jiwakm², Kecamatan Tembelang bagian selatan, Kecamatan Peterongan bagian tengah dan selatan, Kecamatan Jogoroto, Kecamatan Mojowarno bagian utara dan
timur, sepanjang jalan raya Jombang-Peterongan-Mojoagung-Mojokerto, serta sepanjang jalan raya Jombang-Diwek-Blimbing-Ngoro-Kandangan. Kawasan padat
penduduk lainnya adalah kawasan perkotaan di kecamatan Ploso, Perak, dan Ngoro. Bagian barat laut yang merupakan perbukitan kapur dan bagian tenggara yang
merupakan daerah pegunungan merupakan kawasan yang memiliki kepadatan penduduk jarang. Pertumbuhan penduduk sebesar 0,68 per tahun, sehingga
Kabupaten Jombang tidak mengalami permasalahan ledakan penduduk.
4.2.Deskripsi Hasil Penelitian
Deskripsi hasil penelitian ini memberikan gambaran tentang data- data serta perkembangan Tingkat Pengangguran sehingga dapat mengetahui perubahan-
perubahan yang terjadi terhadap perkembangan Tingkat Pengangguran, Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi, dan Fluktuasi Nilai Rupiah.
4.2.1. Perkembangan Tingkat Pengangguran
Perkembangan Tingkat Pengangguran dapat disajikan dalam tabel di bawah ini :
Tabel.1. Perkembangan Tingkat Pengangguran Tahun 1998-2008
Tahun Tingkat Pengangguran
Perkembangan 1998 31,01
- 1999 33,13
2,12 2000
30,24 - 2,89
2001 34,22 3,98
2002 38,59 4,37
2003 48,21 9,62
2004 57,56 9,35
2005 71,46
13,90 2006
56,42 - 15,04
2007 45,28
- 11,14 2008
39,39 - 5,89
Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Timur diolah
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa perkembangan Tingkat Pengangguran selama 11 tahun 1998-2008 cenderung mengalami fluktuasi.
Perkembangan tertinggi Tingkat Pengangguran adalah pada tahun 2005 sebesar 13,90 hal ini disebabkan pada tahun 2005 terjadi kenaikan BBM sehingga
banyak perusahaan yang bangkrut dan perkembangan terendah adalah pada tahun 2006 sebesar
- 15,04 . Tingkat Pengangguran tertinggi terjadi pada tahun 2005
sebesar 71,46 dan Tingkat Pengangguran terendah pada tahun 2000 sebesar 30,24 .
4.2.2. Perkembangan Tingkat Inflasi
Berdasarkan tabel 2 dapat dijelaskan bahwa perkembangan Inflasi setiap tahunnya mengalami fluktuatif yang tidak tentu besarnya Inflasi, yang tertinggi
terjadi pada tahun 1998 sebesar 95,21 ini dikarenakan adanya krisis yang melanda bangsa Indonesia dan pada umumnya kenaikan Inflasi terjadi dari
kenaikan harga barang – barang yang tidak dikendalikan Pemerintah dan adanya kenaikan harga BBM. tetapi pada tahun 1999 terjadi perkembangan terendah
sebesar – 94,97 . Hal ini bisa dilihat dari nilai Inflasi di tahun 1998 sebesar 95,21 menjadi 0,24 atau turun sebesar -94,97
Tabel.2. Perkembangan Tingkat Inflasi Tahun 1998-2008 Tahun
Tingkat Inflasi Perkembangan
1998 95,21
- 1999
0,24 - 94,97
2000 10,46
10,22 2001
14,13 3,67
2002 9,15
- 4,98 2003
4,78 - 4,37
2004 4,88 0,10
2005 14,12
9,24 2006
6,71 - 7,41
2007 11,54
4,83 2008
11,06 0,48
Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Timur diolah
4.2.3. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi
Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi dapat disajikan dalam tabel di bawah ini :
Tabel.3. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Tahun 1998-2008
Tahun Pertumbuhan Ekonomi
Perkembangan 1998
- 12,81 1999 1,57
14,38 2000
2,48 0,91
2001 3,27
0,79 2002
4,18 0,91
2003 5,50
1,32 2004
5,72 0,22
2005 6,11
0,39 2006
5,83 - 0,28
2007 6,09
0,26 2008
5,97 - 0,12
Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Timur diolah
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa perkembangan Pertumbuhan Ekonomi selama 10 tahun 1998-2008 cenderung mengalami fluktuasi.
