Golongan yang bersekolah, yaitu mereka yang kegiatanya hanya sekolah Golongan yang mengurus rumah tangga, yaitu mereka yang mengurus Autonomous Invesment dan Induced Investment Public Investment dan Private Investment Domestik Investment dan Foreign Inves

Kelompok ini merupakan bagian dari tenag kerja yang sebenarnya tidak terlibat, tidak berusaha terlibat dalam kegiatan produktif, yaitu memproduksi barang dan jasa. Terdiri dari :

1. Golongan yang bersekolah, yaitu mereka yang kegiatanya hanya sekolah

2. Golongan yang mengurus rumah tangga, yaitu mereka yang mengurus

rumah tangga tanpa memperoleh upah

3. Golongan yang menerima pendapatan, yaitu mereka yang tidak

melakukan suatu kegiatan ekonomi, tapi memperoleh pendapatan seperti tunjangan pension, lanjut usia, cacat. Simanjuntak, 2001 : 6 .

2.2.6.5. Permintaan Tenaga Kerja

Permintaan tenaga kerja adalah kebutuhan yang sudah didasarkan atas kesediaan membayarkan upah tertentu sebagai imbalan pemberian kerja bermaksud menggunakan atau meminta sekian orang karyawan dengan kesediaan membayar upah sekian rupiah setiap waktu. Jadi, dalam permintaan ini sudah ikut dipertimbangkan tinggi rendahnya upah yang berlaku dalam masyarakat atau yang dibayarkan kepada tenaga kerja yang bersangkutan. Suroto, 1992 : 21. Suatu perusahaan dalam membeli atau menggunakan tenaga kerja tidak dapat menentukan tingkat upah tenaga kerja, melainkan hanya akan mengikuti upah, pada umumnya yang berlaku di pasar tenaga kerja. Misalnya tingkat upah tenaga kerja itu setinggi W, maka jumlah tenaga kerja yang akan digunakan oleh perusahaan agar jumlah laba yang didapatnya maksimum adalan sebanyak N, yaitu ditentukan oleh perpotongan antara kurva VMPN dan kurva w W. Jumlah tenaga kerja yang digunakan tidak sebanyak N 1 , karena N 1 terlihat bahwa tingkat upah merupakan biaya atau pengorbanan yang harus dibayar oleh perusahaan lebih tinggi daripada manfaat dalam bentuk nilai produksi yang disumbangkan terakhir. Dengan demikian hal ini tidak menguntungkan bagi perusahaan. Sebaliknya bila jumlah tenaga kerja yang dipakai hanya sebanyak N 2 , ini berarti bahwa nilai produksi marginal lebih tinggi daripada tingkat upah yang harus dibayar perusahaan, artinya perusahaan mendapat manfaat yang lebih tinggi daripada korban yang harus dipikulnya dengan sendirinya perusahaan akan terdorong untuk menambah tenaga kerja lebih banyak lagi. Kedudukan keseimbangan tercapai pada posisi jumlah tenaga kerja N Gambar 2 : Kurva Permintaan Tenaga Kerja W w W VMPN N N N1 Sumber : Suparmoko. M, 2000, Pengantar Ekonomika Makro, Penerbit BPFE, UGM, yokyakarta, hal 161

