Simulasi perubahan penutupan lahan
perbaikan DAS Kota Ambon, namun lembaga ini tidak mempunyai kewenangan untuk melahirkan kebijakan hukum terkait pengelolaan DAS Kota
Ambon yang lebih baik.
6 Akademisi
Lembaga ini memiliki perhatian dan minat yang tinggi terhadap kelestarian DAS Kota Ambon. Kelestarian DAS Kota Ambon bagi lembaga ini dapat
dijadikan sebagai salah satu sumber belajar dan tempat kegiatan praktek mahasiswa. Hal tersebut ditunjukkan beberapa riset oleh dosen dan mahasiswa
dilaksanakan di DAS Kota Ambon seperti tentang kualitas air, penutupan lahan, kesesuaian lahan, erosi, sedimentasi, keanekaragaman hayati, maupun
sosial ekonomi masyarakat. Namun lembaga ini tidak memiliki kewenangan untuk melahirkan kebijakan hukum terkait pengelolaan DAS Kota Ambon
yang lebih baik.
Players
Players adalah stakeholders yang mempunyai kepentingan dan kewenangan besar. Player dapat diartikan sebagai pelaksana kunci yang
berkepentingan dan memiliki pengaruh besar terhadap pengelolaan DAS Kota Ambon yang lebih baik. Beberapa stakeholders yang masuk dalam kwadran
player adalah sebagai berikut.
1 BPDAS Maluku
Instansi berdasarkan tupoksinya secara spesifik menangani masalah pengelolaan DAS, khususnya masalah perencanaan dan monev. Instansi ini
memiliki pengaruh dalam perencanaan dan pembangunan DAS Kota Ambon. Sisi lain kualitas DAS akan mempengaruhi keberadaan DAS Kota Ambon.
BPDAS merupakan instansi pusat sehingga untuk pelaksanaan program- programnya dilakukan melalui kerjasama dengan dinas yang ada di daerah.
2 Dinas Kehutanan Propinsi Maluku
Dinas Kehutanan Propinsi terutama menangani masalah pengelolaan tutupan hutan. Luasan tutupan hutan yang memadai di Daerah Aliran Sungai akan
meminimalisir dampak ekologis terhadap DAS Kota Ambon.
3 Dinas Kehutanan Kota Ambon
Dinas Kehutanan Kota Ambon terutama menangani masalah pengelolaan tutupan hutan di Kota Ambon. Dalam hal pengelolaan DAS Kota Ambon,
Dinas Kehutanan Kota Ambon memiliki pengaruh terhadap pembangunan tutupan hutan yang terdapat di daerah ini.
4 Dinas Pertanian Kota Ambon
Instansi ini memiliki kepentingan bahwa DAS sebagai aset ekologis, sosial dan ekonomi bagi daerah. Oleh karena itu DAS harus lestari untuk
keberlanjutan aktivitas
sosial-ekonomi masyarakat
yang memiliki
ketergantungan terhadap DAS Kota Ambon. Instansi ini memiliki kewenangan merumuskan kebijakan pembangunan perikanan yang ramah lingkungan di
DAS Kota Ambon. 5 Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan Kota Ambon
Instansi ini memiliki kewenangan dalam merumuskan kebijakan tentang lingkungan hidup di tingkat Kota Ambon. Disamping itu memiliki kepentingan
terhadap DAS sebagai aset ekologi. Oleh karena itu pembangunan lingkungan hidup di daerah ini menjadi kewenangan instansi ini.
6 Bapedalda Propinsi Maluku
Instansi ini memiliki kepentingan bahwa DAS sebagai aset ekologis dan sosial daerah. Instansi ini memiliki kepentingan untuk menjaga ekosistem DAS
sebagai bagian dari keanekaragaman sumberdaya alam. Disamping itu instansi ini memiliki kewenangan merumuskan kebijakan tentang riset-riset yang ada di
DAS termasuk menyusun masterplan tentang DAS Kota Ambon.
7 Kewang Lingkungan Hidup
Lembaga ini merupakan perpanjangan tangan dari pemerintah daerah yang terbentuk sampai ke level terbawah dalam struktur pemerintah dan melibatkan
tokoh adat dalam mengelola dan menjaga DAS Kota Ambon.
8 Kewang Lingkungan Hidup
Lembaga ini merupakan perpanjangan tangan dari Pemerintah Daerah Kota Ambon yang bertugas mendistribusi air bersih untuk memenuhi kebutuhan
domestik. Lembaga ini memiliki kewenangan dalam merumuskan kewenangan tentang pemakaian air dan masterplan tentang DAS Kota Ambon.
