Penilaian kondisi lamun Metode penelitian

3.3.3. Analisis data biomasa lamun

Nilai biomasa yang digunakan pada penelitian ini merupakan berat kering lamun dalam luasan area 0,04 m 2 yang diperoleh dengan menggunakan rumus Azkab, 1999: frame Luas ring ke Berat Biomassa  ……………………………………………..6 Keterangan : Biomasa = nila biomasa lamun dalam gbkm 2 gram berat keringm 2 Berat kering = berat sampel lamun kering yang telah di oven gbk Luas frame = luas area frame pada saat pengambilan sampel lamun 0,04 m 2

3.3.4. Penilaian kondisi lamun

Pengamatan kondisi titik stasiun lamun dilakukan pada 35 titik stasiun Lampiran 9. Pada setiap titik stasiun lamun dilakukan penilaian kondisi lamun berdasarkan studi lapang persentase penutupan, jumlah jenis dan biomasa lamun secara kuantitatif dengan cara skoring. Teknik skoring yaitu dengan memberikan skor tertentu pada parameter penentu kondisi lamun dengan skor 5,3,1. Skor ini mencerminkan nilai setiap parameter kondisi lamun. Kisaran nilai untuk pemberian skor pada setiap parameter berdasarkan data yang diperoleh Supriyadi, 2010. Namun dilakukan pengecualian untuk parameter persentase penutupan lamun yang berdasarkan keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 200 tahun 2004. Kisaran biomasa diperoleh dari hasil pembentukan kelas data menjadi 3 kelas dimana pada setiap kelasnya memiliki lebar kelas berdasarkan pada persamaan dibawah ini. kelas jumlah min data max data kelas Lebar   .................................................................7 Secara rinci tabel skoring dan klasifikasi peringkat kondisi lamun disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Skoring parameter penentu kondisi lamun No Parameter Kisaran Skor 1. Jumlah jenis 1 2 3 1 3 5 2. Biomasa gbkm 2 2,43 – 47,99 48,00 – 93,56 93,57 – 139,13 1 3 5 3. Persentase penutupan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 200 tahun 2004 29,9 30 – 59,9 ≥ 60 1 3 5 Jumlah skor dari ketiga parameter kemudian diklasifikasikan menjadi tiga peringkat yaitu kondisi lamun “baik”, “sedang”, dan “jelek” berdasarkan persamaan 7 Tabel 5. Tabel 5. Klasifikasi kondisi titik stasiun lamun Skor akhir Kondisi lamun ≤ 6 jelek 7-10 sedang ≥ 11 baik 22

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran umum lokasi penelitian

Gugus Pulau Pari merupakan salah satu bagian dari Kepulauan Seribu dan tersusun dari lima buah pulau kecil, antara lain Pulau Pari, Pulau Tengah, Pulau Kongsi, Pulau Tikus, dan Pulau Burung masing-masing dipisahkan oleh beberapa buah Goba. Pulau Pari merupakan pulau terbesar dari ke lima pulau penyusun Gugus Pulau Pari. Panjangnya sekitar 2,5 km dan lebar bagian terpendek sekitar 60 m dan bagian terpanjang sekitar 400 m Kiswara, 1992. Secara geografis, gugus pulau pari terletak pada posisi 5 o 50’20” LS – 5 o 50’25” LS dan 106 o 34’30” BT – 106 o 38’20” BT. Perairan Pulau Pari dipengaruhi oleh pasang surut harian. Pasang harian di Pulau Pari tertinggi 1,2 m dan terendah 0,18 m. Salinitas berkisar 30,2‰ - 36,7‰ dan temperatur berkisar 26,7 o C – 32,9 o C, sehingga dari data lingkungan diatas menunjukkan kualitas perairan di Pulau Pari termasuk ke dalam kisaran optimum bagi spesies lamun Azkab, 1988. Substrat dasar di perairan Pulau Pari berupa pasir, pasir berlumpur dan pasir berkarang dan kedalaman yang dangkal di perairan Pulau Pari memungkinkan kecerahan perairan dapat mencapai 100 Kiswara, 1992. Vegetasi lamun tersebar di wilayah perairan Gugus Pulau Pari dengan kedalaman kurang dari 2 meter dengan kondisi arus yang tenang Kiswara, 1992. Berdasarkan identifikasi jenis lamun di perairan Pulau Pari ditemukan 3 jenis antara lain Enhalus acoroides, Cymodocea rotundata dan Thalassia hemprichii.