginal Efficiency of Investment MEI, yaitu bahwa investasi itu akan dijalankan
apabila MEI lebih tinggi daripada tingkat suku bunga. Menurut garis MEI ini antara lain disebabkan oleh 2 hal, yaitu
Suparmoko, 2000: 84: 1.
Bahwa semakin banyak investasi yang terlaksana dalam masyarakat, maka semakin rendah efisiensi marginal investasi itu, semakin banyak
investasi yang terlaksana dalam lapangan ekonomi maka semakin sengitlah persaingan para investor sehingga MEI menurun.
2. Semakin banyak investasi dilakukan, maka biaya dari barang modal
menjadi lebih tinggi.
2.2.7.2. Macam-macam Investasi
Macam-macam investasi dibagi menjadi 4 kelompok, yang pembagiannya sebagai berikut:
1. Autonomous Invesment dan Induced Investment
Autonomous Investment investasi otonomi adalah investasi yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh pendapatan, tetapi dapat berubah oleh
karena adanya perubahan faktor-faktor di luar pendapatan. Faktor-faktor lain diluar selain pendapatan yang mempengaruhi tingkat investasi seperti
itu, misalnya tingkat teknologi, kebijaksanaan pemerintah, harapan para pengusaha dan sebagainya. Sedangkan Induced Investment atau investasi
terimbas adalah investasi yang dipengaruhi oleh tingkat pendapatan.
2. Public Investment dan Private Investment
Public Investment adalah Investasi atau penanaman modal yang dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah. Public investment tidak
dilakukan oleh pihak-pihak yang bersifat personal, investasi ini bersifat impersonal atau resmi. Sedangkan Private Investment adalah investasi
yang dilakukan oleh pihak swasta. Di dalam private investment, unsur- unsur seperti keuntungan yang akan diperoleh dimasa depan penjualan
dan sebagainya merupakan peranan yang sangat penting dalam menentukan volume investasi. Sementara dalam penentuan volume
investasi, pertimbangan itu lebih diarahkan kepada melayani atau menciptakan kesejahteraan bagi rakyat banyak.
3. Domestik Investment dan Foreign Investment
Domestik investment adalah penanaman modal di dalam negeri, sedangkan Foreign Investment adalah penanaman modal asing. Sebuah
negara yang memiliki banyak sekali faktor produksi alam atau faktor produksi tenaga manusia namun tidak memiliki faktor produksi modal
capital yang cukup untuk mengelolah sumber- sumber yang dimiliki, maka mengundang modal asing agar sumber-sumber yang ada
termanfaatkan.
4. Gross Investment dan Net Investment
Gross Investment Investasi Bruto adalah total seluruh investasi yang diadakan atau yang dilaksanakan pada suatu ketika. Dengan demikian
investasi bruto dapat benilai positif ataupun nol yaitu ada atau tidak ada investasi sama sekali tetapi tidak akan bernilai negatif. Sedangkan Net
Investment Investasi Netto adalah selisih antara investasi bruto dengan penyusutan. Apabila misalnya investasi bruto tahun ini adalah Rp. 25 juta
sedangkan penyusutan yang terjadi selama tahun yang lalu adalah sebesar Rp. 10 juta, maka itu berarti bahwa investasi netto tahun ini adalah
sebesar Rp. 15 juta. Rosyidi, 1994: 161.
2.2.7.3. Faktor – faktor Yang Menentukan Investasi
a. Ramalan mengenai keadaan dimasa yang akan datang.
Kegiatan perusahaan untuk mendirikan industri dan memasang barang- barang modal dinamakan kegiatan memakan waktu. Dan apabila investasi
tersebut telah selesai dilaksanakan, yaitu pada waktu industri atau perusahaan itu sudah mulai menghasilkan barang dan jasa yang menjadi
produksinya, maka para pemilik modal biasanya akan melakukan kegiatan terus selama beberapa tahun. Oleh karena itu dalam menentukan
apakah semua kegiatan yang akan dan dikembangkan itu dapat memperoleh atau menimbulkan kerugian, maka para pemilik modal harus
membuat ramalan-ramalan mengenai keadaan dimasa mendatang. b.
Tingkat bunga. Bagi perusahaan yang bijaksana hendaknya selalu mengikuti dan
memperhatikan perkembangan pasar, terutama tentang perkembangan tingkat bunga yang dapat mempengaruhi beropeasinya setiap perusahaan
oleh karena itu tingkat bunga dapat digolongkan sebagai salah satu faktor penting yang akan menentukan besarnya investasi yang akan dilakukan
oleh para pengusaha. c.