Contest Setter
Contest setter adalah stakeholders yang mempunyai kepentingan kecil dan pengaruh yang besar. Contest setter dalam pengelolaan DAS Kota Ambon bisa
diartikan sebagai stakeholders yang memiliki fungsi perencana makro dari pembangunan, koordinasi, yang karena lingkup kerjanya yang teramat luas maka
dianggap minatnya kecil terhadap pengelolaan DAS Kota Ambon. Pengaruhnya besar karena contest setter mempunyai pengaruh untuk mengesahkan program-
program dari instansi terkait, termasuk wewenang dalam prioritas pemberian anggaran atau yang memiliki pengaruh terhadap keberlanjutan DAS, meskipun
kepentingannya kecil. Beberapa yang termasuk contest setter antara lain sebagai berikut.
1 Balai Sungai Wilayah Maluku
Balai Sungai memiliki pengaruh terkait perencanaan dan pembuatan bangunan- bangunan air seperti SPAS dalam rangka pemantauan tinggi muka air, pada
sungai-sungai yang mengalir dalam DAS Kota Ambon. Kegiatan perencanaan dan pelaksanaannya, Balai Sungai berkoordinasi dengan instansi teknis
misalnya PU Kota Ambon dan Bappeda Kota.
2 BAPPEDA Kota Ambon
Bappeda Kota Ambon merupakan instansi dengan tupoksi merumuskan kebijakan teknis dan mengkoordinasikannya di tingkat Kota Ambon. Instansi
ini memiliki pengaruh dalam perencanaan pembangunan termasuk yang berada di kawasan DAS Kota Ambon.
3 Dinas Pekerjaan Umum Kota Ambon
Instansi ini memiliki kewenangan pembangunan sarana prasarana di Kota Ambon, termasuk dalam menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Ambon.
Crowd
Crowd adalah mereka yang mempunyai minat kecil dan wewenang yang kecil. Pada kotak ini dimasukan stakeholders masyarakat. pada suatu daerah ada
masyarakat yang peduli terhadap pengelolaan DAS dan ada juga stakeholders yang tidak peduli. Masyarakat pada kotak crowd adalah mereka yang mempunyai
minat kecil terhadap pengelolaan DAS. Mereka ini enggan menjadi subjek dalam suatu kegiatan, dan mereka biasanya letaknya di daerah hulu DAS Kota Ambon.
Keterlibatan dan Hubungan antar Stakeholders dalam Pengelolaan DAS
Peran stakeholders dalam pengelolaan DAS di Kota Ambon mengacu pada faktor pengungkit keberlanjutan Tabel 33 baik untuk aspek ekologi, ekonomi
maupun sosial. Peran stakeholders ini untuk menyelesaikan faktor pengungkit yang antara lain adalah menjaga debit aliran sungai mengalir sepanjang tahun,
memenuhi kebutuhan air, dan partisipasi masyarakat tanpa mengurangi pendapatan masyarakat yang menggantungkan hidupnya di hutan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, lembaga yang paling mantap dalam pengelolaan DAS Kota Ambon adalah Balai Pengelolaan DAS Wae Hapu-Batu
Merah Maluku. Hal ini disebabkan secara internal lembaga ini sudah sangat baik, yang dapat dibuktikan dengan sumberdaya manusia yang baik dan sumber
pendanaan untuk pengelolaan DAS yang berasal dari APBN. Dengan adanya koordinasi dan kerjasama antara berbagai instansi yang ada di Kota Ambon maka
kegiatan rehabilitasi kawasan DAS Kota Ambon dapat berjalan dengan baik lewat kegiatan-kegiatan Gerhan. Namun kegiatan Gerhan ini hanya dilakukan sebatas
penanaman anakan di lapangan, tanpa adanya kegiatan pemberdayaan dan pendampingan kepada masyarakat, sehingga hal ini menjadi kendala dalam
keberlanjutan program rehabilitasi lahan. Forum DAS Maluku merupakan perpanjangan tangan dari BPDAS Wae Hapu-Batu Merah yang mempunyai
peranan pemberdayaan dan pendampingan masyarakat dalam rangka rehabilitasi dan konservasi DAS. Hal ini terbukti dengan adanya pembentukan sekolah
lapangan dan kelompok-kelompok tani hutan. Materi yang diajarkan pada sekolah lapangan antara lain cara menyediakan anakkan yang baik, pelatihan pembuatan
sumur serasan di hutan, pembuatan biopori dan cara memelihara anakkan di lapangan.
