Pola Asuh Orangtua Pembahasan

sosial remaja percaya diri 12 31,6 , kurang percaya diri 6 15,8 dan tidak percaya diri 20 52,6 . Tabel 5.6 : Hubungan Pola Asuh Orangtua Dengan Perkembangan Sosial Remaja Di SMA Dharma Pancasila Medan 2014 Pola Asuh orangtua Perkembangan Sosial Remaja Total Nilai Percaya diri Kurang Percaya diri Tidak Percaya Diri P f f f f Demokratik 32 52,5 21 34,4 8 13,1 61 45,5 0,001 Permisif 17 48,6 9 25,7 9 25,7 35 26,1 Otoriter 12 31,6 6 15,8 20 52,6 38 28,4 Jumlah 61 36 37 134

2. Pembahasan

Dari data yang diperoleh, pembahasan dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu bagaimana hubungan pola asuh orangtua terhadap perkembangan sosial remaja di SMA Dharma Pancasila Medan.

2.1 Pola Asuh Orangtua

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 61 responden 45,5 memiliki orangtua dengan pola asuh demokratik. Ciri khas pola asuh demokratik adalah adanya komunikasi yang baik antara anak dan orangtua, dimana orangtua melibatkan diri dan berdiskusi tentang masalah yang di alami anak, orangtua akan memberikan pujian jika anak melakukan hal yang baik dan mengajarkan pada anak agar melakukan segala sesuatu secara mandiri dengan rasa tanggung jawab dan mencerminkan rasa kasih sayang Santrock, 2007. Universitas Sumatera Utara Menurut Shocib dalam Yuniati, 2003 orangtua yang menerapkan pola asuh demokratik banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk berbuat keputusan secara bebas berkomunikasi dengan lebih baik, mendukung anak untuk memilki kebebasan sehingga anak mempunyai kepuasan, dan sedikit menggunakan hukuman badan untuk mengembangkan kedisiplinan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 35 responden 26,1 memiliki orangtua dengan pola asuh permissive. Ciri khas dari pola asuh permisif adalah orang tua tidak memperdulikan apa saja yang dilakukan anak, orang tua jarang sekali mengajak berbicara apalagi berdiskusi tentang masalah anak, serta orang tua selalu memberikan apa saja yang diinginkan anak tanpa banyak bertanya. Pola asuh permisif menjadikan anak berperilaku sesuai dengan keinginannya karena orang tua tidak pernah memberikan aturan ataupun arahan kepada anak sehingga anak tidak tahu apakah perilakunya benar atau salah karena sangat minimnya pengarahan dan aturan dari orang tua Santrock, 2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 38 responden 28,4 memiliki orang tua dengan pola asuh otoriter. Ciri khas dari pola asuh otoriter adalah anak diharuskan mengulang pekerjaan yang dianggap orang tua salah, orang tua mengancam akan memberikan hukuman apabila anak tidak mematuhi perintahnya, dan orang tua menggunakan suara yang keras ketika menyuruh anak untuk melakukan suatu pekerjaan. Pola asuh otoriter menjadikan anak merasa terkekang, kurang Universitas Sumatera Utara bebas, dan terkadang kurang percaya diri, tetapi pola asuh ini akan membentuk anak yang patuh, sopan,dan rajin mengerjakan pekerjaan Santrock, 2007.

2.2 Perkembangan Sosial Remaja