17
organisasi, karena sifat manajemen tersebut mengabaikan kemampuan orang-orang yang ada di bawah; manajemen
partisipatif akan lebih efektif.
8 Pengaturan dan pengontrolan yang terlalu sempit bukan menjadi prasyarat bagi efektivitas supervisi; kenyataannya,
pengontrolan yang seperti itu sering menjadi tidak efektif karena bisa mendorong terjadinya supervisi yang otoriter.
9 Jaringan komunikasi informal lebih efisien dan lebih terbuka dari pada jaringan komunikasi formal.
10 Struktur informal lebih penting dari pada struktur formal, sebagaimana pemimpin informal lebih berfungsi dari pada
pemimpin formal; para karyawan menggunakan informal organisasi untuk melindungi mereka dari keputusan
manajemen yang semaunya arbitrary.
Pendekatan hubungan antar manusia ini merupakan pendekatan yang populer terhadap manajemen selama beberapa
tahun. Pendekatan hubungan antar manusia ini membawa dampak pada organisasi sekolah. Dampak yang paling menonjol adalah
munculnya istilah-istilah seperti administrasi demokratis, supervisi demokratis, pembuatan keputusan demokratis, dan pembelajaran
demokratis.
C. Pendekatan Perilaku Organisasi Organizational Behavior Approach
Selama tahun 1950-an, suatu transisi terjadi di dalam pendekatan hubungan antar manusia. Para ahli manajemen mulai melihat bahwa
produktivitas pekerja dan keberhasilan organisasi tidak hanya didasarkan pada sekedar kepuasan ekonomi atau kebutuhan sosial. Revisi
pendekatan dari hubungan antar manusia ini dikenal dengan istilah pendekatan perilaku organisasi organizational behavior approach.
Pendekatan perilaku organisasi ini melihat bahwa perilaku individu di dalam organisasi jauh lebih kompleks dibandingkan dengan apa yang
18
dilihat oleh para pencetus pendekatan hubungan antar manusia. Pendekatan hubungan antar manusia terlalu menyederhanakan perilaku
individu dalam organisasi. Bidang perilaku organisasi mempunyai dasar interdisiplin ilmu, yaitu psikologi, sosiologi, antropologi, ekonomi, dan
kedokteran. Dari hasil studi yang dilakukan, pendekatan ini berasumsi bahwa efektivitas pegawai dapat ditingkatkan melalui suatu pemahaman
yang baik tentang proses individu yang kompleks, proses kelompok, dan proses organisasi.
Selama tahun 1960-an, pendekatan perilaku organisasi ini sangat mempengaruhi bidang manajemen. Tokoh pertama dalam pendekatan
perilaku organisasi ini adalah:
1. McGregor dengan teorinya yang dikenal yaitu Teori “X” dan Teori “Y” tentang perilaku manusia. Menurut McGregor, pada
Teori X, manajer melihat para karyawan sebagai orang-orang yang malas dan tidak bertanggungjawab. Dalam melaksanakan
pekerjaan, mereka memerlukan pengawasan secara terus menerus, dan juga memerlukan eksternal motivasi untuk
mencapai tujuan organisasi. Sedangkan Teori Y, menurut McGregor, manajer melihat para karyawan sebagai orang-
orang yang mau bekerja, bertanggungjawab, punya inisiatif, dan dapat mengontrol dirinya sendiri. Orang-orang ini tidak
memerlukan pengawasan yang ketat dan eksternal motivasi dalam bekerja.
2. Chris Argyris. Ia merekomendasikan otonomi yang lebih luas dan pekerjaan yang lebih baik bagi para pekerja.
3. Rensis Likert, yang menekankan nilai partisipasi dalam manajemen.
Selama beberapa tahun, pendekatan perilaku organisasi ini sangat populer dan secara konsisten menekankan pada
pengorganisasian sumber daya manusia untuk mencapai tujuan individu dan tujuan organisasi. Sama seperti pendekatan yang lainnya,
pendekatan perilaku organisasi ini juga memiliki keterbatasan.
19
Keterbatasannya yang paling menonjol adalah pengabaiannya terhadap faktor-faktor situasional seperti faktor lingkungan dan teknologi
organisasi.
D. Pendekatan Terintegrasi