Menurut penelitian Rizqi suci lestari 2008, pengetahuan remaja tentang gender dalam keluarga dalam penelitian ini didefinisikan sebagai pandangan remaja yang disalurkan
melalui pendapat remaja mengenai pembagian peran laki-laki dan perempuan, yang terdiri dari peran produktif dan reproduktif, dalam keluarga. Pandangan tersebut dikelompokkan
menjadi: tradisional, transisi dari tradisional ke modern, dan modern. Faktor-faktor yang diduga behubungan dengan persepsi remaja terhadap pembagian peran gender dalam
keluarga dipenelitian ini adalah karakteristik remaja, pola asuh gender terhadap remaja, Persepsi remaja terhadap pembagian peran gender dalam keluarga sebagian besar adalah
transisi dari tradisional ke modern. Persepsi remaja yang seperti itu, nantinya akan mengukuhkan konsep peran ganda bagi perempuan. Selain peran ganda, persepsi remaja juga
mengandung isu gender lainnya seperti stereotipe. Stereotipe tersebut jika tetap dipercaya oleh remaja pada akhirnya tidak saja akan mengukuhkan konsep peran ganda tapi juga bisa
menyebabkan marjinalisasi perempuan, terutama di bidang ekonomi. Sejauh ini masih belum banyak diketahui bagaimana pengetahuan remaja tentang
kesetaraan gender dalam keluarga serta faktor-faktor apa saja yang dapat membentuk atau mempengaruhi pengetahuan remaja tersebut. Diketahuinya bagaimana pengetahuan remaja
mengenai kesetaraan gender, maka akan bisa diramalkan apakah peran ganda perempuan yang menyebabkan beban ganda bagi perempuan serta peran gender tradisional yang
merugikan perempuan dan laki-laki masih akan dilanggengkan atau tidak di masa yang akan datang. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti “Pengetahuan remaja Tentang
Kesetaraan Gender Dalam Keluarga di SMA Dharma Pancasila”.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Pengetahuan remaja Tentang Kesetaraan Gender Dalam Keluarga di kelas II IPA SMA Dharma Pancasila Medan Tahun 2013.
Universitas Sumatera Utara
C. Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengetahuan remaja tentang kesetaraan gender dalam keluarga di SMA Dharma Pancasila Medan Tahun 2013.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitin yang diperoleh diharapkan dapat menjadi masukan bagi pembaca agar mengetahui kesetaraan gender dalam keluarga
1. Bagi Responden
Diharapkan bagi remaja umumnya dan kepada remaja SMA Dharma Pancasila Medan khususnya agar dapat memahami pentingnya pengetahuan tentang kesetaraan gender
dalam keluarga. 2. Bagi Peneliti selanjutnya
Sebagai rujukan atau perbandingan dalam melakukan penelitian serupa. 3. Bagi pendidikan kebidanan
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bekal dan menambah wawasan bagi mahasiswa.
4. Bagi pembaca umum Sebagai informasi mengenai informasi remaja tentang kesetaraan gender dalam
keluarga.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan Knowledge 1. Definisi
Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil pengguatan panca indranya dan berbeda dengan kepercayaan beliefes, takhayul superstition, dan
penerangan-penerangan yang keliru misinformation Soekanto, 2003. Pengetahuan Knowledge juga diartikan sebagai hasil penginderaan manusia atau
hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya mata, hidung dan sebagainya, dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan
pengetahuan. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek Notoatmodjo. 2007.
Menurut Roger 1974, dalam Notoatmodjo, 2003 mengatakan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :
1. Awarness kesadaran, yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus objek terlebih dahulu. 2. Interest, yakni orang yang mulai tertarik pada stimulus. 3.
Evaluation, menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. 4. Trial ,orang yang telah mencoba perilaku baru. 5. Adoption,yakni subjek telah berperilaku
baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
2. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkatan yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan :
a. Tahu know
Universitas Sumatera Utara
Tahu diartikan hanya sebagai recall memanggil memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatus Notoatmodjo. 2010.
Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan,
menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya Notoatmodjo. 2007. b.
