KERANGKA PEMIKIRAN Analisis Rantai Pasok Jagung di Jawa Barat

pangan serta proses pemasaran sesuai dengan keinginan konsumen Kohls dan Uhl 2002 pernyataan ini diperkuat oleh pernyataan Asmarantaka 2012 bahwa efisiensi harga menekankan kepada kemampuan sistem pemasaran dalam mengalokasikan sumberdaya yang efisien, sehingga apa yang diproduksi produsen harus sesuai dengan apa yang diinginkan konsumen sehingga dapat disimpulkan bahwa efisiensi harga dapat tercapai apabila masing-masing pihak yang terlibat puas atau responsif terhadap harga price signals yang berlaku dan terjadi keterpaduan atau integrasi antara pasar acuan dengan pasar di tingkat petani. Efisiensi pemasaran dalam penelitian ini dapat dilihat dari indikator margin pemasaran dan farmer’s share, serta benefit cost ratio Analisis Marjin Pemasaran Pada Rantai Pasok Marjin pemasaran merupakan perbedaan atau selisih harga yang dibayarkan konsumen akhir dengan harga yang diterima petani produsen.Marjin pemasaran dapat dikatakan sebagai nilai jasa mulai dari produsen hingga ke konsumen.Menurut Kohl dan Uhls 2002 Marjin merupakan bagian dari harga konsumen yang tersebur pada setiap lembaga pemasaran yang terlibat.Sedangkan Dahl dan Hammond menggambarkan marjin sebagai perbedaan harga di tingkat lembaga pemasaran dengan harga di tingkat produsen.Nilai marjin pemsaran merupakan perkalian antara marjin pemasaran dengan volume produk terjual. Menurut Asmarantaka 2012, konsep margin pemasaran merupakan perbedaan harga di tingkat petani produsen dengan harga di tingkat konsumen akhir atau di tingkat retail. Pengertian margin ini adalah pendekatan keseluruhan dari sistem pemasaran produk pertanian, mulai dari tingkat petani sebagai produsen primer sampai produk tersebut tiba di tangan konsumen akhir, dansering dikatakan Margin Pemasaran Total MT. Pengertian margin juga sering dipergunakan untuk margin di tingkat lembaga pemasaran Mi yang merupakan selisih harga jual di tingkat lembaga ke-i dengan harga belinya. Dengan demikian MT = jumlah dari Mi i = 1,2,...,n adalah perusahaan atau lembaga-lembaga yang terlibat.Tingginya marjin dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti ketersediaan fisik pemasaran seperti pengangkutan, penyimpanan, pengelolaan, risiko kerusakan, dan lain lain Limbong dan Sitorus, 1987. Untuk lebih jelas mengenai marjin pemasaran dapat dilihat pada Gambar 7, dapat dilihat bahwa margin pemasaran total MT merupakan selisih antara harga di tingkat konsumen akhir Pr dengan harga di tingkat petani Pf. Adapun nilai margin pemasaran value of marketing margin adalah selisih harga pada dua tingkat lembaga pemasaran dikalikan dengan jumlah produk yang dipasarkan. Analisis Farmer’s Share Pada Rantai Pasok Menurut Asmarantaka 2012 farmer’s share merupakan porsi dari nilai yang dibayar konsumen akhir yang diterima oleh petani dalam bentuk persentase.Kohls dan Uhl 2002 menyatakan bahwa apabila aktifitas nilai tambah utilitas pada suatu komoditas banyak dilakukan oleh petani maka nilai farmer’s share yang diperoleh lebih tinggi. Menurut Asmarantaka 2012 efisiensi pemasaran harus memperhitungkan fungsi-fungsi pemasaran yang ada, biaya- biaya dan atribut produk. Meskipun nilai farmer’s share rendah, margin pemasaran tinggi, dan saluran pemasaran panjang, namun terdapat peningkatan kepuasan konsumen maka sistem pemasaran tersebut efisienPenanganan terhadap fungsi-fungsi pemasaran yang kurang efisien dapat menyebabkan biaya pemasaran menjadi lebih tinggi, karena tujuan lembaga pemasaran adalah mencari keuntungan, maka biaya pemasaran itu dilimpahkan pada produsen atau konsumen dengan menekan harga di tingkat produsen dan meningkatkan harga di tingkat