Status Keberlanjutan Dimensi Ekologi

relatif stabil, dan kesalahan dalam melakukan input data dan data yang hilang dapat dihindari Fauzi dan Anna, 2005. Analisis Monte Carlo ini juga dapat digunakan sebagai metoda simulasi untuk mengevaluasi dampak kesalahan acak galat random error dalam analisis statistik yang dilakukan terhadap seluruh dimensi Kavanagh dan Pitcher, 2004. Hasil analisis analisis MDS dan Monte Carlo disajikan pada Tabel 32 berikut. Tabel 32. Perbedaan nilai indeks keberlanjutan analisis Rap-DAS Kota Ambon dan analisis Monte Carlo Dimensi Nilai Indeks Keberlanjutan MDS Monte Carlo MC Perbedaan MDS-MC Perbedaan MDS- MC Ekologi 38,55 38,48 0,07 0,18 Ekonomi 56,28 57,16 0,88 1,56 Sosial 60,15 60,30 0,15 0,25 Rata-rata 51,66 51,98 0,37 0,72 Uji Ketepatan Analisis MDS goodness of fit. Dari hasil analisis Rap- Insus DAS Kota Ambon diperoleh koefisien determinasi R 2 antara 93,86- 95,18 atau lebih besar dari 80 atau mendekati 100 berarti model pendugaan indeks keberlanjutan baik dan memadai digunakan Kavanagh, 2001. Nilai stress antara 0,14 –0,16 atau selisih nilai stres sebesar 0,02. Nilai determinasi ini mendekati nilai 95-100 dan nilai stress 0,14-0,16 lebih kecil dari 0,25 atau 25 sehingga model analisis MDS yang diperoleh memiliki ketepatan yang tinggi goodness of fit untuk menilai indeks keberlanjutan DAS Kota Ambon Fisheries, 1999. Koefisien determinasi hasil analisis Rap-Insus DAS Kota Ambon disajikan pada Tabel 33 berikut. Tabel 33. Nilai stress dan nilai determinasi R 2 hasil Rap-DAS Kota Ambon No. Parameter Dimensi Ekologi Dimensi Ekonomi Dimensi Sosial 1 Nilai Indeks 38,55 56,28 60,15 2 Nilai Stress 0,14 0,16 0,14 3 Nilai R 2 95,18 93,86 95,12 4 Jumlah Iterasi 2 2 2