Perkembangan tertinggi Pertumbuhan Ekonomi adalah pada tahun 1999 sebesar 14,38 dan perkembangan terendah adalah pada tahun 2006 sebesar -0,28 .
Pertumbuhan Ekonomi tertinggi terjadi pada tahun 2005 sebesar 6,11 dan Pertumbuhan Ekonomi terendah pada tahun 1998 sebesar -12,81 .
4.2.4. Perkembangan Kurs Valas
Perkembangan Kurs Valuta Asing dari tahun ke tahun mengalami fluktuatif. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4 yang menjelaskan bahwa pada tahun 1998 sampai
2008, Perkembangan terbesar Kurs Valuta Asing pada tahun 2000 sebesar 35,14 dan terendah sebesar – 14,03 terjadi pada tahun 2002, Kurs Valuta Asing
terbesar pada tahun 2008 sebesar Rp.11.092 dan Kurs Valuta Asing yang terendah yaitu pada tahun 1994 sebesar Rp.2200
Tabel.4. Perkembangan Kurs Valas Tahun 1998-2008 Tahun
Kurs Valas Rupiah Perkembangan
1998 8025 -
1999 7100
- 11,52 2000
9595 35,14
2001 10400
8,38 2002
8940 - 14,03
2003 8465
- 5,31 2004 9260
9,39 2005 9830
6,15 2006
9020 - 8,24
2007 9419 4,42
2008 11092
17,76 Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Timur diolah
4.3 Hasil Analisis Asumsi Regresi Klasik BLUE Best Linier Unbiased
Estimator.
Agar dapat diperoleh hasil estimasi yang BLUE Best Linier Unbiased Estimator atau perkiraan linier tidak bias yang terbaik maka estimasi tersebut
harus memenuhi beberapa asumsi yang berkaitan. Apabila salah satu asumsi tersebut dilanggar, maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat
BLUE, sehingga pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias. Dalam hal ini harus dihindarkan terjadinya kasus-kasus sebagai berikut :
1. Autokorelasi
Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai “korelasi antara data observasi yang diurutkan berdasarkan urut waktu data time series atau data
yang diambil pada waktu tertentu data cross-sectional” Gujarati, 1995:201. Untuk mengujji variabel-variabel yang diteliti apakah terjadi autokorelasi atau
tidak dapat digunakan uji Durbin Watson, yaitu dengan cara membandingkan nilai Durbin Watson yang dihitung dengan nilai Durbin Watson dL dan du
dalam tabel. Distribusi penetuan keputusan dimulai dari 0 nol sampai 4 empat.
Kaidah keputusan dapat dijelaskan sebagai berikut : 1.
Jika d lebih kecil daripada d
L
atau lebih besar daripada 4-d
L
, maka hipotesis nol ditolak yang berarti terdapat autokorelasi.
2. Jika d teletak antara d
U
dan 4-d
U
, maka hipotesis nol diterima yang berarti tidak ada autokorelasi.
3. Jika nilai d terletak antara d
L
dan d
U
atau antara 4-d
L
dan 4-d
U
maka uji Durbin-Watson tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti, untuk nilai-
nilai ini tidak dapat disimpulkan ada tidaknya autokorelasi di antara faktor-faktor penganggu.
Untuk mengetahui ada tidaknya gejala autokorelasi dalam model penelitian maka perlu dilihat nilai DW tabel. Diketahui jumlah variabel bebas adalah 3
k=3 dan banyaknya data adalah n=11 sehingga diperoleh nilai DW tabel adalah sebesar d
L
= 0,595 dan d
U
= 1,928 Gambar 8. Kurva Statistik Durbin Watson
Daerah Daerah Daerah Daerah Kritis Ketidak- Terima Ho Ketidak- Kritis
pastian pastian Tolak Tidak ada Tolak
Ho autokorelasi Ho 0 d
L
= 0,595 d
U
= 1,928 4-d
U
= 2,072 4-d
L
= 3,405 d
1,338
Sumber : Lampiran 2 dan 7 Berdasarkan hasil analisis, maka dalam model regresi ini tidak
terjadi gejala autokorelasi karena nilai DW tes yang diperoleh adalah sebesar 1,338 berada pada daerah antara dL dan dU yang berarti berada dalam daerah
ketidakpastian.