konsumen.Kondisi ini mengakibatkan perbedaan harga marjin antara konsumen dan produsen. Menurut Kohls dan Uhl 2002 analisis tentang producer’s share bermanfaat untuk mengetahui bagian harga yang diterima oleh produsen dari harga yang dibayarkan oleh konsumen dalam setiap saluran pemasaran. Keterangan : Df : Permintaan di tingkat petani derived demand Dr : Permintaan di tingkat konsumen akhir primary demand Sf : Penawaran di tingkat petani primary supply Sr : Penawaran di tingkat konsumen akhir derived supply Pf : Harga di tingkat petani Pr : Harga di tingkat konsumen akhir Qrf : Jumlah produkdi tingkat petani dan konsumen akhir Margin pemasaran : Pr – Pf Gambar 7. Kurva MarjinPemasaran Sumber : Hammond dan Dahl 1977 Untuk lebih jelas mengenai marjin pemasaran dapat dilihat pada Gambar 7, dapat dilihat bahwa margin pemasaran total MT merupakan selisih antara harga di tingkat konsumen akhir Pr dengan harga di tingkat petani Pf. Adapun nilai margin pemasaran value of marketing margin adalah selisih harga pada dua tingkat lembaga pemasaran dikalikan dengan jumlah produk yang dipasarkan. Analisis Farmer’s Share Pada Rantai Pasok Menurut Asmarantaka 2012 farmer’s share merupakan porsi dari nilai yang dibayar konsumen akhir yang diterima oleh petani dalam bentuk persentase.Kohls dan Uhl 2002 menyatakan bahwa apabila aktifitas nilai tambah utilitas pada suatu komoditas banyak dilakukan oleh petani maka nilai farmer’s share yang diperoleh lebih tinggi. Menurut Asmarantaka 2012 efisiensi pemasaran harus memperhitungkan fungsi-fungsi pemasaran yang ada, biaya- biaya dan atribut produk. Meskipun nilai farmer’s share rendah, margin pemasaran tinggi, dan saluran pemasaran panjang, namun terdapat peningkatan kepuasan konsumen maka sistem pemasaran tersebut efisienPenanganan terhadap fungsi-fungsi pemasaran yang kurang efisien dapat menyebabkan biaya pemasaran menjadi lebih tinggi, karena tujuan lembaga pemasaran adalah mencari keuntungan, maka biaya pemasaran itu dilimpahkan pada produsen atau konsumen dengan menekan harga di tingkat produsen dan meningkatkan harga di tingkat konsumen.Kondisi ini mengakibatkan perbedaan harga marjin antara konsumen dan produsen. Menurut Kohls dan Uhl 2002 analisis tentang producer’s share bermanfaat untuk mengetahui bagian harga yang diterima oleh produsen dari harga yang dibayarkan oleh konsumen dalam setiap saluran pemasaran. Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya Pada Rantai Pasok Menurut Broad way dan Wildasin, rasio manfaat dan biaya mengukur perubahan ekonomi disaat terjadi perubahan didalam sumberdaya. Analisis rasio manfaat dan biaya juga secara umum digunakan untuk melihat perubahan net benefit dari aspek soial. Menurut Mehmood, et al 2011 dalam penelitian tentang analisis manfaat dan biaya padi di Punjab, Pakistan bahwa analisis manfaat dan biaya adalahmemaksimalkan perbedaan dari keuntungan dan biaya, perbedaanya disebut net benefit yang mengindikasikan efisiensi. Semakin tinggi net benefit tersebut maka semakin tinggi manfaat yang didapat oleh produsen. Rasio manfaat dan biaya merupakan alat penting untuk menemukan keenomisan suatu usahatani. rasio tersebut menghitung nilai yang diproduksi setelah mengurangi biaya dari input. Hasilnya mengindikasikan nilai pengembalian dibandingkan dengan input yang telah digunakan Mehmood et al, 2011 Analisis Nilai Tambah Hayami Pada Rantai Pasok Jagung Menurut Hayami et. al. 1987 menyatakan bahwa nilai tambah adalah selisih antara komoditas yang mendapat perlakuan pada tahap tertentu dengan nilai korbanan yang digunakan selama proses berlangsung. Sumber-sumber dari nilai tambah tersebut adalah pemanfaatan faktor-faktor seperti