Tipe pola asuh orang tua

1.2 Tipe pola asuh orang tua

Tipe pola asuh terdiri dari dua dimensi perilaku yaitu Directive Behavior dan Supportive Behavior. Directive Behavior melibatkan komunikasi searah di mana orangtua menguraikan peran anak dan memberitahu anak apa yang harus mereka lakukan, di mana, kapan, dan bagaimana melakukan suatu tugas. Supportive Behavior melibatkan komunikasi dua arah di mana orang tua mendengarkan anak, memberikan dorongan, membesarkan hati, memberikan teguran positif dan membantu mengarahkan perilaku anak. Anak yang disiplin diri memiliki keteraturan diri berdasarkan nilai agama, nilai budaya, aturan-aturan pergaulan, pandangan hidup, dan sikap hidup yang bermakna bagi dirinya sendiri, masyarakat, bangsa dan negara. Artinya, tanggung jawab orangtua adalah mengupayakan agar anak berdisiplin diri untuk melaksanakan hubungan dengan Tuhan yang menciptakannya, dirinya sendiri, sesama manusia, dan lingkungan alam dan mahkluk hidup lainnya berdasarkan nilai moral. Orangtua yang mampu berprilaku seperti diatas, berarti mereka telah mencerminkan nilai-nilai moral dan bertanggung jawab untuk mengupayakannya Shochib, 2000. Universitas Sumatera Utara Beberapa pendapat mengenai tipe pola asuh orangtua diantaranya sebagai berikut : a. Tipe pola asuh menurut Wong 2008, ada tiga tipe pola asuh orang tua antara lain : 1. Pola asuh otoriter diktator Orang tua mencoba untuk mengontrol prilaku diktator dan sikap anak melalui perintah yang tidak boleh dibantah. Orangtua menetapkan aturan dan regulasi atau standar perilaku yang dituntut untuk diikuti secara kaku dan tidak boleh dipertanyakan. Mereka menilai dan memberi penghargaan atas kepatuhan absolut, sikap mematuhi kata-kata mereka dan menghormati prinsip dan kepercayaan keluarga tanpa kegagalan. Orangtua menghukum secara paksa setiap prilaku yang berlawanan dengan standar orang tua. Hukuman tidak selalu berupa hukuman fisik tetapi mungkin berupa penarikan diri pada anak yang mengakibatkan perilaku cendrung untuk menjadi sensitif, pemalu, tidak percaya diri, menyadari diri sendiri, cepat lelah dan tunduk. Mereka cendrung menjadi sopan, setia, jujur dan dapat diandalkan tetapi mudah dikontrol. Perilaku-perilaku ini lebih khas terlihat ketika penggunaan kekuasaan diktator orangtua disertai dengan supervisi ketat dan tingkat kasih sayang yang masuk akal. Universitas Sumatera Utara Jika tidak penggunaan kekuasaan diktator lebih cenderung untuk dihubungkan dengan prilaku menentang dan antisosial. 2. Pola asuh permisif laissez – faire Orang tua memiliki sedikit kontrol atau tidak sama sekali atas tindakan anak -anak mereka. Orang tua yang bermaksud baik ini bingung antar sikap permisif dan pemberian izin. Mereka menghindari untuk memaksa standar prilaku mereka dengan mengizinkan anak mereka untuk mengatur aktifitas sendiri sebanyak mungkin. Orangtua menganggap diri mereka sendiri sebagai sumber untuk anak bukan merupakan model peran, tetapi jika peraturan memang ada orangtua menjelasakan alasan yang mendasarinya, mendukung pendapat anak dan berkonsultasi dengan meraka dalam pembuatan keputusan. Mereka memberlakukan kebebasan dalam bertindak, disiplin yang inkonsisten, tidak menetapkan batasan-batasan yang masuk akal, dan tidak mencegah anak merusak rutinitas di rumah. Orangtua jarang menghukum anak karena sebagian besar prilaku dianggap dapat diterima. Anak-anak dari orangtua yang permisif sering kali tidak mematuhi, tidak menghormati, kurang percaya diri, tidak bertanggung jawab dan secara umum tidak mematuhi kekuasaan. Universitas Sumatera Utara 3. Pola asuh demokratik otoritatif Orangtua mengkombinasikan praktik mengasuh anak dari dua gaya yang ekstrem. Mereka mengarahkan perilaku dan sikap anak dengan menekankan alasan peraturan secara negatif menguatkan penyimpangan. Mereka menghormati individualitas dari setiap anak dan mengizinkan mereka untuk menyuarakan keberatannya terhadap standar