5.4.6 . Model Pengelolaan Daerah Aliran Sungai DAS

5.4.6.1. Analisis Sistem Dinamik Pengelolaan DAS Kota Ambon Analisis kebutuhan

Setelah mengetahui dari hasil analisis berbagai faktor, bahwa kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan perlu seimbang dalam pengelolaan DAS berkelanjutan, maka masih perlu dilakukan analisis kebutuhan stakeholders di dalam kawasan sekitar DAS. Berdasarkan hasil identifikasi bahwa stakeholders yang terlibat dalam sistem pengelolaan DAS berkelanjutan pada dimensi kebijakan publik adalah pemerintah yang mewakili kepentingan publik, kelompok bibit rakyar, masyarakat setempat dan lembaga agama yang mewakili kepentingan masyarakat, serta akademisi yang mewakili kalangan intelektual dan kepakaran. Tahap ini, dilakukan inventarisasi kebutuhan stakeholders yang terlibat, sebagai masukan dalam model. Masing-masing pelaku memiliki kebutuhan dan pandangan terhadap dampak-dampak pengembangan pada keberlanjutan manfaat- manfaat dan dampak-dampak lingkungan, ekonomi, dan sosial. Analisa kebutuhan stakeholders dalam sistem disajikan pada Tabel 34. Formulasi Masalah Perumusan permasalahan merupakan aktivitas sistem yang dikaji. Dalam hubungannya dengan pengelolaan DAS berkelanjutan, permasalahan sistem merupakan gap antara kebutuhan pelaku dengan kondisi yang ada. Dengan demikian, perumusan permasalahan sistem merupakan kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan para pelaku pada kondisi nyata yang terjadi. Kebutuhan para pelaku terhadap keberhasilan adalah bersifat pemuasan kebutuhan dari masing-masing pelaku stakeholders, sedangkan kondisi yang ada saat ini tidak dapat memenuhi kebutuhan para pelaku tersebut. Tabel 34. Analisis kebutuhan Stakeholders dalam sistem pengelolaan DAS di Kota Ambon Berkelanjutan Stakeholders Kebutuhan Pemerintah 1. Keberlanjutan ekosistem DAS Kota Ambon. 2. Pendapatan daerah meningkat . 3. Hutan terpelihara dan memenuhi kecukupan luas. 4. Pola pertanian yang sifatnya konservatif 5. Kebutuhan air masyarakat terpenuhi 6. Konflik lahan berkurang 7. Konversi lahan berkurang 8. Aturan kelembagaan lokal tetap berfungsi Masyarakat Hulu 1. Kesejahteraan meningkat lewat program agroforestri 2. Konflik lahan berkurang 3. Bantuan pengembangan usaha 4. Penyaluran air pada masyarakat Kelompok Bibit rakyat 1. Adanya pendampingan dan pemberdayaan masyarakat 2. Pelatihan konservasi DAS 3. Adanya pendanaan untuk kegiatan penyediaan bibit, penanaman dan pemeliharaan. 4. Tingkat partisipasi masyarakat dalam konservasi DAS Akademi 1. Kemitraan dengan perguruan tinggi 2. Ekosistem DAS Kota Ambon lestari 3. Penelitian dan pengembangan pengelolaan SDA 4. Kesejahteraan petani agroforestri terjamin Sinode GPM 1. Kerjasama dengan pihak pemerintah dalam program pengelolaan lingkungan 2. Pemberdayaan dan partisipasi anggota jemaat PDAM + DSA 1. Kelestarian daerah hulu DAS 2. Pemenuhan air bagi masyarakat Permasalahan yang muncul perlu mendapat perhatian pihak pemerintah dan masyarakat luas. Selain melalui koordinasi dan pemahaman yang sama antar stakeholders. Adanya konflik kepentingan diantara para stakeholders, merupakan masalah yang membutuhkan solusi agar sistem dapat bekerja secara konstruktif dalam rangka mencapai tujuan. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan stakeholders, uraian permasalahan dalam sistem pengelolaan DAS berkelanjutan dimensinya mencakup sebagai berikut: 1. Dimensi ekologi 2. Dimensi ekonomi 3. Dimensi sosial Pengelolaan DAS perlu dilakukan untuk menjaga ketersediaan air dan juga mampu meningkatkan nilai ekonomi lahan. Perbaikan nilai ekonomi lahan mampu menyelesaikan masalah-masalah sosial yang timbul sehingga berdampak pada rusak ekologi. Kerusakan ekologi berhubungan langsung dengan penurunan potensi ketersediaan air. Hal ini seperti membentuk siklus yang saling terkait dan mempengaruhi seperti Gambar 55 berikut. Gambar 55. Hubungan ketergantungan antar sektor Bentuk pengelolaan DAS, haruslah mempertimbangkan ketiga sektor utama di atas. Pengutamaan salah satu sektor akan mempengaruhi menurunnya sektor lain dan juga tindakan manajemen yang diambil.

5.4.6.2. Kondisi Eksisting 1

Submodel Sosial Laju pertumbuhan penduduk di daerah penelitian mencapai 2,72tahun sejak Tahun 2005. Pertambahan jumlah penduduk mengakibatkan meningkatnya kepadatan dan kebutuhan lahan serta kebutuhan akan air. Selain itu, terjadi peningkatan laju pertumbuhan untuk sektor non-domestik seperti jumlah murid dan guru yang ada di sekolah, pertumbuhan ternak, jumlah tempat tidur di hotel dan rumah sakit serta peningkatan jumlah industri. Adapun bentuk model pertambahan pengguna air disajikan pada Gambar 56 berikut. EKOLOGI EKONOMI SOSIAL