banyak jumlah minyak yang mampu mengisi rongga-rongga sel kayu sehingga menyebabkan kemampuan kayu untuk menahan tekanan yang diberikan semakin
tinggi dan memperlambat kayu pecah atau retak ketika diberi tekanan. Penurunan kadar air akibat pemanasan kayu berkisar antara 3-5.
Penurunan kadar air kesetimbangan pada proses pemanasan kayu disebabkan oleh perubahan sebagian daerah amorf menjadi kristalin yang berakibat berkurangnya
gugus –OH yang tersedia untuk berikatan dengan molekul air, selain itu pemanasan kayu pada suhu sekitar 200
o
C juga menyebabkan penurunan sifat higroskopisnya. Keberadaan minyak goreng dalam kayu yang bersifat hidrofobik
mampu menghalangi penyerapan kayu terhadap air dari lingkungan Coto 2005. Pemanasan kayu pada suhu sekitar 100-200
o
C telah terbukti dapat meningkatkan berat kayu, MOE, stabilitas dimensi dan kekerasan kayu. Pada
kisaran suhu tersebut, hemiselulosa akan terdegradasi dan terjadi penataan ulang struktur amorf dari selulosa yang dapat menyebabkan derajat kristalinitas kayu
meningkat Hill 2006. Forest Product Society 2002 menyatakan bahwa pemanasan kayu pada
suhu sekitar 180–200
o
C menyebabkan zat ekstraktif yang mudah menguap dalam kayu mengalami penguapan sehingga bagian kayu yang kosong akan diisi oleh
minyak goreng dengan demikian akan menambah berat kayu dan meningkatkan kerapatan.
2.5 Sifat Mekanis Kayu
Sifat mekanis adalah kekuatan dan ketahanan terhadap perubahan bentuk suatu benda. Kekuatan adalah kemampuan suatu bahan untuk memikul beban atau
gaya yang mengenainya. Ketahanan terhadap perubahan bentuk menentukan banyaknya bahan yang dimampatkan oleh suatu bahan yang mengenainya
Haygreen dan Bowyer 2003. Sifat kekakuan kayu merupakan ukuran kemampuan kayu untuk menahan
perubahan bentuk atau lenturan yang terjadi. Sifat ini dinyatakan dengan MOE dan hanya berlaku sampai batas proporsi. Sedangkan kekuatan lengkung
merupakan ukuran kemampuan kayu dalam memikul beban sampai terjadi kerusakan Haygreen dan Bowyer 2003.
Tsoumis 1991 menyatakan bahwa elastisitas adalah sifat benda yang mampu kembali ke kondisi semula dalam bentuk dan ukurannya ketika beban
yang mengenainya dihilangkan. Nilai modulus elastisitas berbeda pada ketiga arah pertumbuhannya. Pada arah aksial modulus elastisitas berkisar antara 2 500-17
000 Nmm
2
, pada arah radial dan tangensial tidak berbeda nyata yaitu berkisar antara 300 Nmm
2
- 600 Nmm
2
.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia Hasil Hutan Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB untuk proses pemanasan kayu kecapi dan
rambutan. Pengujian keawetan dengan uji lapangkubur dilakukan di Arboretum Fakultas Kehutanan IPB. Sedangkan pengujian mekanis MOE dan MOR di
Laboratorium Rekayasa dan Desain Bangunan Kayu, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berlangsung dari
bulan Februari sampai dengan bulan Agustus 2012.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari oven, desikator, oil bath
, kaliper, Universal Testing Machine merk Instron, timbangan elektrik, dan alat tulis. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah minyak
goreng, kayu rambutan Nephelium spp dan kayu kecapi Sandoricum koetjape Merr.
3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Persiapan Bahan Baku
a b
Gambar 1 Contoh uji kayu kecapi a dan kayu rambutan b