Memahami comprehension Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar
dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut Notoatmodjo. 2010.
c. Aplikasi aplication
Aplikasi diartikan apabila seseorang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang telah diketahui tersebut pada situasi
yang lain Notoatmodjo. 2010. d.
Analisis analysis Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan memisahkan, dan
mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang telah sampai pada tingkat
analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau mengelompokan, membuat diagram bagan terhadap pengetahuan atas objek tersebut Notoatmodjo. 2010.
e. Sintesis synthesis
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang
dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada Notoatmodjo. 2010.
f. Evaluasi evaluation
Universitas Sumatera Utara
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada
suatu kriteria yang ditentukan sendiri. Notoatmodjo. 2010.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Mubarak 2007 “ ada tujuh faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu :
a. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi
pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang tingkat
pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai baru diperkenalkan.
b. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.
c. Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek psikis dan psikologis mental. Pertumbuhan fisik secara garis besar ada empat kategori perubahan,
yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis dan mental taraf
berfikir seseorang semakin matang dan dewasa.
Universitas Sumatera Utara
d. Minat
Sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dab menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh
pengetahuan yang lebih dalam. e.
Pengalaman Adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan
lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap objek tersebut menyenangkan maka secara
psikologis akan timbul kesan yang membekas dalam emosi sehingga menimbulkan sikap positif.
f. Kebudayaan
Kebudayaan lingkungan sekitar, apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya
mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan. g.
Informasi Kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang
untuk memperoleh pengetahuan yang baru.
4. Pengukuran Pengetahuan
Menurut Arikunto 2011, pengetahuan seseorang dapat diketahui dan di interpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :
1. Baik :76-100
2. Cukup :60-75
3. Kurang Baik :60
Universitas Sumatera Utara
B. Masa Remaja 1. Defenisi Remaja
Remaja dalam arti adolescene inggris berasal dari kata lain adolescere yang artinya tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan
fisik saja, tetapi juga kematangan sosial psikologis. Masa remaja adalah mas transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Yani Widyastuti dan kawan-kawan
,2009 Menurut Mappiare, Remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke
dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada dibawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar.
Mohammad Ali,2011
2. Tahap Perkembangan Remaja
Menurut Ns. Ratna Aryani,S.Kep. 2010 Dalam Proses penyusuaian diri menuju kedewasaan, ada tiga tahap perkembangan remaja yaitu
a. Masa remaja awal
Pada tahapan ini, remaja mulai berfokus pada pengambilan keputusan, baik di dalam rumah ataupun di sekolah. Remaja mulai menunjukan cara berfikir logis, sehingga sering
menanyakan kewenangan dan standar di masyarakat maupun di sekolah. Remaja juga mulai menggunakan istilah-istilah sendiri dan mempunyai pandangan, seperti : olahraga yang
lebih baik untuk bermain, memilih kelompok bergaul, pribadi seperti apa yang diinginkan, dan mengenal cara untuk berpenampilan menarik.
b. Masa remaja menengah Pada tahapan ini terjadi peningkatan interaksi dengan kelompok, sehingga tidak
selalu tergantung pada keluarga dan terjadi eksplorasi seksual. Dengan menggunakan
Universitas Sumatera Utara
pengalaman dan pemikiran yang lebih kompleks, pada tahap ini remaja sering mengajukan pertanyaan, menganilisis secaera menyeluruh, dan berfikiran tentang bagaimana cara
mengembangkan identitas “Siapa saya?”Pada masa ini remaja juga mualai mempertimbangkan kemungkinan masa depan, tujuan, dan membuat rencana sendiri.
c. Masa remaja akhir Pada tahap ini remaja lebih berkonsentrasi pada rencana yang akan datang dan
meningkatkan pergaulan. Selama masa remaja akhir, proses berfikir secara kompleks digunakan untuk memfokuskan diri masalah – masalah idealisme, toleransi, keputusan
untuk karier dan pekerjaan, serta peran orang dewasa dalam masyarakat.
