peta sebesar 64,20. Namun dengan menggunakan algoritmaLyzenga, Komatsu et al. 2008 mendapatkan nilai OA naik menjadi 71,80.
4.4. Kondisi lamun di Perairan Pulau Pari
4.4.1. Persentase penutupan lamun
Persentase penutupan lamun di perairan Pulau Pari diklasifikasikan menjadi 3 kelas Gambar 8 berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 200 tahun 2004. Persentase lamun ≥ 60 masuk dalam kelompok
status lamun “rapat”, persentase penutupan lamun antara 30-59,9 masuk dalam kelompok status lamun “kurang rapat” sedangkan lamun yang memiliki
persentase penutupan ≤ 29,9 masuk dalam kisaran status lamun “jarang”.
Gambar 8. Sebaran persentase penutupan lamun di tiap titik stasiun
=60 30
– 59,9 29,9
Dari gambar 8 dapat diketahui persentase penutupan yang besar ditemukan di titik stasiun yang berada di selatan Pulau Tengah dan di sebelah barat Pulau
Burung. Sedangkan persentase penutupan lamun pada titik stasiun disebelah barat Pulau Pari beragam. Hasil analisis persentase penutupan lamun di perairan Pulau
Pari yaitu berkisar antara 5 - 95.
4.4.2. Biomasa Lamun
Biomasa lamun adalah berat dari semua material yang hidup pada suatu satuan luas tertentu, baik yang berada di atas maupun dibawah substrat yang
sering dinyatakan dalam satuan gram berat kering per m
2
gbkm
2
, sedangkan produksi lamun diartikan sebagai pertambahan biomasa lamun dalam selang
waktu tertentu. Kesuburan lamun berkorelasi positif dengan besarnya biomasa dan produksi lamun Hogart, 2007. Sebaran biomasa lamun di tiap titik stasiun
di gugusan Pulau pari ditunjukkan pada Gambar 9.
Gambar 9. Sebaran biomasa lamun di tiap titik stasiun
=93,57 gbkm
2
48 - 93,56 gbkm
2
47,99 gbkm
2
Hasil analisis biomasa lamun di perairan Pulau Pari Biomasa lamun yang ditemukan di titik stasiun berkisar antara 2,43 gbkm
2
-139,13 gbkm
2
. Rata-rata biomasa lamun sebesar 41,94 gbkm
2
. Titik stasiun lamun di perairan Pulau Pari sebagian besar memiliki biomasa lamun 47,99 gbkm
2
dan banyak tersebar di bagian selatan Pulau Pari. Dari 35 titik stasiun lamun, hanya ada 3 titik stasiun
yang memiliki biomasa lamun ≥ 93,57 gbkm
2
yang tersebar di sebelah selatan Pulau Tengah dan di sebelah barat Pulau pari. Penelitian mengenai biomasa
lamun pernah dilakukan Azkab 1988 di wilayah Pulau Pari pada jenis lamun Enhalus acoroides dan diperoleh hasil analisis biomasa sebesar 44,949 gbkm
2
– 175,00 gbkm
2
. Semakin besar kandungan biomasa lamun maka produktivitas lamun semakin besar, dalam hal ini berhubungan dengan proses fotosintesis
Duarte, 1989. 4.4.3. Jumlah spesies lamun
Hasil identifikasi data lamun di perairan Pulau Pari ditemukan tiga jenis lamun yaitu Enhalus acoroides, Cymodocea rotundata dan Thalassia hemprichii
Gambar 10 dan jumlah spesies lamun ini relatif lebih sedikit bila dibandingkan dengan lokasi lainnya Lampiran 4.
Tipe vegetasi lamun di perairan Pulau Pari adalah vegetasi campuran dimana komunitas lamun terdiri atas dua atau lebih jenis lamun yang tumbuh pada
tempat yang sama. Dari ke 35 titik stasiun, jenis lamun yang sering ditemukan yaitu Enhalus acoroides dan Thalassia hemprichii. Di Perairan Pulau Pari
Enhalus acoroides tumbuh pada dasar perairan pasur berlumpur, pasir dan pasir berkarang yang selalu tergenang air. Thalassia hemprichii umumnya tumbuh di
perairan dangkal pada dasar pasir dan pasir berlumpur Kiswara, 1992.
Baik Sedang
Jelek
Gambar 10. Sebaran spesien lamun di tiap titik stasiun
4.4.4 Analisis kondisi lamun berdasarkan persentase penutupan, biomasa,