2. Asas dan Prinsip Kehati-hatian dan Manajemen Resiko dalam

14 menyediakan intelejen pasar, mempromosikan standar, mengembangkan solusi inovatif dan menawarkan layanan konsultasi kepada pemerintah, penyedia jasa keuangan donor dan investor. 3 Sedangkan di Indonesia sendiri pemahaman Branchless Banking sendiri menggunakan istilah Layanan Keuangan Tanpa Kantor dalam Rangka Keuangan Inklusif yang disebut Laku Pandai yang diatur pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No 19 POJK.03 2014 tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor dalam Rangka Keuangan Inklusif. Peraturan tersebut menjelaskan Laku Pandai sebagai berikut: 4 Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka KeuanganInklusif yangselanjutnya disebut Laku Pandai adalah kegiatan menyediakan layananperbankan danatau layanan keuangan lainnya yang dilakukan tidakmelalui jaringan kantor, namun melalui kerjasama dengan pihak laindan perlu didukung dengan penggunaan sarana teknologi informasi.

1. 2. Asas dan Prinsip Kehati-hatian dan Manajemen Resiko dalam

Undang-undang Perbankan Kesadaran akan perlunya suatu sistem pengaturan prinsip kehati-hatian pada mulanya menjadi perhatian Committee on Banking Regulations and Supervisory Practices Basel Committee tahun 1988 yang keanggotaannya terdiri dari para gubernur bank sentral. Basel committee merekomendasikan agar negara pesertanya mengadopsi dan menerapkan prinsip prudential regulation dan pengawasan terhadap perbankan. Rekomendasi itu dituangkan dalam Basel Accord I dan disempurnakan dalam Basel Accord II. Bank Indonesia menuangkan prinsip prudential dan pengawasan berdasarkan rekomendasi Basel Committee tersebut dalam berbagai peraturan. Ketentuan itu antara lain tentang kewajiban penyediaan modal minimum, batas maksimum pemberian kredit, 3 http:www.cgap.orgpsitecabotus dikunjungi pada tanggal 13 oktober 2015 pukul 02:48 4 Pasal 1angka3 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 19 POJK.03 2014 Tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor dalam rangka keuangan inklusif 15 kualitas aktiva produktif, kewajiban penyisihan penghapusan aktiva produktif, restrukturisasi kredit, dan laporan keuangan tahunan. Bank Indonesia mengadopsi Basel Acccord dalam peraturan mengenai posisi devisa neto, pengawasan likuiditas, prinsip kehati-hatian dalam penyertaan modal, prinsip kehati-hatian dalam transaksi efek beragun aset maupun ketentuan yang bersifat self regulatory banking yang mewajibkan bank menyusun ketentuan internal mengenai pedoman manajemen risiko. 5 Prinsip kehati-hatian mengharuskan pihak bank untuk selalu berhati-hati dalam menjalankan kegiatan usahanya, selalu konsisten dalam melaksanakan peraturan perundang-undangan di bidang perbankan berdasarkan profesionalisme dan itikad baik. Pengaturan prinsip kehati-hatian dalam perbankan menyangkut pelayanan jasa-jasa perbankan maupun dalam hal penghimpunan dan penyaluran dana dalam bentuk kredit kepada masyarakat. Prinsip kehati-hatian prudential principle dalam sistem perbankan digunakan sebagai perlindungan secara tidak langsung oleh pihak bank terhadap kepentingan-kepentingan nasabah penyimpan dan simpanannya di bank. Prinsip ini digunakan untuk mencegah timbulnya risiko-risiko kerugian dari suatu kebijakan dan kegiatan usaha yang dilakukan oleh bank. Prinsip ini diatur dan ditegaskan dalam Pasal 2 Undang-undang No.7 Tahun 1992 junto Undang-undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan yaitu: “Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati- hatian”. Prinsip kehati-hatian 5 http:www.scribd.comdoc24402673Makalah-Manajemen-Risiko-RBS-Sertifikasi- Perbankan, Oleh: Scribd RBS, “Manajemen Risiko Perbankan dan Peranan Risk-Based Supervision dalam Penilaian Efektivitas Penerapan Manajemen Risiko Perbankan”. Diakses tanggal 02 Juni 2016. 