analisis yang dilakukan tersebut akan terdapat pengaruh galat yang dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti kesalahan dalam pembuatan skor, kesalahan
pemahaman terhadap atribut atau kondisi lokasi penelitian, variasi skor akibat perbedaan opini atau penilaian oleh peneliti, proses analisis MDS yang berulang-
ulang, kesalahan pemasukan data atau terdapat data yang hilang, dan tingginya nilai stress nilai stress dapat diterima jika nilai 25 Kavanagh, 2001 dalam
Budiharsono, 2007. Sehinga dalam mengevaluasi pengaruh galat pada pendugaan nilai ordinasi akan digunakan analisis Monte Carlo.
Gambar 14. Ilustrasi Indeks Keberlanjutan Setiap Dimensi
Pendekatan MDS dalam Rap-insus DAS memberikan hasil yang stabil yang telah dimodifikasi dibandingkan dengan metode multivariate analysis yang
lain, seperti factor analysis. Dalam MDS, dua titik atau obyek yang sama dipetakan dalam satu titik yang saling berdekatan. Sebaliknya, obyek atau titik
yang tidak sama digambarkan dengan titik-titik yang berjauhan. Teknik ordinasi atau penentuan jarak di dalam MDS didasarkan pada Euclidean Distance yang
dalam ruang berdimensi n dapat Modifikasi dari Fauzi dan Anna, 2005 ditulis sebagai berikut:
............... 3.10 Konfigurasi dari obyek atau titik di dalam MDS kemudian diproksimasi
dengan meregresikan jarak Euclidean dij dari titik I ke titik j dengan titik asal σij sebagaimana persamaan berikut:
............................................... 3.11 Ekonomi
Ekologi Sosial
.......
2 2
1 2
2 1
2 2
1
z
z y
y x
x d
ij ij
d
Teknik yang digunakan untuk meregresikan persamaan di atas adalah Algoritma ALSCAL, dimana mengoptimalisasikan jarak kuadrat square distance
= d
ijk
terhadap data kuadrat titik asal = Oijk, yang dalam tiga dimensi i, j, k ditulis dalam formula yang disebut S-Stress sebagai berikut:
........................... 3.12 Dimana jarak kuadrat merupakan jarak Eucledian yang dibobot atau ditulis:
2 2
ja ia
r i
ka
x x
w d
................................................. 3.13 Goodness of fit dalam MDS dicerminkan dari besaran nilai S-Stress yang
dihitung berdasarkan nilai S di atas dan R
2
. Nilai stress yang rendah menunjukkan good fit, Nilai S yang tinggi menunjukkan sebaliknya. Dalam pendekatan Rap-
Fish, model yang baik ditunjukkan dengan nilai stress yang lebih kecil dari 0,25 atau S 0,25 Fauzi dan Anna, 2005. Nilai R
2
yang baik adalah yang nilainya mendekati 1.
Secara keseluruhan maka tahapan dalam analisis keberlanjutan menggunakan MDS dapat dilihat pada Gambar 15 di bawah ini:
Start
Identifikasi dan Pendefenisian Atribut
didasarkan pada kriteria yang konsisten
Gambaran Umum
Skoring mengkonstruksi reference point untuk good
dan bad serta anchor Multidimensional
Scaling Ordination untuk setiap atribut
Simulasi Montecarlo Analisis Ketidakpastian
Analisis Leverage Analisis Anomali
Analisis Keberlanjutan Asses Sustainability
Gambar 15. Elemen proses aplikasi RafpDAS pendekatan MDS
2
4 2
2 1
1
i j
ijk i
j ijk
ijk m
k
o o
d m
s
3.4.5. Desain Model Pengelolaan DAS Semenanjung Leitimor
Model pengelolaan Daerah Aliran Sungai Semenanjung Leitimor berkelanjutan didasarkan atas pendekatan sistem mencakup identifikasi kebutuhan
stakeholders, formulasi masalah, identifikasi sistem, simulsi sistem dan implimentasi.
Desain kebijakan
pengelolaan Daerah
Aliran Sungai
mengintegrasikan antara aspek sosial, ekonomi, lingkungan dan penutupan lahan. Masing-masing aspek tersebut merupakan submodel yang saling memiliki
keterkaitan.
1 Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penyusunan desain ini adalah sistem dinamik dengan bantuan software Stella 9.0.2. Metode analisis ini
memiliki tahapan sebagai berikut.
a. Analisis kebutuhan
Analisis kebutuhan merupakan tahapan awal dalam pendekatan sistem. Analisis ini bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan setiap
stakeholders yang terkait sistem pengelolaan Daerah Aliran Sungai secara terpadu dan berkelanjutan. Hal ini penting untuk mengetahui peta atau
gambaran dari kebutuhan masing-masing stakeholders sehingga untuk memaksimalkan pencapaian tujuan bersama. Langkah awal dalam analisis
kebutuhan adalah mendata para stakeholders yang terkait dalam penyusunan desain kebijakan Daerah Aliran Sungai terpadu dan berkelanjutan. Setelah
stakeholders teridentifikasi, kemudian dianalisis kebutuhan masing-masing melalui wawancara mendalam deep interview dengan stakeholders termasuk
wawancara dengan para pakar yang memiliki pemahaman terhadap sistem yang ada. Berdasarkan observasi pendahuluan terhadap permasalahan yang
ada di lapangan maka stakeholders dan kebutuhannya teridentifikasi yang disajikan pada tabel di bawah.
b. Identifikasi sistem
Sistem adalah gugus atau kumpulan dari komponen yang saling terkait dan terorganisasi dalam rangka mencapai suatu tujuan atau gugus
tujuan tertentu Hartirisari, 2007. Pada tahap identifikasi sistem, mencoba memahami mekanisme yang terjadi dalam sistem. Hal ini dimaksudkan
untuk mengenali h ubungan antara ”pernyataan kebutuhan” dengan
”pernyataan masalah” yang harus diselesaikan dalam rangka memenuhi kebutuhan. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah dengan
menyusun diagram lingkar sebab-akibat causal loop diagram atau diagram input output black box diagram.
