Menurut Undang – undang Otoritas Jasa Keuangan Nomor 21 Tahun 2011

24 b. Memiliki usaha yang sedang berjalan dengan lokasi anda tetap paling singkat 2 dua tahun; c. Lulus proses uji tutas due diligence oleh penerbit berupa Bank; d. Menempatkan deposit dengan jumlah sesuai yang ditetapkn Penerbit berupa Bank. Dalam hal tanggung jawab Penerbit wajib bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan yang dilakukan oleh agen LKD. Sehingga Penerbit harus menerapkan prinsip kehati – hatian sesuai Undang – undang Perbankan dan Peraturan Bank Indonesia No 1325PBI 2011 tentang Prinsip kehati- hatian bagi Bank Umum yang melakukan penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada pihak lain

b. Menurut Undang – undang Otoritas Jasa Keuangan Nomor 21 Tahun 2011

tentang Otoritas Jasa keuangan. Menurut Undang – undang Otoritas Jasa Keuangan Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa keuangan, untuk mewujudkan perekonomian nasional yang mampu tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, diperlukan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan yang terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel, serta mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, dan mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat. Otoritas Jasa Keuangan Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Undang – 25 undang ini 16 . Untuk melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan di sektor Perbankan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a, OJK mempunyai wewenang 17 : 1 pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan bank yang meliputi: a perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran dasar, rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan dan sumber daya manusia, merger, konsolidasi dan akuisisi bank, serta pencabutan izin usaha bank b kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana, produk hibridasi, dan aktivitas di bidang jasa 2 pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank yang meliputi: a likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio kecukupan modal minimum, batas maksimum pemberian kredit, rasio pinjaman terhadap simpanan, dan pencadangan bank b laporan bank yang terkait dengan kesehatan dan kinerja bank c sistem informasi debitur d pengujian kredit credit testing e standar akuntansi bank 3 pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehatihatian bank, meliputi: a manajemen risiko b tata kelola bank c prinsip mengenal nasabah dan anti pencucian uang d pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatanPerbankan 4 pemeriksaan bank 16 Pasal 1 ayat 1 Undang – undang nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan 17 Ibid 26 Otoritas Jasa Keuangan dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan jasa keuangan di dalam sektor jasa keuangan terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel, serta mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, dan mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat. Dengan tujuan ini, OJK diharapkan dapat mendukung kepentingan sektor jasa keuangan nasional sehingga mampu meningkatkan daya saing nasional. Selain itu, OJK harus mampu menjaga kepentingan nasional, antara lain, meliputi sumber daya manusia, pengelolaan, pengendalian, dan kepemilikan di sektor jasa keuangan, dengan tetap mempertimbangkan aspek positif globalisasi.Untuk melaksanakan tugas pengaturan sebagaimana, OJK mempunyai wewenang 18 : a menetapkan peraturan pelaksanaan Undang - undang ini b menetapkan peraturan perundang-undangan di sector jasa keuangan c menetapkan peraturan dan keputusan OJK d menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sector jasa keuangan. e menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK f menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis terhadap Lembaga Jasa Keuangan danpihak tertentu g menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter pada Lembaga Jasa Keuangan h menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola, memelihara, dan menatausahakan kekayaan dan kewajiban i menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - undangandi sektor jasa keuangan. 18 Ibid 27 Untuk mencapai tujuan dari dibentuknya Otoritas jasa keuangan, perlu didukung oleh tata kelola pemerintahan yang baik, yang secara terus menerus melakukan reformasi terhadap setiap komponen dalam sistem perekonomian nasional. Salah satu komponen penting dalam sistem perokonomian nasional dimaksud adalah sistem keuangan dan seluruh kegiatan jasa keuangan yang menjalankan fungsi intermediasi bagi berbagai kegiatan produktif di dalam perekonomian nasional. Fungsi intermediasi yang diselenggarakan oleh berbagai lembaga jasa keuangan, dalam perkembangannya telah memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam penyediaan dana untuk pembiayaan pembangunan ekonomi nasional 19 . Sebagaimana telah dibahas sebelumnya bahwa Branchless Banking sebagai lembaga layanan jasa perbankan memiliki fungsi intermediasi bagi pembangunan ekonomi di Indonesia. Sehingga sebagai lembaga yang memiliki peran dalam layanan keuangan perlu juga diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. Bila diamati, undang-undang Otoritas Jasa Keuangan belum mengakomodasi pengaturan bentuk pengawasan bank, baik bank umum maupun brancless banking. Pengawasan bank yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan pada prinsipnya terbagi atas dua jenis, yaitu pengawasan dalam rangka mendorong bank-bank untuk ikut menunjang pertumbuhan ekonomi dan menjada kestabilan moneter macro-economic supervision dan pengawasan yang mendorong agar bank secara individual tetap sehat serta mampu memelihara kepentingan masyarakat dengan baik prudential supervision 20 . Tentu saja dibentuknya branchless banking yang memiliki fungsi intermediasi lebih berperan dalam masyarakat. Dalam hal ini OJK perlu mengawasi, demi kesesuaian tujuan prudential supervision, tujuan prudential supervision adalah 19 Adrian Sutedi, Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan, Raih Asa Sukses, Jakarta, 2014. H. 109 20 Ibid. H.122 28 mengupayakan agar setiap bank secara individual sehat dan aman, serta keseluruhan industri perbankan menjadi sehat dan dapat memelihara kepercayaan masyarakat 21 . Ini berarti bahwa setiap branchless banking sendiri harus dijauhkan dari segala kemungkinan risiko.

c. Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 19 POJK.03 Tahun 2014