tenaga kerja, modal, sumberdaya manusia, dan manajemen. Nilai tambah dapat dicapai dengan merestrukrisasi produktivitas dari harga namun yang perlu diperhatikan adalah sistem insentif yang diterapkan oleh produsen sehingga pada implementasi dari nilai tambah tersebut sehingga dapat dirasakan keuntungan yang signifikan. Menurut Coltrain, Barton, dan Borlan 2000 untuk memberikan perubahan pada nilai tambah dapat dengan cara merubah dimensi seperti waktu, lokasi, produk,atau servis, proses dan metode, dan informasi juga insentif yang diberikan. Menurut Fairbaim 2004 pada sebuah laporan Standing Senate Committee baik atau tidaknya nilai tambah yang diberikan pada suatu produk dapat terlihat dari pertambahan jumlah pekerja dan perbaikan pada komunitas pada sebuah desa, perbaikan pada nilai resiko ekonomi yang berhubungan dengan aktiftias perdagangan komoditas tersebut, stabilitas keuangan para petani, inovasi dan riset, ketergantungan terhadap harga dunia, peningkatan kualitas dan jangakauan produk di pasar, membantu memberikan solusi dalam partnership untuk sebuah rantai nilai, serta menambah kesempatan untuk petani memasarkan produknya sehingga produknya dapat dikenal luas. Menurut Setiawan 2009 analisis nilai tambah menggunakan metode Hayami juga dimungkinkan untuk melihat struktur biaya yang dikeluarkan oleh masing-masing anggota rantai pasok dalam menjalankan aktivtias dalam kegiatan penyaluran jagung di dalam sebuah rantai pasokan. Kerangka Pemikiran Oprasional Produksi jagung nasional setiap tahun kiat meningkat, namun peningkaktan tersebut tidak dibarengi dengan produksi jagung yang kontinyu dengan kualitas yang memenuhi syarat. Dampak dari ketidakaadaan jagung tersebut, industri-industri berbahan baku jagung terpaksa mengimpor jagung dari luar. Di Jawa Barat sendiri, jagung memiliki produktivtias jauh melebihi jagung nasional yaitu 6,8 tonha namun kenyataannya pabrik berbahan baku jagung seperti produsen pakan ternak masih kesulitan mendapatkan jagung untuk bahan baku industrinya. Maka, seyogyanya Jawa Barat harus mampu memenuhi kebutuhan bahan baku jagung untuk industri tersebut agar tidak ada impor. Jawa Barat sendiri adalah salah satu produsen terbesar jagung di Indonesia, hal ini dikarenakan Jawa Barat memiliki akses lebih baik daripada provinsi lainnya untuk masalah pengaliran fisik, informasi, dan dana.Walaupun telah memiliki tingkat produksi yang tinggi, komoditas jagung di Jawa Barat masih kalah dengan jagung impor karena jagung di Jawa Barat kesulitan didalam memasok jagung ke industri pakan ternak karena kualitas yang tidak seragam di tingkat petani serta stok jagung yang tidak stabil sepanjang tahun. Pedagang besar menerima jagung dari petani tidak seragam dan hanya dalam waktu beberapa bulan saja tidak sepanjang tahun sehingga menyulitkan suplai kepada pabrik- pabrik pakan ternak. Pemerintah sendiri telah mendatangkan bantuan kepada petani di wilayah sentra penghasil jagung seperti Garut dan Majalengka berupa silo, mesin pengering, saprodi, dan lain sebagainya. Dengan adanya bantuan tersebut seharusnya dapat meningkatkan kualitas jagung yang diterima oleh pedagang besar dan seharusnya stok jagung sepanjang tahun tetap terjaga. Maka, diperlukan perbaikan didalam pemasaran agar jagung Jawa Barat dapat diterima oleh pabrik pakan ternak, perbaikan didalam pemasaran memperbaiki rantai pasok pemasaran. Maka didalam penelitian ini akan dianalisis kondisi rantai pasok jagung di Jawa Barat, kinerja rantai pasok jagung di Jawa Barat, serta analisis nilai tambah pada masing-masing aktivitas yang dilakukan anggota rantai pasok. Analisis rantai pasok jagung dapat dikaji menggunakan kerangka Food Supply Chain