Tabel 5. Draft analisis kebutuhan stakeholders dalam desain kebijakan Pengelolaan DAS Semenanjung Leitimor terpadu dan
berkelanjutan
Stakeholders Kebutuhan
Pemerintah
1.
Keberlanjutan ekosistem DAS Kota Ambon
2.
Pendapatan daerah meningkat
3.
Peningkatan kesejahteraan masyarakat
4.
Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan DAS
5.
Pengembangan sumberdaya DAS Masyarakat Hulu
1.
Kesejahteraan meningkat
2.
Terjaganya kondisi lingkungan yang baik
3.
Penyuluhan pertanian dan kehutanan
4.
Bantuan pengembangan modal usaha yang kondusif
5.
Pelayanan pemerintah Masyarakat
1.
Fungsi Daerah Aliran Sungai sebagai reservoir terjaga
2.
Nilai estetika Daerah Aliran Sungai terpelihara Kelompok Bibit
Rakyat
1.
Pembinaan, pendampingan dan pemberdayaan
2.
Pelatihan konservasi DAS
3.
Ketersediaan dana Akademisi
1.
Ketersediaaan bibit anakan
2.
Kemitraan dengan perguruan tinggi
3.
Ekosistem DAS Kota Ambon lestari
4.
Penelitian dan pengembangan pengelolaan SDA
5.
Kesejahteraan petani agroforestri terjamin
Input Tak Terkontrol:
1. Perilaku Masyarakat 2. Konversi Lahan
3. Iklim
MODEL PENGELOLAAN DAS Watershed DALAM
UPAYA PENYEDIAAN AIR BERKELANJUTAN
Input Lingkungan:
1. UU No. 41 Tahun 1999 2. UU No. 7 Tahun 2004
3. UU No. 32 Tahun 2009
Outpun Yang Dikehendaki:
1. Keberlanjutan sumberdaya air bagi masyarakat.
2. Tata ruang kota yang selaras 3. Konservasi DAS
4. Sungai mengalir sepanjang tahun
Outpun Yang Tak Dikehendaki:
1. Permukiman meningkat di DAS 2. Degradasi lahan
3. Sungai kering pada musim kemarau
Input Terkontrol:
1. Kearifan lokal 2. Penggunaan lahan berbasis
agroforestri 3. Perencanaan tata ruang
kota sesuai dengan kemampuan lahan
Umpan Balik
Gambar 16. Diagram input output Black Box desain kebijakan pengelolaan DAS secara terpadu dan berkelanjutan.
c. Simulasi Model
Simulasi model merupakan peniruan perilaku suatu sistem. Tujuan simulasi model adalah untuk memahami gejela, membuat analisis, peramalan
perilaku dan proses tersebut di masa depan. Simulasi model dibantu dengan menggunakan perangkat lunak yaitu Stella 9.0.2.
Gambar 17. Causal loop keberlanjutan sumberdaya air
d. Validasi dan Verifikasi model.
Validasi model dilakukan dengan dua cara yaitu uji validasi struktur dan uji validasi kinerja. Uji validasi struktur adalah lebih
menekankan pada keyakinan pada pemeriksaan logika pemikiran, sedangkan uji validasi kinerja ialah menekankan pada pemeriksaaan
kebenaran yang taat data empiris. Validasi adalah proses menentukan apakah model konseptual merefleksikan sistem nyata dengan tepat.
Artinya pengujian validitas suatu model dilakukan untuk mengetahui kebenaran suatu model konsistensi secara logis dan kedekatan model
dengan keadaan nyata. Sedangkan verifikasi adalah proses menentukan apakah model simulasi merefleksikan model konseptual dengan tepat.
3.4.6. Analisis Kelembagaan Pengelolaan DAS Kota Ambon 1
Jenis dan Sumber Data
Jenis data terdiri atas data primer. Data primer mencakup stakeholders, pengaruh, kepentingan dan perannya.
2 Metode pengumpulan Data
Metode pengumpulan data diperoleh lewat wawancara dengan berbagai stakeholders tentang peran masing-masing dalam pengelolaan DAS Kota Ambon.
3 Analisis Data
Data yang diperoleh sebagian besar merupakan data yang tidak terukur sehingga analisis akan dilakukan secara deskriptif kualitatif peran lembaga yang
terkait dianalisis dengan menggunakan analisis stakeholders dengan teknik yaitu power versus interest grids.
Secara keseluruhan dari proses mendesain model pengelolaan Saerah Airan Sungai dan termasuk hubungan antara stakeholders yang terkait dalam
pengelolaan DAS Kota Ambon disajikan dalam Gambar 18 berikut ini.