3. Gender dan Peran Gender
1. Defenisi Gender dan Peran Gender
Gender adalah perbedaan peran, fungsi, tannggung jawab antara laki-laki dan perempuan yang dibentuk, dibuat, dan di kontruksi oleh masyarakat dan dapat berubah
sesuai dengan perkembangan zaman akibat konstruksi sosial, Yani Widyastuti,dkk, 2009. Peran gender adalah seseorang yang diharapkan oleh masyarakat untuk bertingkah
dan berperilaku menurut jenis kelaminnya laki-laki dan perempuan. Sebagai contoh, perempuan seharusnya menjadi ibu dan tinggal dirumah untuk mengurus anak, dan suami
seharusnya menjadi menjadi ayah dan mencari nafkah untuk keluarga. Eva Ellya, 2010.
2. Defenisi Kesetaraan Gender
Kesetaraan gender adalah adanya persamaan hak antara kaum wanita dengan kaum adam dimana persamaan itu mempunyai arti yang menguntungkan bagi kedua pihak, contoh
nya dalam dunia kerja. Dengan adanya sebuah kesetaraan akan mengandung adanya perbedaan yang akan memungkinkan perbedaan pendapat antara kedua belah pihak saja.
lizzcharly, 2010
Universitas Sumatera Utara
Kesetaraan gender berarti kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan
berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan pertahanan dan keamanan nasional hankamnas, serta kesamaan dalam menikmati hasil
pembangunan tersebut. Kesetaraan gender juga meliputi penghapusan deskriminasi dan ketidak adilan struktural, baik terhadap laki-laki maupun perempuan. wordpress, 2009
Menurut Megawangi 1999, pada dasarnya ada dua argumen yang saling bertentangan mengenai pembentukan sifat maskulin dan feminin pada pria dan wanita.
Argumen pertama percaya bahwa perbedaan sifat maskulin dan feminin ada hubungannya dengan, bahkan tidak lepas dari, pengaruh perbedaan biologis seks pria dan wanita.
Perbedaan biologi pria dan wanita adalah alami, begitu pula sifat maskulin dan feminin yang dibentuknya. Oleh karena itu, sifat stereotipe gender sulit untuk diubah. Argumen ini
sering disebut mahzab esensial biologis atau orientasi biologis. Argumen kedua percaya bahwa pembentukan sifat maskulin dan feminin bukan disebabkan oleh adanya perbedaan
biologis antara pria dan wanita, melainkan sosialisasi atau kulturasi. Penganut mahzab ini tidak mengakui adanya sifat alami maskulin dan feminin nature, tetapi yang ada adalah
sifat maskulin dan feminin yang dikonstruksi oleh sosial budaya melalui proses sosialisasi nurture. Argumen ini membedakan antara jenis kelamin seks yang merupakan konsep
nature, dan gender yang merupakan konsep nurture. Pemikiran ini disebut mahzab orientasi kultur.
Perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan pada proses berikutnya melahirkan peran gender Fakih, 2006. Santrock 2003 mengartikan peran gender sebagai suatu set
harapan yang menetapkan bagaimana seharusnya perempuan dan laki-laki berpikir, bertingkah laku, dan berperasaan. Mugniesyah 2002 dalam Meliala 2006 menjelaskan
bahwa peran gender merupakan suatu perilaku yang diajarkan pada setiap masyarakat,
Universitas Sumatera Utara
komunitas dan kelompok sosial tertentu yang menjadikan aktivitas-aktivitas, tugas-tugas dan tanggung jawab tertentu dideskripsikan sebagai peran perempuan dan laki-laki. Peran
gender dipengaruhi oleh umur, kelas, ras, etnik, agama dan lingkungan geografi, ekonomi dan politik. Perubahan peran gender sering terjadi sebagai respon terhadap perubahan
situasi ekonomi, sumberdaya alam, dan atau politik termasuk perubahan berupa usaha-usaha pembangunan atau penyesuaian program struktural atau oleh kekuatan-kekuatan di tingkat
nasional dan global.