Network yang terdiri dari sasaran rantai pasok, struktur hubungan rantai pasok, manajemen rantai pasok, sumber daya rantai pasok, proses bisnis rantai pasok, dan kinerja rantai pasok. Kinerja rantai pasok merupakan ukuran dari keberhasilan rantai pasok, maka untuk dapat melihat dari tingkat kinerja yang dimilikinya, kinerja rantai pasok dapat diukur melalui perhitungan efisiensi pemasaran karena dalam industri pangan efisiensi merupakan ukuran yang sering digunakan untuk dari kinerja pasar.Peningkatan efisiensi juga merupakan tujuan petani, perusahaan, dan konsumen karena dengan efisiensi maka kinerja pemasaran lebih baik sedangkan apabila efisiensi menurun berarti kinerja lebih buruk. Maka, apabila sistem pemasaran dikatakan efisien berarti kegiatan pemasaran yang dilakukan telah berhasil mengoptimalkan input tanpa mengurangi kepuasan konsumen. Untuk dapat melihat sejauh mana aktiftias usaha pada masing-masing anggota rantai pasok berkontribusi terhadap pendapatan dan pekerja diperlukan pengukuran didalam nilai tambah, sehingga dapat dilihat nilai tambah yang dibuat pada tahap produksi tertentu oleh faktor –faktor produksi, termasuk nilai tangible yang ditambahkan melalui transformasi bahan mentah, tenaga kerja dan barang modal, serta nilai intangible yang ditambahkan melalui modal intelektual menggunakan aset pengetahuan dan hubungan pertukaran yaitu hubungan kerja sama yang dibangun.Sementara, untuk dapat melihat sejauh mana aktiftias usaha pada masing-masing anggota rantai pasok berkontribusi terhadap pendapatan dan pekerja diperlukan pengukuran didalam nilai tambah, sehingga dapat dilihat nilai tambah yang dibuat pada tahap produksi tertentu oleh faktor –faktor produksi, termasuk nilai tangible yang ditambahkan melalui transformasi bahan mentah, tenaga kerja dan barang modal, serta nilai intangible yang ditambahkan melalui modal intelektual menggunakan aset pengetahuan dan hubungan pertukaran yaitu hubungan kerja sama yang dibangun Gambar 8. Kerangka Pemikiran Analisis Rantai Pasok Jagung di Provinsi Jawa Barat Perbaikan pemasaran jagung Jawa Barat melalui perbaikan rantai pasok pemasaran jagung. - Jagung sebagai bahan baku utama pakan ternak - Kesulitan didalam pemenuhan kebutuhan jagung untuk pakan ternak. Analisis rantai pasok jagung di Jawa Barat Kerangka kondisi rantai pasok : 1. Sasaran Rantai 2. Struktur Rantai 3. Manajemen Rantai 4. Sumberdaya Rantai 5. Proses Bisni Rantai Kinerja rantai pasok Pendekatan Efisiensi Pemasaran 1. Marjin Pemasaran 2. Farmer’s Share 3. BC Rasio Rekomendasi Perbaikan Rantai Pasok Nilai Tambah

4. METODOLOGIPENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa barat karena merupakan salah satu sentra produksi jagung di Indonesia BPS, 2013. Pengumpulan data dilakukan pada bulan November 2013 hingga Januari 2014. Ada dua kabupaten yang dipilih untuk lokasi penelitian, alasannya adalah kelembagaanorganisasi dan petani yang dianggap mewakili petani jagung di wilayah Jawa Barat tersedia dengan baik di kedua kabupaten tersebut.Menurut data Dinas Pertanian Jawa Barat kabupaten yang memilki produksi tinggi untuk jagung yang dimaksud adalah Kabupaten Garut dan Kabupaten Majalengka.Kedua Kabupaten tersebut memiliki angka produksi tertinggi untuk wilayah Jawa Barat sehingga memungkinkan pengumpulan data karena dianggap memiliki rantai pasok dengan prospek pasar yang cukup jelas. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian yaitu data primer dan sekunder.Data primer diperoleh dari petani, pedagang, dan semua unit yang terlibat di dalam rantai pasok.Hal ini bertujuan untuk memperoleh gambaran sistem rantai pasok jagung dari produsen hingga ke konsumen. Data sekunder diperoleh dari instritusi terkait, buku, jurnal, artikel, internet, dan literature lain yang memiliki hubungan dengan topik penelitian. Metode Penentuan Responden Jumlah responden berjumlah 60 petani Jagung dari dua kabupaten terpilih sebagai sentra jagung di Jawa Barat. Responden petani berjumlah 30 orang di Kabupaten Garut, petani tersebut berasal dari Kecamatan Banyuresmi, Limbangan, Cibiuk, dan Cisurupan. Sementara di Kabupaten Majalengka sebaran petani jagung adalah 20 petani berasal dari Kecamatan Maja dan 10 dari kecamatan Jatiwangi. Pengumpulan informasi rantai pasok di tingkat petani menggunakan teknik Purposive Sampling, ini dimaksudkan agar peneliti lebih mudah mendapatkan data yang berhubungan dengan tujuan penelitian, di tingkat selanjutnya yaitu pengumpul desa dan pedagang besar peneliti menggukana teknik Purposive Sampling dengan alasan yang sama. Adapun rincian dari lembaga pemasaran yang diteliti pada penelitian ini adalah sebagai berikut lima pengumpul desa dari Kecamatan Banyuresmi, lima pengumpul desa dari Kecamatan Cibiuk, lima pengumpul desa dari kecamatan Jatiwangi, dua pengumpul kecamatan, satu orang ketua koperasis, dan seorang pedagang besar. Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis deskriptif kualitatif digunaka untuk mengalaisis rantai pasok jagung sesuai dengan kerangka Food supply chain network FSCN yang dikembangkan oleh Vorst 2005, untuk pengukuran kinerja rantai pasok digunakan pendekatan efisiensi pemasaran dengan analisis margin pemasaran,analisis farmer’share,dan rasio keuntungan dan biaya, serta untuk melihat value added activities di setiap anggota rantai pasok digunakan analisis kuantitatif menggunakan metode nilai tambah hayami. Analisis Rantai Pasok Jagung Analisis rantai pasok akan dilakuakn dengan kerangka Vorst 2006 dengan metode deskriptif kualitatif dengan memperhatikan pendapat pakar dan nara sumber. Kerangka yang dipakai untuk mendeskripsikan rantai pasok menggunakan kerangka Food Supply Chain Network yang diadaptasi oleh Vorst 2006 Gambar 9. Kerangka Rantai Pasok Van der Vorst Ada empat unsur utama didalam kerangka FSCN, unsur tersebut antara lain : 1. Struktur Rantai Pasok Struktur rantai pasok menjelaskan mengenai batas jaringan rantai pasok dan mendeskripsikan anggota utama rantai pasok beserta peran setiap anggota rantai pasok. Selain itu struktur rantai pasok juga menjelaskan semua konfigurasi dan pengaturan kelembagaan atau unsur-unsur di dalam rantai pasok yang membentuk jaringan dan mendorong terjadinya berbagai proses bisnis. 2. Proses Bisnis Rantai Pasok Sumber : Vorst et al 2006 Manajemen Rantai dan Jaringan Proses Bisnis Rantai Pasok Struktur Rantai Pasok Sumber Daya Rantai Pasok Sasaran Rantai Pasok Kinerja Rantai Pasok Hubungan proses bisnis rantai, Pola distribusi, Anggota rantai pendukung, Perencanaan penelitian kolaboratif, Jaminan identitas merek, Aspek risiko,  Anggota-anggota dalam FSCN  Peran setiap anggota FSCN yang terlibat  Pemilihan mitra  Kesepakatan kontraktual  Sistem transaksi  Dukungan pemerintah  Kolaborasi rantai pasok  Sumber daya fisik  Sumber daya teknologi  Sumber daya manusia  Sumber daya modal Proses bisnis rantai pasok menjelaskan mengenai aktifitas bisnis yang dirancang untuk menghasilkan output tertentu yang terdiri dari beberapa tipe fisik produk, layanan, dan informasi untuk pelanggan atau pasar tertentu. Selain proses logistik dalam rantai pasok seperti operasi dan distribusi juga menjelaskan mengenai pengembangan produk baru, pemasaran, keuangan, dan manajemen hubungan pelanggan. Proses bisnis rantai pasok juga menjelaskan tingkat integrasi proses bisnis antar anggota rantai pasok. 