Perubahan dan perkembangan teknologi. Kegiatan yang dikembangkan dalam kegiatan produksi atau usaha lain,
maka hal demikian itu ditanamkan ditanamkan mengadakan
pembaharuan. Pada umumnya semakin banyak perkembangan ilmu dan teknologi, maka semakin banyak pula jumlah kegiatan pembaharuan yang
dilakukan oleh para pengusaha. d.
Tingkat pendapatan Nasional dan perubahan-perubahannya. Sejarah perkembangan ekonomi dunia menunjukkan bahwa akhir-akhir
ini berbagai penemuan dan pembaharuan sangat besar peranannya. Kenyataan yang ada menggambarkan bahwa hubungan antara pendapatan
nasional dan investasi merupakan cenderung untuk mencapai tingkat yang lebih besar apabila pendapatan nasional semakin besar jumlahnya.
Demikian pula sebaliknya, apabila pendapatan nasional rendah biasanya nilai investasinya juga rendah.
e. Keuntungan yang dicapai perusahaan.
Setiap perusahaan yang sangat berkembang salah satu faktor penting yang dapat menentukan untuk kegiatan atau pengembangan investasi adalah keuntungan
yang diperolehnya. Apabila perusahaan-perusahaan itu melakukan investasi dengan menggunakan tabungannya atau modal kas, maka perusahaan yang harus
dibayar untuk jangka waktu berikutnya. Ini berarti disamping mengurangi biaya investasi yang akan dilakukan secara otomatis akan menambah modal atau
keuntungan perusahaan-perusahaan yang bersangkutan. Rosyidi, 1994: 165.
2.3. Kerangka Pikir Variabel Inflasi X
1
. Inflasi adalah kenaikan harga-harga umum secara
terus-menerus. Putong, 2003 : 254 . Baik inflasi maupun pengangguran sedapat mungkin harus dihindari. Masalah utama dari pengangguran ialah turunnya
produksi. Masyarakat yang tidak bekerja tidak dapat berproduksi dan pengangguran yang tinggi membuat pendapatan semakin kecil yang tidak dapat
bertambah. Biaya kehilangan output amat tinggi dapat membebani hubungan
antara pengangguran dan output selama siklus bisnis. Dornbusch, 2004 : 128- 130 . Manakala inflasi terlalu tinggi, maka masyarakat cenderung tidak ingin
menyimpan uangnya lagi, tetapi akan diubah dalam bentuk barang, baik barang yang siap pakai atau harus melalui proses produksi mis:membuat rumah. Dalam
kondisi tingkat inflasi yang relative tinggi, maka secara teoritis para penganggur akan banyak memperoleh pekerjaan, bukan saja karena banyak masyarakat
membutuhkan tenaganya, tetapi juga para produsen seharusnya akan memanfaatkan momentum kenaikan harga barang dengan menambah
produksinya yang tentu saja membuka kapasitas produksi baru dan ini tentu memerlukan tenaga kerja baru sampai pada tingkat fuul employment. Putong,
2003 : 267-268 .
Variabel Pertumbuhan Ekonomi X
2
. Pertumbuhan Ekonomi adalah
kenaikan Produk Domestik Bruto dan Prodik Nasional Bruto. Sukirno, 2004:9. Pengangguran berhubungan dengan ketersediaan lapangan kerja. Semakin tinggi
pertumbuhannya, maka semakin besarlah harapan akan menyerap tenaga kerja baru. Dengan demikian secara relative makin baik pertumbuhan ekonomi, maka
semakin besarlah harapan untuk tidak menganggur. Sebaliknya, bila pertumbuhan ekonomi turun apalagi negative, maka semakin besarlah tingkat
pengangguran. Putong, 2003 : 266 .
Variable fluktuasi nilai rupiahkursX
3
. dapat diartikan sebagai mata
uang asing dan alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk melakukan atau membiayai transaksi ekonomi dan keuangan internasional dan biasanya
mempunyai catatan kurs resmi pada Bank Sentral atau Bank Indonesia. Hady, 2001 : 24
Variabel Tingkat Pengangguran Y. Tingkat pengangguran adalah
rasio diantara jumlah pengangguran dengan jumlah tenaga kerja pada suatu waktu tertentu dan dinyatakan dalam satuan juta jiwa. Sukirno, 2004 : 355 .
Apabila jumlah Inflasi mengalami kenaikan, Produk Domestik Regional Bruto, menurun dan Pertumbuhan Ekonomi rendah akan menyebabkan Tingkat
Pengangguran naik.
Gambar 4 : Paradigma Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi dan fluktuasi nilai rupiah terhadap Tingkat Pengangguran.
Inflasi X
1
Pertumbuhan ekonomi
X
2
Penyerapan Tenaga Kerja
Produksi Y= tingkat
pengangguran di Kabupaten Jombang
Investasi Fluktuasi nilai
rupiah
X
3
Sumber : Penulis
2.4 Hipotesis