Kelompok tani hutan KBR-Kezia yang terbentuk di hulu DAS Kota Ambon mempunyai peranan yang penting dalam hal pelaksanaan program-
program kerja milik BPDAS Wae Hapu-Batu Merah dan Dinas Kehutanan serta Dinas Pertanian Kota Ambon dalam merehabilitasi lahan pada daerah konservasi
DAS Kota Ambon. KTH ini diberikan pelatihan tentang bagaimana cara menabung air lewat pelatihan dan kerjasama antara Forum DAS Maluku dengan
USAID United States Agency International Development Tahun 2009 dengan materi pelatihan adalah rencana aksi perlindungan kawasan sumber air meliputi
kesepakatan para pihak, zonasi perlindungan sumber air; analisis kecenderungan dan ancaman sumber mata air serta rencana aksi perlindungan.
Keterlibatan pihak tokoh agama dalam hal ini Sinode GPM Maluku sebenarnya sangat besar dalam hal pemberdayaan masyarakat dan pelibatan
masyarakat anggota jemaat untuk kegiatan rehabilitasi DAS Kota Ambon. Mengingat bahwa Kota Ambon masih memegang teguh adat istiadat dan budaya
yang masih kental menyebabkan rasa menghormati terhadap tokoh agama sangat tinggi. Dalam program kerja Sinode GPM Maluku juga mengangkat masalah
bersih lingkungan dan pelestarian sumberdaya alam, yang mana jika dikolaborasikan dengan program-program instansi terkait sangatlah kuat. Hal ini
dapat dibuktikan dengan peranan tokoh agama pada Jemaat GPM Kezia yang juga turut serta membina kerjasama dengan berbagai instansi dalam hal partisipasi
anggota jemaat dalam program rehabilitasi DAS Batu Gantung. Program-program pengelolaan kawasan DAS di Kota Ambon khususnya
dan Maluku umumnya milik pemerintah, seharusnya dilakukan dengan adanya pelibatan antara instansi terkait dengan 3 pilar pemerintah desa. Tiga 3 pilar di
desa-desa adat di Maluku umumnya di kenal dengan nama Tiga Tungku yang terdiri dari a Tokoh pemerintahan diwakili oleh Raja atau Kepala Desa; b
Tokoh Agama diwakili oleh PendetaUlama; c Tokoh Pendidik yang diwakili oleh Kepala Sekolah yang ada dalam desa tersebut. Jika ketiga tungku dalam desa
ini dilibatkan oleh pemerintah dalam program apapun maka dipastikan bahwa tingkat keberhasilan program akan lebih baik. Hubungan antara lembaga
pengelolaan DAS dapat digambarkan pada Gambar 75. Gambar 75 menjelaskan bahwa BPDAS dan instansi terkait bersama
Forum DAS menyusun rencana kerja pengelolaan DAS. Forum DAS juga menjembatani antara program pemerintah terhadap program konservasi hulu DAS
Kota Ambon dengan KTH KBR-Kezia yang menjadi pelaksana lapangan, juga
mendapat dukungan dari Sinode GPM lewat partisipasi dan dukungan masyarakat sehingga program rehabilitasi DAS Kota Ambon dapat berjalan dengan baik.
Propinsi, Kota
DAS
BPDAS KOORDINATOR
PENDAMPINGAN PENGGUNA
REGULASI PERENCANAAN
PENYEDIA INSTANSI TERKAIT
PDAM DAN DSA
MASYARAKAT
KTH KBR KEWANG LH,
SINODE GPM. LSM
FUNGSI DAN PERAN STAKEHOLDER
AKADEMISI
FORUM DAS
Garis Koordinasi Garis Pembinaan
Koordinasi Pembinaan
Gambar 75. Bagan alir hubungan kolaboratif antar stakeholders pengelolaan DAS untuk menunjang ketersediaan air di Kota Ambon
Pihak PDAM dan PT. DSA bertugas untuk menyediakan air kepada masyarakat pengguna sehingga kebutuhan air tetap terpenuhi. PDAM Kota
Ambon melakukan hubungan koordinasi dengan BPDAS dan instansi terkait serta masyarakat hulu dalam menjaga dan memelihara kawasan hulu DAS yang
difungsikan PDAM sebagai daerah sumber air. PDAM Kota Ambon juga dapat melakukan evaluasi dan monitoring terhadap kebocoran yang terjadi pada jaringan
perpipaan maupun pada instansi milik pemerintah. PDAM Kota Ambon sebisa mungkin memanfaatkan potensi aliran permukaan yang ada dengan menambah
produksi air sehingga kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi. PDAM bersama masyarakat pengguna air dapat berkoordinasi tentang area layanan dan distribusi
air bersih kepada masyarakat. Implementasi program yang diusulkan kepada para stakeholders
penggelolaan DAS di Kota Ambon adalah sebagai berikut seperti tertuang dalam Tabel 42 berikut ini.