3. Pembagian Peran Gender Dalam Keluarga
Pembagian peran gender dalam keluarga ada Tiga elemen utama dalam struktur internal keluarga mengacu pada:
1. Sosial keluarga yang biasanya terdiri dari tiga struktur utama yaitu, bapak, ibu, dan anak. Struktur ini dapat pula berupa figur-figur seperti “pencari nafkah”, ibu rumah tangga,
anak balita, anak sekolah, remaja dan lain-lain. Seperti halnya dalam setiap struktur sosial dalam masyarakat, diferensiasi sosial akan selalu ada dimana tiap komponen
mempunyai status masing-masing. 2. fungsi atau peran sosial, menggambarkan peran dari masing-masing individu atau
kelompok menurut status sosialnya dalam sebuah sistem sosial. Peran sosial juga dapat diartikan sebagai seperangkat tingkah laku yang diharapkan dapat memotivasi tingkah
laku seseorang yang menduduki status sosial tertentu. Parsons dan Bales 1956 dalam Megawangi 1999 membagi dua peran orang tua dalam keluarga, yaitu peran
instrumental yang diharapkan dilakukan oleh suami atau bapak, dan peran emosional atau ekspresif yang biasanya dipegang oleh figur istri atau ibu. Peran instrumental
dikaitkan dengan peran mencari nafkah untuk kelangsungan hidup seluruh anggota keluarga, sedangkan peran emosional ekspresif adalah peran pemberi cinta, kelembutan
dan kasih sayang.
Universitas Sumatera Utara
3. norma sosial, seperangkat peraturan yang menggambarkan bagaimana sebaiknya seseorang bertingkah laku dalam kehidupan sosialnya. Norma sosial berasal dari dalam
masyarakat yang merupakan bagian dari kebudayaan. Setiap keluarga mempunyai norma yang spesifik untuk keluarga tersebut. Misalnya norma sosial dalam hal pembagian tugas
kegiatan rumah tangga yang mengatur tingkah laku setiap anggota dalam keluarganya.
Menurut Syafrudin 2010, Ideologi gender adalah perbedaan posisi perempuan dan laki-laki yang di yakini sebagi kodrat dari tuhan. Ideologi ini mempengaruhi bagimana
seharusnya perempuan dan laki-laki berfikir dan bertindak. Perbedaan ini menciptakan ketidakadilan bagi perempuan dalam bentuk subordinasi, dominasi, diskriminasi,
marginalisasi yang merupakan sumber utama tindak kekerasan pada perempuan. Kecenderungan ini terjadi karena
a. Kodrat perempuan halus
b. Posisinya dibawah laki-laki
c. Melayani
d. Bukan kepala rumah tangga
e. Menjadikan perempuan sebagai properti barang milik laki-laki
Eva Ellya,2010, Perlu dipahami bahwa faktor sosial budaya dan hubungan kekuasaan antara laki-laki dan perempuan merupakan faktor penting yang mendukung
kesehatan seseorang, seperti : 1.
Peran ganda perempuan merugikan kesehatannya. 2.
Pola penyakit antara laki-laki dan perempuan menunjukan adanya perbedaan. 3.
Kemampuan Perempuan untuk hamil dan melahirkan menunjukan bahwa mereka memerlukan pelayanan kesehatan reproduksi yang berbeda, baik dalam keadaan sakit
maupun sehat. Oleh karena itu terhadap pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualiatas sepanjang daur hidupnya sangat menentukan kesejahteraan dirinya.
Universitas Sumatera Utara
Peran jenis kelamin adalah pembagian jenis laki-laki dan perempuan secara gender tersebut berjalan dari tahun ketahun. Lama kelamaan, masyarakat tidak lagi mana seks dan
mana gender. Akhirnya, terciptalah pembagian gender yang membentuk peran gender yang diyakini sebagai peranan sosial. Peran gender tersebut bahkan oleh masyarakat diyakini
sebagai kodrat tuhan, Eny Kusmiran, 2011
Remaja laki-laki mempunyai masalah kesehatan reproduksi yang dapat berubah menurut siklis kehidupan, serta dipengaruhi oleh budaya dan praktek-praktek medis
yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi segera setelah mereka lahir. Ketika anak laki- laki mencapai masa pubertas, mereka mereka mulai merasakan perubahan fisik, termasuk
perubahan suara, munculnya alat kelamin sekunder, serta meningkatnya perkembangan jaringan otot. Perubahan-perubahan fisik ini sering kali diikuti dengan perubahan emosional
dan perilaku Eny Kusmiran, 2011.