3. Manajemen Jaringan dan Rantai Manajemen jaringan dan rantai menjelaskan koordinasi dan struktur manajemen dalam jaringan yang memfasilitasi proses pengambilan keputusan dan proses eksekusi atau pelaksanaan aktifitas oleh para anggota dalam rantai pasok, dengan pemanfaatan sumberdaya rantai pasok untuk mewujudkan tujuan kinerja rantai pasok. Penerapan manajemen rantai pasok dapat menjabarkan pihak mana yang bertindak sebagai pengatur dan pelaku utama dalam rantai pasok. Selain itu, terdapat beberapa hal yang perlu dianalisis lebih lanjut seperti pemilihan mitra, kesepakatan kontraktual dan sistem transaksi, dukungan pemerintah, dan kolaborasi rantai pasok. 4. Sumber Daya Rantai Pasok Sumber daya rantai pasok menjelaskan sumberdaya yang digunakan untuk menghasilkan produk dan mengalirkannya hingga ke tangan konsumen disebut juga pengubahan sumber daya. Sumber daya rantai pasok meliputi sumber daya fisik, teknologi, manusia, dan permodalan. Diperlukan penjelasan atas kondisi rantai pasok sebelum mendeskripsikan keempat unsur dalam kerangka analisis FSCN tersebut, penjelasan mengenai deskripsi dari keempat unsur tersebut diawali dari menjelaskan mengenai sasaran rantai pasok yang secara langsung berkaitan dengan setiap unsur dalam kerangka. Sasaran rantai pasok dapat dijelaskan berdasarkan sasaran pasar dan sasaran pengembangan. Sasaran pasar mendeskripsikan siapa pelanggan dan apa yang diinginkan serta dibutuhkan dari produk yang dipasarkan. Sasaran pasar menjelaskan mengenai diferensiasi jaringan didalam rantai pasok, keterpaduan kualitas pasar, dan proses optimalisasi rantai pasok yang dilakukan anggota rantai pasok. Adapun bentuk sasaran pengembangan dapat berupa penciptaan koordinasi, pengembangan penggunaan teknologi informasi, dan hal lain yang dapat menghasilkan peningkatan kinerja rantai pasok. Analisis Kinerja Rantai Pasok Kinerja rantai pasok menggunakan analisis efisiensi pemasaran. Analisis efisiensi pemasaran dalam penelitian ini merupakan pendekatan yang digunakan untuk mengukur dan menilai efisiensi rantai pasok yang menggambarkan kinerja dari rantai pasok secara keseluruhan. Kohls dan Uhl 2002 menjelaskan bahwa pendekatan yang dapat digunakan dalam efisiensi pemasaran terdiri dari dua cara yang meliputi efisiensi operasional dan efisiensi harga. Analisis efisiensi pemasaran pada penelitian ini dilakukan dengan hanya menggunakan pendekatan efisiensi operasional. a.Analisis Marjin Pemasaran Analisis marjin dilakukan secara kuantitatif. Analisis ini didasarkan pada data primer yang dikumpulkan dari setiap tingkat lembaga pemasaran mulai dari produsen sampai ke konsumen. Margin pemasaran jagung dapat dihitung melalui pengurangan harga penjualan dengan harga pembelian jagung pipilan di setiap lembaga pemasaran yang terlibat. Perhitungan margin pemasaran juga dapat dilakukan melalui penjumlahan antara biaya pemasaran yang dikeluarkan dari adanya pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran dengan keuntungan lembaga pemasaran yang diperoleh karena adanya sistem pemasaran. Adapun margin pemasaran total merupakan jumlah dari margin pada masing-masing lembaga pemasaran. Secara matematis, margin pemasaran dapat dirumuskan sebagai berikut Asmarantaka 2012: Mi = Pji – Pbi Mi = Ci + πi Pji – Pbi = Ci + πi Melalui persamaan di atas, diperoleh persamaan baru yang merumuskan keuntungan lembaga pemasaran tingkat ke-i seperti berikut ini: πi = Pji – Pbi – Ci Sedangkan margin pemasaran total adalah: MT = Σ Mi Keterangan : Mi = Margin pemasaran di tingkat lembaga ke- i Pji = Harga penjualan untuk lembaga pemasaran ke-i Pbi = Harga pembelian untuk lembaga pemasaran ke-i Ci = Biaya lembaga pemasaran tingkat ke-i πi = Keuntungan