atau peraturan keluarga. Kontrol orangtua kuat dan konsisten tetapi disertai dengan dukungan, pengertian, dan keamanan. kontrol difokuskan pada masalah, tidak ada penarikan rasa cinta, atau takut pada hukuman. Orangtua membantu pengarahan diri pribadi, yaitu suatu kesadaran mengatur perilaku berdasarkan perasaan bersalah atau malu untuk melakukan hal yang salah, bukan karena takut tertangkap atau takut dihukum. Tipe mengasuh anak yang paling berhasil dalam metode otoritatif dimana orangtua tidak membuat batasan yang kaku dan memaksa tetapi tetap mempertahankan kontrol yang kuat terutama pada area ketidaksepakatan orangtua dan anak dan juga orangtua mendengarkan apa yang dipikirkan oleh anak dan anak cenderung lebih percaya diri. Universitas Sumatera Utara b. Tipe pola asuh menurut Ali. M dan Asrori. M, 2004 1. Pola asuh bina kasih induktion Pola asuh bina kasih yaitu pola asuh yang diterapkan orangtua dalam mendidik anaknya dengan senatiasa memberikan penjelasan atau alasan yang masuk akal terhadap setiap keputusan dan perlakuan yang diambil bagi anaknya. Pada tipe asuh seperti ini dijumpai perilaku orangtua yang directive dan supportive tinggi. 2. Pola asuh unjuk kuasa Pola asuh unjuk kuasa yaitu pola asuh yang diterapkan orangtua dalam mendidik anaknya dengan senantiasa memaksakan kehendaknya untuk dipatuh oleh anak meskipun anak tidak biasa menerimanya. Pada tipe pola asuh ini dijumpai prilaku orangtua yang directive tinggi dan supportive rendah. 3. Pola asuh lepas kasih Pola asuh lepas kasih yaitu pola asuh yang diterapkan orangtua dalam mendidik anaknya dengan cara menarik sementara cinta kasihnya ketika anak tidak menjalankan apa yang dikehendaki orangtuanya, tetapi jika anak sudah mau melaksanakan apa yang dikehendaki orangtuanya maka cinta kasihnya itu akan dikembalikan seperti sediakala. Pada tipe pola asuh ini dijumpai perilaku orangtua yang directive dan supportive rendah. Universitas Sumatera Utara c. Tipe pola asuh menurut Surbakti, 2009 1. Pola asuh overprotected Pola asuh overprotected yaitu bentuk pola asuh yang menonjolkan perlindungan yang berlebihan. Munculnya sikap atau tindakan yang berlebihan karena perasaan khawatir yang terlalu berlebihan dari orang tua disertai keinginan untuk memberikan perlakuan dan perlindungan terbaik bagi anak remajanya. Banyak orang tua yang kuarang menyadari bahwa remaja dibesarkan dalam pola asuh overprotected akan memiliki mentalitas yang lemah bila dihadapkan dengan berbagai tantangan, menjadi peragu, kurang memiliki insiatif, memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi, cenderung mudah cemas dan penakut, tidak berani menghadapi kenyataan, kurang memiliki rasa percaya diri, cenderung selalu merasa terancam dan menghindari tanggung jawab, kemampuan berinteraksi rendah. 2. Pola asuh otoritarian Pola asuh otoritarian yaitu pola asuh yang menekankan kekuasaan tanpa kompromi sehingga seringkali menimbulkan korban sia-sia. Bagi orangtua yang menganut pola asuh otoritarian dimana segala sesuatu berdasarkan instruksi dari orangtua. Universitas Sumatera Utara Ini dilakukan semata-mata untuk menghentikan argumentasi, untuk membungkam sikap kritis, ingin menegakan wibawa dan kehormatan sebagai orangtua, keinginan memaksa kehendak. Hasil penerapan pola asuh otoritarian menyebabkan anak remaja mengalami tertekan secara psikis dan fisik, kehilangan dorongan semangat juang, mudah putus asa, mengalami luka batin, sering menyalahkan keadaan, cenderung menyalahkan diri sendiri, tidak berani mengemukakan pendapat. 3. Pola asuh permisif Pola asuh permisif yaitu suatu pola asuh yang paling banyak diterapkan oleh keluarga alasan yang paling sering dikemukakan orangtua adalah kurangnya waktu untuk mengawasi anak-anak remaja mereka karena kesibukan sehari- hari dengan berbagai alasan dampak pada anak remaja yaitu anak remaja berkembang dengan kepribadian dan emosional yang kacau.

1.3 Dimensi Pola Asuh