Perbedaaan peran serta tanggung jawab sosial bagi laki-laki maupun perempuan yang ditetapkan masyarakat maupun budaya,gender bukan lah kodrat atau ketentuan dari sang
pencipta, misalnya keyakinan bahwa laki-laki lebih kuat, kasar dan rasional, buknlah ketentuan kodrat sang pencipta, melainkan hasil sosialisasi melalui sejarah yang panjang,
Taufan Nugroho, 2010 Laki-laki dan perempuan di semua lapisan masyarakat memainkan peran yang
berbeda, mempunyai kebutuhan yang berbeda, dan menghadapi kendala yang berbeda pula. Masyarakatlah yang membentuk nilai dan aturan tentang bagaimana anak laki-laki dan
perempuan, laki-laki dan perempuan dewasa harus berperilaku, berpakaian, bekerja apa dan boleh bepergian kemana dan contoh lainya. Adanya aturan ini menegaskan laki-laki dan
perempuan mempunyai perbedaan tugas, Nurul Rahmadani, 2009
Universitas Sumatera Utara
Menurut Eny Kusmiran 2011, upaya yang dilakukan untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender ditengah-tengah masyarakat dilakukan dengan hal-hal sebagai berikut :
4. Kesetaraan gender dalam keluarga.
Hak-hak sama bagi remaja laki-laki dan perempuan yang perlu dipenuhi dalam keluarga diantaranya:
a. Hak untuk tumbuh, antara lain mendapat gizi seimbang
b. Hak untuk berkembang, antara lain mendapatkan pendidikan bagi remaja laki-laki
maupun perempuan c.
Hak untuk reproduksi bagi remaja perempuan d.
Hak untuk mendapatkan perlindungan dari kekerasan fisik dan nonfisik e.
Hak mengemukakan pendapat, setiap anggota keluarga didengar pendapatnya dalam proses pengambilan keputusan dalam keluarganya
f. Semua anggota keluarga memahami hak asasi manusia termasuk perempuan dan anak.
Cara yang dilakukan untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam keluarga, di antaranya:
a. Laki-laki dan perempuan saling mendukung dalam menyelesaikan tugas dalam
keluarga b.
Mengelola bersama pendapat keluarga c.
Berpartisipasi dalam peran sosial dimasyarakat d.
Berdialog dalam mengambil keputusan e.
Memiliki akses yang sama dalam informasi dan sumber daya kesehatan dan pendidikan
Universitas Sumatera Utara
5. Kesetaraan dan keadilan gender dalam sekolah
Kesetaraan dan keadilan gender dalam sekolah proses belajar mengajar antara lain diwujudkan dengan kesempatan dan perlakuan yang sama bagi remaja laki-laki dan
perempuan dalam hal : a.
Menjadi pengurus organisasi sekolah b.
Bertanya dan menjawab pertanyaan c.
Ikut serta dalam olahraga dan kesenian d.
Menulis di mjalah dinding e.
Memperoleh penghargaan di sekolah f.
Memperoleh berbagai informasi yang diperlukan. Menurut Nurul Ramadhani 2009, kenyataannya, banyak ditemukannya praktek
ketidakadilan dan ketidaksetaraan gender didalam masyarakat. Hal ini disebabkan antara lain karena tiga peran perempuan :
1. Peran produktif
Peran ini berhubungan dengan segala aktifitas dan pekerjaan yang menghasilkan uang, seperti: bertani, tukang batu, berdagang, pembantu rumah tangga, membuka warung,
bekerja dikantor, dan berbagai pekerjaan lainnya. Namun sebagian besar upah yang diperoleh kaum perempuan jauh lebih rendah dibandingkan kaum laki-laki untuk pekerjaan
yang sama beratnya. 2.
Peran reproduktif Peran ini berhubungan dengan peran perempuan untuk mengurus rumah tangga dan
mensejahterakan keluarga, termasuk hamil, melahirkan, merawat anak, mengurus anggota keluarga yang sakit dan berbagai pekerjaan rumah tangga.