lembaga pemasaran tingkat ke-i MT = Margin total i = 1, 2, 3, …, n b.Analisis Farmer’s Share Farmer’s share merupakan salah satu indikator efisiensi pemasaran yang dihitung untuk mengetahui seberapa besar bagian yang diterima oleh petani dari harga yang dibayar konsumen akhir. Nilai farmer’s share memiliki hubunganyang negatif dengan nilai margin pemasaran, semakin tinggi nilai margin pemasaran maka nilai farmer’s share semakin rendah, begitu pula sebaliknya. Farmer’s share secara matematis dirumuskan sebagai berikut Asmarantaka 2012: Fs = x 100 Keterangan : Fs = Farmer’s share Pf = Harga di tingkat petani Pr = Harga yang dibayar konsumen akhir Semakin mahal konsumen membayar harga yang ditawarkan oleh lembaga pemasaran pedagang, maka bagian yang diterima oleh produsen akan semakin sedikit, karena produsen menjual komoditas pertanian dengan harga yang relative rendah. Hal ini memperlihatkan adanya hubungan negatif antara margin pemasaran dengan bagian yang diterima produsen. Semakin besar margin maka penerimaan produsen relatif kecil c. Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya Analisis rasio keuntungan dan biaya dihitung secara kuantitatif. Untuk mengetahui penyebaran rasio keuntungan dan biaya pada masing-masing lembaga pemasaran dapat dirumuskan sebagai berikut: RC= Li Ci Keterangan : Li : keuntungan lembaga pemasaran Ci : biaya pemasaran Analisis Nilai Tambah Pembahasan pada aspek nilai tambah pemasaran bertujuan untuk mengetahui besarnya pendapatan yang diperoleh oleh setiap anggota rantai pasokan atas tenaga kerja, modal, dan manajemen yang diusahakannya. Pada penelitian ini analisis nilai tambah yang digunakan adalah nilai tambah pemasaran yang dilakukan masing-masing anggota rantai pasok. Tabel 6. Tabel Analisis Nilai Tambah Hayami No Variabel Nilai 1 Output A 2 Bahan Baku B 3 Tenaga Kerja C 4 Faktor Konversi D=AB 5 Koefisien Tenaga Kerja E=CB 6 Harga Output F 7 Upah Rata-Rata G Pendapatan Dan Keuntungan 1 Harga Bahan Baku H 2 Sumbangan Input Lain I 3 Nilai Output J=DF 4 Nilai Tambah K=J-I-H 5 Rasio Nilai Tambah L=KJ100 6 Imbalan Tenaga Kerja M=E G 7 Bagian Tenaga Kerja N=MK100 8 Keuntungan O=K-M 9 Tingkat Keuntungan P=OK100 Sumber : Hayami 1987 Nilai tambah tersebut merupakan ukuran yang dipergunakan untuk melihat aktivtias pemasaran yang dilakukan anggota rantai pasok, dari analisis nilai tambah bisa dilihat sejauh mana aktivitas yang dilakukan oleh anggota rantai pasok tersebut berpengaruh pada rantai pasok jagung Besarnya nilai tambah tersebut dinyatakan secara matematik menggunakan metode Hayami.Data mengenai analisa nilai tambah yang diperoleh dari wawancara dengan anggota rantai pasok. Adapun prosedur pengolahan dengan metode Hayami dapat dilihat pada tabel 6.

5. GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN

Gambaran Umum Provinsi Jawa Barat Gambar 10. Peta Wilayah Jawa Barat Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 50 50’ – 70 50’ lintang selatan dan 1040 48’-1080 48’ bujur timur, dengan batas wilayah 1. Utara : Laut Jawa dan Provinsi DKI Jakarta; 2. Timur : Provinsi Jawa Tengah; 3. Selatan: Samudra Indonesia; 4. Barat : Provinsi Banten. Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia. Luas wilayah Provinsi Jawa Barat meliputi wilayah daratan seluas 3,701,061.32 hektar dan garis pantai sepanjang 755,829 Km. Secara administratif sejak tahun 2008, kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Barat berjumlah 26 kabupatenkota terdiri atas 17 kabupaten dan 9 kota dengan 625 kecamatandan 5,877 desakelurahan. Menurut data BPS Jawa Barat, daratan Jawa Barat dapat dibedakan atas wilayah pegunungan curam 9.5 persen dari total luas wilayah Jawa Barat