16 merupakan prinsip terpenting yang wajib diterapkan oleh bank-bank dalam menjalankan kegiatan usahanya sebab bisnis perbankan adalah bisnis yang berdasarkan kepercayaan. Prinsip ini telah dinormatifkan dalam peraturan perbankan di Indonesia misalnya dalam Pasal 2 Undang-undang No.7 Tahun 1992 jo Undang-undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Penormatifan prinsip kehati-hatian dalam Undang-undang No.7 Tahun 1992 jo Undang-undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan berarti suatu penegasan yang secara implisit bahwa prinsip kehati-hatian ini sebagai salah satu asas terpenting yang wajib diterapkan dan dilaksanakan oleh bank dalam menjalankan kegiatan usahanya. 6 Penegasan prinsip kehati-hatian juga diatur dalam Pasal 29 ayat 2 Undang- undang No.7 Tahun 1992 jo Undang-undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang menegaskan: ”Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubung-an dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati- hatian”. Tidak ada alasan bagi bank-bank untuk tidak menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menjalankan kegiatan usahanya dan wajib menjunjung tinggi serta berpegang teguh pada prinsip ini. Hal ini mengandung makna bahwa segala sesuatu perbuatan dan kebijaksanaan yang dibuat harus senantiasa berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Selanjutnya dalam ketentuan Pasal 29 ayat 3 6 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Cetakan Keempat, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008, H.134. 17 Undang-undang No.7 Tahun 1992 jo Undang-undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan, terkandung secara eksplisit prinsip kehatihatian dalam hal penyaluran kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah kepada nasabah debitor. Ketentuan tersebut menegaskan: ”Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada bank”. Hal ini dilaksanakan selain bertujuan untuk mencegah timbulnya kerugian pada bank juga memberikan perlindungan kepada kepentingan-kepentingan nasabah penyimpan dan simpanannya. Undang-undang No.7 Tahun 1992 jo Undang-undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan mulai dari Pasal 29 sd Pasal 37-B, tampak penegasan prinsip ini termasuk dalam ruang lingkup pembinaan dan pengawasan. Prinsip kehati-hatian merupakan bagian dari pembinaan dan pengawasan bank. Menurut Anwar Nasution, ketentuan prinsip kehati-hatian dalam Undang-undang No.7 Tahun 1992 jo Undang- undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan termasuk dalam ruang lingkup pembinaan bank dalam arti sempit. 7 Tanggung jawab bank terhadap nasabahnya tampak pula dalam penegasan Pasal 29 ayat 4 Undang-undang No.7 Tahun 1992 jo Undang-undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang menegaskan: ”Untuk kepentingan nasabah, bank wajib menyediakan informasi mengenai kemungkinan timbulnya risiko kerugian sehubungan dengan tr ansaksi nasabah yang dilakukan melalui bank”. Dalam ketentuan secara eksplisit pula terkandung prinsip kehati-hatian yang mewajibkan bagi bank 7 Anwar Nasution, “Pokok-Pokok Pikiran Tentang Pembinaan dan Pengawasan Perbankan Dalam Rangka Pemantapan Kepercayaan Kepada Masyarakat Terhadap Industri Perbankan”, Makalah disampaikan pada Seminar tentang Pertanggungjawaban Bank Terhadap Nasabah, Departemen Kehakiman, BPHN, di Hotel Indonesia Jakarta, pada tanggal 24-25 Juni 1997, H 2 18 menyediakan informasi mengenai kemungkinan timbulnya resiko kerugian sehubungan dengan transaksi nasabah yang dilakukan melalui bank.

2. Pengaturan Branchless Banking