3. Peran di masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Peran ini berkaitan dengan keterlibatan kaum perempuan untuk ikut andil dalam kegiatan kemasyarakatan dan kegiatan sosial, umpamanya menghadiri rapat, kegiatan
spiritual, kebudayaan, menghibur keluarga yang tertimpa musibah, aktif di organisasi kemasyarakatan. Peran ini melibatkan laki-laki dan perempuan, namun umumnya
pengambilan keputusan selalu berada pada tangan laki-laki.
6. Lingkungan a. Lingkungan Keluarga
Keluarga adalah unit kesatuan sosial terkecil yang mempunyai peranan sangat penting dalam membina anggota-anggota keluarganya Rahayu, 2009. Secara prinsip
keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas dua orang atau lebih berdasarkan pada ikatan perkawinan dan pertalian darah, hidup dalam satu rumah tangga di
bawah asuhan seorang kepala rumah tangga, berinteraksi di antara anggota keluarga, setiap anggota keluarga memiliki peranannya masing-masing dalam menciptakan dan
mempertahankan budaya keluarga. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang dikenal bagi seseorang begitu ia dilahirkan di dunia. William Bennet dalam Hastuti 2008
mengungkapkan bahwa keluarga adalah tempat yang paling efektif dimana seorang anak menerima kebutuhan kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan bagi hidupnya, serta kondisi
kondisi biologis, psikologis, dan pendidikan serta kesejahteraan seorang anak amat tergantung pada keluarga. Jadi untuk menciptakan kesejahteraan bagi anak maka
kesejahteraan keluarga merupakan hal utama yang harus dibangun. Apabila anak telah sejahtera, maka akan terbentuk anak yang berkualitas, berkompeten, dan dapat mandiri.
b. Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah adalah suatu kawasan tempat anak-anak diajarkan untuk mendapatkan, mengembangkan, dan menggunakan sumber-sumber dari keadaan sekitarnya.
Universitas Sumatera Utara
Sekolah yang merupakan tempat dimana pendidikan diterapkan dan diajarkan untuk memandang sesuatu secara objektif sesuai fakta-fakta yang ada, ternyata terdapat
ketimpangan gender. Ada beberapa faktor di lingkungan sekolah yang menyebabkan ketimpangan gender di bidang pendidikan. Menurut Bemmelen 2003 dalam Sudarta
2008 faktor-faktor ketimpangan gender dalam pendidikan adalah angka buta huruf, Angka Partisipasi Sekolah APS, pilihan bidang studi, komposisi staf perngajar dan kepala
sekolah. Menurut Sudarta 2008 sendiri faktor penentu ketimpangan gender adalah masalah lama sejarah, nilai gender yang dianut oleh masyarakat, nilai dan peran gender dalam buku
ajar, nilai gender yang ditanamkan guru, dan kebijakan yang timpang gender, sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan ketimpangan gender adalah :
1. Pilihan Bidang Studi Ketimpangan gender terlihat juga dalam pilihan bidang studi. Hal ini dapat dibuktikan pada
sekolah kejuruan, seperti misalnya Sekolah Kepandaian Puteri SKP, yakni suatu sekolah khusus untuk anak perempuan, Sekolah Teknik Menengah STM umumnya untuk anak
laki-laki dan sebagainya. Penjurusan di tingkat SLTA, umumnya anak perempuan lebih banyak mengisi jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial IPS, sedangkan anak laki-laki lebih
banyak mengisi jurusan Ilmu Pengetahuan Alam IPA. Berkaitan dengan pilihan fakultas dan jurusan di Perguruan Tinggi yang dinyatakan oleh Sudarta 2008 bahwa proporsi laki-
laki dan perempuan di fakultas dan jurusan di Universitas Indonesia pada tahun 19921993 menunjukkan ketimpangan gender yang signifikan. Di samping itu, Agung Ariani 2002
dalam Sudarta 2008 juga menyatakan bahwa umumnya perempuan memilih sekolah yang penyelesaian pendidikannya memerlukan waktu pendek dan cepat bisa bekerja, sebagai
alasannya adalah untuk menunjang ekonomi rumah tangga dan untuk biaya melanjutkan studi saudara laki-lakinya.