2.2.6.6. Penawaran Tenaga Kerja

Persediaan tenaga kerja adalah istilah yang biasanya juga belum dihubungkan dengan factor upah. Sedangkan dalam istilah penawaran tenaga kerja sudah ikut dipertimbangkan factor upahnya. Dalam hal ini pencari kerja bersedia menerima pekerjaan itu atau menawarkan tenaganya apabila kepadanya diberikan upah sekian rupiah setiap waktu. Misalnya dengan menggunakan teknologi tertentu, seseorang pengusaha mungkin membutuhkan 500 orang tenaga kerjanya. Akan tepai karena upah yang dituntut terlalu tinggi, mungkin ia hanya mampu mempekerjakan atau meminta 400 orang saja, sedangkan yang lainnya ditunda dahulu atau dibatalkan, karena kebutuhan tenaga kerja merupakan permintaan potensial. Dari uraian diatas menjadi jelas, bahwa persediaan tenaga kerja merupakan penawaran potensial Suroto, 1992 : 22 . Penawaran tenaga kerja yang datangnya dari pemilik tenaga atau katakanlah buruh. Mereka ini mencari pekerjaan untuk mendapatkan penghasilan dengan cara menjual tenaga mereka atau pada saat mereka mencari pekerjaan dikatakan bahwa mereka menawarkan tenaga kerja mereka. Pada saat tingkat upah tinggi, akan sedikit jumlah tenaga kerja yang ditawarkan, sedangkan pada tingkat upah rendah, akan banyak tenaga kerja yang ditawarkan. Pada tingkat upah W 1 , jumlah tenaga kerja yang ditawarkan lebih banyak yaitu sebanyak N 2 . Pada tingkat upah W 2 , jumlah tenaga kerja yang ditawarkan lebih sedikit yaitu sebanyak N Gambar 3 : Kurva Penawaran Tenaga Kerja W NS W 2 W 1 N1 N2 N Sumber : Suparmoko. M, 2000, Pengantar Ekonomika Makro, Penerbit BPFE, UGM, Yokyakarta, hal 163.

2.2.7. Pengertian Investasi

Kata investasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu “Investment”, apabila dalam bahasa Indonesia investasi adalah “penanaman modal” investasi adalah suatu kegiatan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu kegiatan usaha, karena ini sangat dibutuhkan sebagai faktor penunjang di dalam memperlancar proses produksi. Menurut pendapat Prof. Robinson yang dikutip oleh Suherman Rosyidi dalam bukunya yang berjudul Pengantar Teori Ekonomi mengatakan bahwa investasi itu penambahan barang-barang modal baru, sedangkan membeli selembar kertas saham bukanlah investasi Rosyidi, 1994: 158. Investasi adalah pengeluaran yang ditunjukkan untuk meningkatkan atau mmpertahankan stok barang modal. Stok barang modal terdiri dari pabrik mesin dan produk-produk tahan lama yang digunakan dalam proses produksi. Dornbusch dan Fischer, 1995: 46. Menurut Sukirno 2001: 107, investasi diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian. Dalam prakteknya, suatu usaha untuk mencatat nilai penanaman modal yang dilakukan dalam suatu tahun tertentu, yang digolongkan sebagai investor atau pembentukan modal atau penanaman modal, meliputi pengeluaran atau pembelanjaan sebagai berikut: a. Pembelian berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan. b. Pembelanjaan untuk membangun rumah tempat tinggal, bangunan kantor, bangunan pabrik, dan bangunan-bangunan lainnya. c. Pertambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan mentah dan barang yang masih dalam proses produksi pada akhir tahun perhitungan pendapatan nasional. Sukirno, 2001: 107. Dari berbagai penjelasan diatas tentang definisi investasi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa investasi adalah pengeluaran yang disediakan untuk meningkatkan atau mempertahankan barang-barang modal, selain itu bisa diartikan sebagai uasaha membina industri supaya dapat lebih maju dan merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup usaha sebagai faktor penunjang di dalam memperlancar proses produksi.

2.2.7.1. Teori Investasi

Masalah investai adalah suatu masalah yang langsung berkaitan dengan besarnya pengharapan akan pendapatan dari barang modal dimasa depan. Pengharapan dimasa depan inilah yang menjadi faktor terpenting untuk penentu besarnya investasi menurut Suparmoko 2000: 84 terdapat 2 teori, yaitu: a. Teori Klasik Teori klasik tentang investasi didasarkan atas teori produktivitas batas marginal produktivity dari faktor produksi modal. Menurut teori ini besarnya modal yang akan diinvestasikan dalam proses produksi ditentukan oleh produktivitas batasnya dibandingkan dengan tingkat bunga-bunganya. Sehingga investasi ini akan terus dilakukan bilamana produktivitas batas dari investasi itu masih lebih tinggi daripada tingkat bunga yang akan diterimanya bila seandainya modal itu dipinjamkan dan tidak diinvestasikan. Dengan teori produktivitas batas, maka masalah investasi oleh para- para ahli ekonomi klasik dipecahkan atas dasar prinsip maksimalisasi laba dari perusahaan-perusahaan industri. Sebab suatu perusahaan akan memaksimalisasi labanya dalam suatu persaingan sempurna. Bila perusahaan itu menggunakan modalnya sampai pada jumlah produksi marginal kapitalnya sama dengan harga capital yaitu suku bunga, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. Suatu investasi akan dijalankan apabila pendapatan dari investasi lebih besar dari tingkat bunga. Pendapatan dari investasi merupakan jumlah pendapatan yang akan diterima setiap akhir tahun selama barang modal digunakan dalam produksi. 2. Investasi dalam modal adalah menguntungkan bila biaya ditambah bunga lebih kecil dari pendapatan yang diharapkan dari investasi itu. b. Teori Keynes Masalah investasi baik penentu jumlah maupun kesempatan untuk melakukan investasi oleh Keynes didasarkan atas konsep Marginal Efficiency of Investment MEI, yaitu bahwa investasi itu akan dijalankan apabila MEI lebih tinggi daripada tingkat suku bunga. Menurut garis MEI ini antara lain disebabkan oleh 2 hal, yaitu Suparmoko, 2000: 84: 1. Bahwa semakin banyak investasi yang terlaksana dalam masyarakat, maka semakin rendah efisiensi marginal investasi itu, semakin banyak investasi yang terlaksana dalam lapangan ekonomi maka semakin sengitlah persaingan para investor sehingga MEI menurun. 2. Semakin banyak investasi dilakukan, maka biaya dari barang modal menjadi lebih tinggi.

2.2.7.2. Macam-macam Investasi

Macam-macam investasi dibagi menjadi 4 kelompok, yang pembagiannya sebagai berikut:

1. Autonomous Invesment dan Induced Investment

Autonomous Investment investasi otonomi adalah investasi yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh pendapatan, tetapi dapat berubah oleh karena adanya perubahan faktor-faktor di luar pendapatan. Faktor-faktor lain diluar selain pendapatan yang mempengaruhi tingkat investasi seperti itu, misalnya tingkat teknologi, kebijaksanaan pemerintah, harapan para pengusaha dan sebagainya. Sedangkan Induced Investment atau investasi terimbas adalah investasi yang dipengaruhi oleh tingkat pendapatan.

2. Public Investment dan Private Investment

Public Investment adalah Investasi atau penanaman modal yang dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah. Public investment tidak dilakukan oleh pihak-pihak yang bersifat personal, investasi ini bersifat impersonal atau resmi. Sedangkan Private Investment adalah investasi yang dilakukan oleh pihak swasta. Di dalam private investment, unsur- unsur seperti keuntungan yang akan diperoleh dimasa depan penjualan dan sebagainya merupakan peranan yang sangat penting dalam menentukan volume investasi. Sementara dalam penentuan volume investasi, pertimbangan itu lebih diarahkan kepada melayani atau menciptakan kesejahteraan bagi rakyat banyak.

3. Domestik Investment dan Foreign Investment

Domestik investment adalah penanaman modal di dalam negeri, sedangkan Foreign Investment adalah penanaman modal asing. Sebuah negara yang memiliki banyak sekali faktor produksi alam atau faktor produksi tenaga manusia namun tidak memiliki faktor produksi modal capital yang cukup untuk mengelolah sumber- sumber yang dimiliki, maka mengundang modal asing agar sumber-sumber yang ada termanfaatkan.

4. Gross Investment dan Net Investment