2. Nilai dan Peran Gender yang Terdapat dalam Buku Ajar
Universitas Sumatera Utara
Evaluasi terhadap bahan ajar pada tingkat sekolah dasar misalnya, contoh-contoh seperti ibu pergi ke pasar dan ayah pergi ke kantor sudah harus direvisi. Demikian juga dengan Anti
main masak-masakan dan Budi main layangan. Sudarta 2008 juga mengungkapkan contoh mengenai sosialisasi gender di antaranya “Ibu memasak di dapur, Bapak membaca koran”.
“Ibu berbelanja ke pasar, Bapak mencangkul di sawah”. Bentuk seksisme lain adalah gambar-gambar yang lebih sering menampilkan anak laki-laki dalam kegiatan yang lebih
bervariasi dibandingkan dengan anak perempuan. Selain itu perempuan bisa tidak tampak dalam pelajaran bahasa. Eliyani 2009 mengemukakan contoh lain ketimpangan gender
dalam buku ajar yaitu bentuk nominal bermakna profesi seperti peneliti, pilot, pengusaha dan presiden dianggap mengandung makna laki-laki, karena apabila penyandang profesi
tersebut adalah perempuan, kata-kata itu biasanya dimaknai dengan kata perempuan agar sosok perempuan termunculkan dalam kata-kata tersebut.
3. Nilai Gender yang Ditanamkan Oleh Guru
Guru merupakan “role model” yang sangat penting di luar lingkungan keluarga anak. Disadari atau tidak, setiap orang termasuk guru mempunyai persepsi tentang peran
gender yang pantas. Persepsi itu akan disampaikan secara langsung atau tidak langsung kepada murid Bemmelen 2003 dalam Sudarta 2008. Guru taman kanak-kanak dan
sekolah dasar lebih memberikan penguatan positif pada anak perempuan disbanding dengan anak laki-laki dalam memberi instruksi dan aktivitas bermain. Memasuki sekolah menengah
pertama dan menengah atas, baik oleh guru di sekolah dan orang tua di rumah, menasehati agar remaja laki-laki tidak cengeng dan remaja perempuan harus bisa memasak. Selain itu
hasil penelitian, dalam dunia sains yang dipaparkan oleh Eliyani 2009 umumnya juga menunjukkan bahwa tenaga pengajar memiliki persepsi yang sama dengan masyarakat luas,
yaitu sains dan teknologi adalah dunia laki-laki. Sikap ini membuat mereka merasa wajar bila dalam kelas terdapat hanya sedikit anak perempuan.
Universitas Sumatera Utara
BAB III KERANGKA PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini menjelaskan tentang variabel-variabel yang akan diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. Pada skema kerangka konsep
dibawah ini dapat dilihat bahwa sampel dalam penelitian ini adalah remaja SMA Dharma Pancasila, dimana peneliti bermaksud untuk mengetahui bagaimana pengetahuan remaja
tentang kesetaraan gender dalam keluarga.
Dari uraian tersebut, maka dapat digambarkan kerangka konsep penelitian sebagai berikut:
Kesetaraan gender dalam keluarga
Pengetahuan remaja
Universitas Sumatera Utara
B. Defenisi Operasional
NO Variabel
Defenisi Operasional
Alat ukur Cara ukur Hasil ukur
Skala
1. Pengetahuan
Hasil dari tahu remaja tentang
kesetaraan gender dalam
keluarga Yang meliputi:
1. Pengertian
gender 2.
Pengertian Peran
gender 3.
Pengertian kesetaraan
gender dalam
keluarga Kuesioner
Dengan menghitung
jawaban responden
pada kuesioner dengan
menggunakan item :
Benar = nilai 1 Salah= nilai 0
Pengetahuan dikatakan :
1. Baik : bila benar 76-
100 2. Cukup :
bila benar 60 - 75
3. Kurang : bila benar
60 Ordinal
Universitas Sumatera Utara
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian